Awan Tsunami Di Selayar, Sulawesi Selatan (Foto: Instagram @makassar_iinfo)
Dream - Warganet tengah dihebohkan dengan kemunculan awan mirip tsunami di langit Selayar, Sulawesi Selatan. Awan mirip tsunami itu pun diunggah oleh akun Instagram @makassar_iinfo.
View this post on Instagram
Dari gambar yang ada, awan itu nampak seperti ombak besar yang hendak menyapu apa saja, layaknya tsunami. Awan itu juga nampak berwarna abu-abu kehitaman.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Mulyono Rahadi Prabowo menjelaskan, itu merupakan awan cumulonimbus yang besar.
" Bisa saja merupakan kumpulan banyak awan cumulonimbus. Bisa disebut sebagai mesoscale convective complex yang tumbuh menjulang dan melebar," ujar Mulyono kepada Dream, Kamis, 9 Januari 2020.
Selain itu, kata dia, awan berbentuk tsunami itu juga bisa muncul karena cumulonimbus yang bergabung dengan awan rendah, menengah, dan tinggi dan menghasilkan banyak uap air.
" Sehingga, warnanya menjadi abu-abu gelap," ucap dia.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang andai menjumpai suatu peristiwa alam yang dianggap aneh dan jangan percaya informasi uang yang tidak benar. Selama ini, BMKG selalu memberikan informasi melalui berbagai platform mulai dari website dan media sosial.
Dream - Fenomena gunung berawan topi kembali muncul dan beredar di media sosial. Kali ini penampakan gunung seperti memakai topi terjadi di Gunung Lawu.
" Memang kejadiannya tadi pagi. Sekitar pukul 05.00 wib sampai siang sekitar pukul 10.00 WIB," kata Kasie Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magetan, Ferry Yoga Saputra, Kamis, 3 Oktober 2019.
Ferry mengatakan fenomena alam itu sebenarnya merupakan hal yang biasa. Sebab, bisa terjadi karena penumpukan awan dan angin yang bertemu dari arah selatan dan utara.
" Jadi awan menumpuk dan kebetulan di Gunung Lawu," kata Ferry.
Dia mengatakan, fenomena tidak hanya terjadi di musim kemarau. Tapi, juga bisa terjadi di musim penghujan. Dia mengaku kondisi seperti ini dipengaruhi oleh arah angin.
" Tidak satu musim saja. Mau kemarau, mau penghujan bisa saja. Kondisi seperti ini dipengaruhi arah angin," ucap dia.
Dia menceritakan arah angin itu kemudian membuat awan berkumpul di salah satu titik, kemudian membentuk fenomena alam itu. Dari arah angin, membentuk pola seperti topi atau payung. Dan ini merupakan fenomena yang biasa.
Dia menjelaskan, awan membentuk topi itu kurang lebih terjadi sekitar 2 kali selama 2019. Pertama, kemarin posisi waktu penghujan, musim peralihan.
" Ini tadi terjadi kembali. Nah nanti bisa lagi terjadi kembali," kata dia.
(Sah, Sumber: Merdeka.com/Erwin Yohanes)
Dream - Fenomena alam terjadi di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu, 17 Juli 2019. Masyarakat mendokumentasi awan bertopi di Gunung Rinjani dan membaginya di media sosial.
Warganet menyebut fenomena ini sebagai aktivitas alam yang luar biasa.
Fenomena awan berbentuk topi di atas Gunung Rinjani - Lombok. pic.twitter.com/kz83YYKKg7
— JS (@joysuparjo89)July 17, 2019
Tetapi, awan itu merupakan fenomena awan biasa. Fenomena serupa pernah muncul di Gunung Semeru.
Subhanallah...
AWAN TOPI (LENTICULARIS) DI GUNUNG RINJANI*
17 JULI 2019, PAGI INI.
Inilah pengertian dari awan lenticular atau awan berbentuk topi di sekitaran gunung atau perbukitan. Melihat cantiknya awan ini, banyak orang yang penasaran mengapa fenomena tersebut bisa terjadi. pic.twitter.com/KhMVODTzG7— Viera Mits (@Viera_Mitha)July 17, 2019
Almarhum Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pernah menjelaskan keberadaan awan topi tersebut.
" Gunung Semeru saat bertopi, berhelm, dan berhijab di puncaknya. Awan altocumulus lenticularis terbentuk akibat turbulensi," kata Sutopo.
Gunung Semeru saat bertopi, berhelm & berhijab di puncaknya. Awan altocumulus lenticularis terbentuk akibat turbulensi di atasnya.
Bagi yang mau nikah, gunakan fenomena alam ini buat foto pre wedding. Sungguh memesona! Cintamu akan terus terayomi meski ada turbulensi di hatimu. pic.twitter.com/QNqPqDsFE8— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN)December 11, 2018
Menurut Informasi World Meteorological Organization (WMO) menyebut awan ini biasanya berukuran tak lebih dari 200 meter. Turbulensi di dalam awan tampak lemah dan mungkin sedang.
Awan ini membuat benda di bawahnya tertutupi. Seolah payung besar.
Dream - Gunung Semeru mengeluarkan fenomena menarik Senin, 10 Desember 2018. Gunung di Jawa Timur itu mengeluarkan awan putih yang menutupi puncak Mahameru.
Dari kejauhan fenomena itu mirip dengan topi. Warganet menyebut fenomena itu sebagai Gunung Semeru bertopi.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebut, fenomena itu terjadi karena awan altocumulus lenticularis.
" Awan altocumulus lenticularis terbentuk akibat turbulensi di atasnya," tulis Sutopo di Twitter pribadinya @Sutopo_PN, Selasa, 11 Desember 2018.
Gunung Semeru saat bertopi, berhelm & berhijab di puncaknya. Awan altocumulus lenticularis terbentuk akibat turbulensi di atasnya.
Bagi yang mau nikah, gunakan fenomena alam ini buat foto pre wedding. Sungguh memesona! Cintamu akan terus terayomi meski ada turbulensi di hatimu. pic.twitter.com/QNqPqDsFE8— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN)December 11, 2018
Sutopo menyebut fenomena itu tidak ada kaitannya dengan peristiwa mistis, politik, dan bahkan pemilu mendatang, serta tanda bencana. " Semua karena keagungan Sang Ilahi."
Sutopo menyarankan fenomena semacam ini dapat dijadikan latar untuk foto di momen istimewa.
" Bagi yang mau nikah, gunakan fenomena alam ini buat foto pre wedding. Sungguh memesona! Cintamu akan terus terayomi meski ada turbulensi di hatimu," kata dia.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi, Klimatologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Semeru merupakan satu dari 17 gunung api dengan status Waspada. (ism)
Dream - Letusan Gunung Merapi pada Jumat 11 Mei 2018 membuat banyak orang terkejut. Sebab, letusan freatik yang terjadi pada pagi hari tersebut tidak didahului dengan tanda-tanda.
Masyarakat sempat diimbau tak mendekati puncak Gunung Merapi. Letusan itu juga membuat bandara Yogyakarta ditutup hingga Jumat sore.
Letusan Gunung Merapi ini juga terpantau oleh satelit cuaca Himawari. Berdasarkan pantauan satelit itu, pada pukul 10.00 WIB debu vulkanik mengarah ke selatan-tenggara.
Sementara, pada pukul 13.00 WIB, abu vulkanik letusan Gunung Merapi mengarah ke tenggara-barat daya.
Sementara, pada Sabtu 12 Mei 2018 pukul 16.00 WIB, debu vulkanik letusan Gunung Merapi tidak lagi terlihat dalam citra satelit.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya