Wahid Institute: Pelanggaran Kebebasan Beragama Meningkat

Reporter : Maulana Kautsar
Selasa, 23 Februari 2016 14:04
Wahid Institute: Pelanggaran Kebebasan Beragama Meningkat
Wahid Institute mencatat terdapat 190 kasus pelanggaran kebebasan beragama dengan 249 tindakan.

Dream - Kasus pelanggaran kebebasan beragama sepanjang tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal ini termaktub dalam laporan tahunan kemerdekaan beragama dan berkeyakinan di Indonesia, yang dirilis lembaga kajian kebebasan beragama The Wahid Institute.

Dalam laporan itu terdapat sebanyak 190 kasus pelanggaran kebebasan beragama dengan 249 tindakan sepanjang tahun 2015. Jumlah ini meningkat 23 persen dibandingkan dengan tahun 2014.

Sementara dari 190 kasus itu, negara masih menjadi aktor pelanggaran. Meski begitu, tidak mengesampingkan adanya aktor lain dalam kasus pelanggaran kebebasan beragama.

" Negara melakukan sebanyak 130 tindakan dan sisanya 119 dilakukan oleh aktor non negara," ujar Acting Director The Wahid Institute Taufik Rinaldi dalam diskusi Kongres Nasional Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, di Balai Kartini, Jakarta, Selasa, 23 Februari 2016.

Selain itu, laporan itu juga merilis beberapa daerah yang menduduki peringkat teratas terjadinya kasus pelanggaran kebebasan pertama. Peringkat satu diduduki Jawa Barat.

Peringkat kedua diduduki Aceh dengan saah satu kasus berupa perusakan gereja di Singkil. Sementara peringkat ketiga diduduki oleh DKI Jakarta.

Meski begitu, Wahid Institute mencatatkan adanya kemajuan dalam praktik toleransi. Sepanjang 2015, terdapat 117 praktik promosi kemerdekaan beragama dan berkeyakinan seperti pernyataan publik dan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah.

Taufik mengatakan terdapat dua alasan lembaganya merilis laporan tahunan tersebut. Pertama, laporan ini merupakan bentuk pengawalan penerapan hak kebebasan beragama di Indonesia yang sifatnya tidak bisa ditunda.

" Alasan kedua, mengambil amanat Gus Dur, menjamin pluralitas kemajemukan dan dinamika keagamaan adalah cara terbaik merawat keindonesiaan," kata Taufik. (ism) 

Beri Komentar