Warga Arab Saudi Tengah Dilanda `Demam` Twitter

Reporter : Ervina
Jumat, 13 Juni 2014 12:39
Warga Arab Saudi Tengah Dilanda `Demam` Twitter
Dr Abdulhammed Al-Habeeb mengatakan Twitter saat ini telah menjadi platform untuk mengeluarkan pernyataan tidak bertanggung jawab. Kebebasan tersebut tidak didapat di kehidupan nyata.

Dream - Sosial Media digandrungi di banyak negara. Termasuk warga Arab Saudi, yang belakangan ini mulai memakai Twitter. Pertumbuhan jumlah penguna " media cericit" ini sangat besar di negara itu. 

Laporan terbaru yang dirilis harian Al-Eqtisadiah, yang  mengacu pada hasil penelitian seorang konsultan psikiater, mengungkapkan bahwa Twitter sebagai media untuk mengungkapkan kebebasan berekpresi bagi sebagian besar warga Saudi. Twitter menjadi pelarian karena keluarga, tempat ibadah, dan lembaga pemerintah dianggap kurang mampu mengakomodir kebebasan berekspresi dalam kehidupan sehari-hari.

Direktur Departemen Kesehatan Mental Kementrian Kesehatan Arab Saudi, Dr Abdulhammed Al-Habeeb mengatakan Twitter saat ini telah menjadi platform untuk mengungkapkan pernyataan yang tidak bertanggung jawab.

" Sudah saatnya kebebasan berekspresi diterapkan di sekolah, rumah, universitas, dan tempat ibadah, sehingga Twitter tidak digunakan sebagai sarana untuk menghina dan saling mengolok-olok," ucap Al Habeeb seperti dikutip laman Saudigazette, Jumat 13 Juni 2014.

Lebih lanjut ia berharap instansi pemerintah bisa mengerahkan upaya lebih untuk menularkan virus positif dalam menggunakan internet dan mengakses situs micro blogging tersebut. Mengingat pemerintah memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat dalam berekspresi dan menelurkan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab.

Al-Habeeb menekankan bahwa demam Twitter sebaiknya ditanggapi positif oleh pemerintah sehingga tidak ada lagi perang pendapat karena kebebasan berbicara yang dirasa telah melampaui batas dan bukan berencana melakukan pemblokiran. Bahkan Komite Kesehatan Mental saat ini telah menerima banyak pengaduan yang diajukan oleh orang tua dan istri yang memiliki hubungan dekat dengan orang yang sudah kecanduan mengakses Twitter dan layanan sosial media lainnya.

" Kami menaggapi seriusan laporan tersebut karena telah berdampak negatif terhadap kehidupan sehari-hari saat berinteraksi dengan keluarga," pungkas Al-Habeeb.

Layanan berlogo burung biru tersebut bahkan telah menjadikan penggunanya menjadi penderita skizofrenia, insomnia, depresi, dan mudah lelah. Sebagian besar penggunanya kini memiliki dunia imajiner yang telah diciptakan sendiri.

" Mereka berpikir mereka sosok revolusioner, sementara pada kenyataannya mereka adalah introvert yang memiliki degradasi kualitas bersosialisasi dalam kehidupan nyata," ujar Al-Habeeb.

Beri Komentar