Was-was Flu Burung, Dapatkah Jadi Pandemi Baru?

Reporter : Edy Haryadi
Senin, 27 Maret 2023 21:16
Was-was Flu Burung, Dapatkah Jadi Pandemi Baru?
Membunuh puluhan ribu mamalia. Juga manusia.

Dream  - Awal Oktober tahun lalu, cerpelai di sebuah peternakan bulu di Spanyol tiba-tiba mulai jatuh sakit. Mereka berhenti makan dan mulai mengeluarkan air liur secara berlebihan. Mereka menjadi gelisah, mulai mengalami tremor dan  dari moncongnya mulai mengeluarkan darah.

Pada awalnya, para ahli menduga bahwa virus corona mungkin penyebabnya. Itu adalah asumsi yang masuk akal; sejak awal pandemi Covid-19, virus telah berulang kali menemukan jalannya ke peternakan cerpelai, memicu pemusnahan cerpelai secara massal dan mendorong moratorium sementara pada peternakan cerpelai.

Tapi bukan virus corona yang menyusup ke peternakan cerpelai Spanyol itu. Para ilmuwan segera menemukan: itu adalah H5N1, jenis flu burung yang sangat patogen.

Selama beberapa tahun terakhir, varian flu burung H5N1 telah menyebar luas melalui populasi burung liar dan peliharaan di seluruh dunia. Ini telah memakan korban yang sangat besar pada burung liar dan berulang kali menyebar ke mamalia, seperti rubah, rakun, dan beruang, yang mungkin memakan burung yang terinfeksi.

Peternakan cerpelai di Spanyol terserang virus flu burung© Science

(Peternakan cerpelai di Spanyol terserang virus flu burung/Science)

Tetapi wabah flu burung di peternakan cerpelai itu adalah perkembangan baru dan meresahkan, kata para ilmuwan. Di Spanyol, virus flu burung H5N1 tampaknya menyebar dari cerpelai ke cerpelai. Itu juga mengandung mutasi yang tidak biasa yang mungkin merupakan tanda adaptasi pada mamalia, tulis para ilmuwan dalam sebuah makalah  di   Eurosurveillance Journal.

Wabah tersebut “ mengkonfirmasi ketakutan saya” bahwa virus dapat menyebar secara efisien di antara mamalia, kata Dr. Thijs Kuiken, ahli patologi hewan di Pusat Medis Universitas Erasmus di Belanda.

Tidak ada bukti bahwa cerpelai menularkan virus ke manusia, dan para ahli menekankan bahwa wabah tersebut tidak perlu menimbulkan kepanikan. Tapi itu adalah pengingat dari beberapa risiko yang ditimbulkan oleh peternakan cerpelai dan menyoroti perlunya pengawasan penyakit yang lebih proaktif dan tindakan pencegahan lainnya .

 “ Haruskah kita panik tentang ini? Tidak,” kata Dr. Chrissy Eckstrand, ahli patologi hewan di Fakultas Kedokteran Hewan di Washington State University. “ Tapi haruskah kita tetap waspada dan siap? Saya pikir kita harus melakukannya,” seperti dikutip The New York Times.

Di Spanyol, tanda-tanda awal masalah datang pada minggu pertama bulan Oktober, ketika angka kematian melonjak di sebuah peternakan cerpelai di Carral.

Cerpelai© DW

(Cerpelai/DW)

Pada awalnya, kematian terbatas pada sebagian lumbung peternakan, yang secara kolektif menampung lebih dari 52.000 cerpelai. Namun dalam minggu-minggu berikutnya, wabah menyebar cepat ke seluruh peternakan.

“ Mekanisme penularan di dalam peternakan masih belum diketahui, tetapi jelas bahwa virus dapat berpindah,” kata Dr. Isabella Monne, seorang dokter hewan di Laboratorium Referensi Uni Eropa untuk Avian Influenza dan Penyakit Newcastle, dan penulis dari makalah Eurosurveilans.

Pengujian laboratorium mengungkapkan bahwa cerpelai itu terinfeksi H5N1. Akhirnya  semua hewan itu kemudian dibunuh dan dimusnahkan.

Benar, agar flu burung H5N1 menyebar lebih luas melalui masyarakat umum, maka harus disesuaikan dengan kemampuan penyebarannya yang mudah antar manusia.

Dan, sejauh ini, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa keturunan virus flu burung H5N1 ini telah menemukan cara untuk melakukannya.

Tetapi para peneliti telah mengungkapkan beberapa kekhawatiran bahwa virus tersebut mulai menyebar di antara mamalia non-manusia lainnya.

Buktinya wabah besar-besaran yang terjadi di sebuah peternakan dengan 52.000 cerpelai di Galicia, Spanyol, pada Oktober 2022. Para peneliti yang menyelidiki wabah tersebut mengatakan ada kemungkinan bahwa virus telah menyebar di antara cerpelai itu sendiri.

Peternakan cerpelai© MT

(Peternakan cerpelai di Spanyol terserang virus flu burung/ME)

Namun, para peneliti mengatakan sulit untuk mengidentifikasi bagaimana tepatnya virus itu menyebar. Mereka mengatakan sulit untuk menguraikan apakah semua cerpelai telah terpapar virus melalui sumber makanan, misalnya, atau apakah virus telah menyebar di antara cerpelai, atau campuran dari dua kemungkinan tersebut.

Richard Pebody, Kepala Tim Patogen Ancaman Tinggi di WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) Eropa mengatakan bahwa bukti penyebaran virus di antara cerpelai merupakan  " bendera merah” bahwa virus H5N1 telah berubah ke arah yang lebih memprihatinkan."

" Manusia adalah mamalia juga," tambahnya. " Jadi, jika virus menunjukkan beberapa saran adaptasi mamalia -kemampuannya untuk menyebar di inang mamalia- itu hanya satu langkah lebih dekat untuk memiliki karakteristik biologis yang akan membuatnya lebih mudah menyebar di populasi manusia," ujarnya.

Para ilmuwan memantau dengan cermat semua wabah besar virus di antara mamalia untuk memahami bagaimana penyebaran dan evolusinya.

Pada Maret 2023, pihak berwenang melaporkan wabah di Peru, ketika ribuan singa laut —hingga 3% dari populasi— telah mati karena terpapar virus flu burung H5N1.

Flu burung menewaskan ratusan singa laut di Peru© Guardian

(Flu burung menewaskan ribuan singa laut di Peru/Guardian)

Burung sering terkena influenza, tetapi jenis H5N1 sangat mematikan. Para peneliti memperkirakan bahwa lebih dari 60 juta burung liar telah mati karena virus atau pemusnahan dalam satu tahun terakhir.

Ketika seekor burung dalam kawanan mengembangkan virus, peternak diharuskan untuk membunuh seluruh kawanan.

Dan lebih sedikit unggas ternak berarti lebih sedikit ayam di toko dan pasar. Wabah unggas saat ini telah berkontribusi pada harga telur yang lebih tinggi di AS dan dapat menyebabkan harga unggas yang lebih tinggi secara umum dalam beberapa bulan mendatang.

***

Kekhwatiran dunia kian memuncak saat pejabat kesehatan Kamboja mengumumkan pada Kamis 23 Februari 2023 ada gadis 11 tahun yang meninggal dunia karena H5N1.

Kasus gadis berusia 11 tahun bernama Bean Narong adalah infeksi H5N1 manusia pertama yang diketahui di Kamboja dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir.

Bean Narong, 11 tahun, korban tewas akibat flu burung di Kamboja© Daily Mail

(Bean Narong, 11 tahun, korban tewas akibat flu burung di Kamboja/Daily Mail)

Ayah korban, Bou Vorn, 48 tahun, juga dinyatakan positif terkena virus H5N1, tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun dan 11 kontak dekat lainnya diuji sampel di Provinsi Prey Veng, sebelah timur Phnom Penh.

Hasil tersebut belum diungkapkan dan belum diketahui, apakah ayah gadis itu terinfeksi melalui penularan dari manusia ke manusia atau melalui kontak dengan burung atau hewan yang terinfeksi.

Menteri Kesehatan Kamboja Mam Bunheng dalam pernyataannya mengungkapkan, gadis 11 tahun itu didiagnosis flu burung pada 16 Februari 2023 setelah mengalami demam tinggi dan batuk. Ia kemudian dipindahkan ke National Children Hospital di Phnom Penh, namun meninggal pada hari Rabu 22 Februari 2023.

Gadis kamboja itu positif terpapar flu burung H5N1 clade 2.3.4.4b. Clade itu sebelumnya juga terdeteksi di China timur pada seorang wanita berusia 53 tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus itu datang dari wanita yang berada di provinsi Jiangsu, China Timur. Menurut laporan, pasien mengalami gejala sejak 31 Januari 2023 usai terpapar unggas.

Varian flu burung H5N1 yang muncul pada akhir 2021 lalu menyebabkan munculnya kasus di beberapa negara, yang bahkan belum pernah melaporkan kasus flu burung sebelumnya. Sejak saat itu, lebih dari 50 juta burung telah dimusnahkan di sebagian besar Eropa dan Amerika Serikat.

Penyebaran global virus flu burung sendiri dianggap telah menimbulkan kekhawatiran soal kemungkinan varian baru di masa depan yang bisa menyebabkan penularan dari manusia ke manusia.

Peternakan bebek merupakan yang terpukul jika penyebaran flu burung tak terkendali© Japan Times

(Peternakan bebek merupakan yang terpukul jika penyebaran flu burung tak terkendali/Japan Times)

" Situasi global H5N1 mengkhawatirkan mengingat meluasnya penyebaran virus pada burung di seluruh dunia dan meningkatnya laporan kasus pada mamalia, termasuk pada manusia," ujar pejabat WHO, Dr Sylvie Briand.

" WHO mengambil risiko dari virus ini dengan serius dan mendesak kewaspadaan yang lebih tinggi dari semua negara," tambahnya.

***

Sementara, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin juga memberi tanggapan serius soal kasus flu burung.

Menurutnya, flu burung termasuk dalam kasus influenza yang memang perlu menjadi perhatian setelah Covid-19.

“ Memang sesudah pandemi Covid-19 yang mesti diperhatikan adalah influenza. Influenza ini virus yang pakai H dan pakai N. Seperti H1N1, H5N1, H3N3 semuanya pakai H dan N. Nah sekarang yang ketemu H5N1 flu burung,” kata Budi saat peresmian Gedung Kanigara, RSCM, seperti dikutip Liputan6. Jumat 3 Maret 2023.

Virus flu burung sejauh ini telah meloncat dari hewan ke manusia dan belum ditemukan penularan dari manusia ke manusia.

“ Katanya ada, cuma kalau dalam kesehatan kan harus science based dan evidence based,” tambah Budi.

Menteri Kesehatan RI  Budi Gunadi Sadikin© Liputan6

(Menteri Kesehatan RI  Budi Gunadi Sadikin/Liputan6)

Dalam kasus flu burung, surveilans-nya berbeda dengan kasus Covid-19. Surveilans flu burung saat ini adalah unggas atau hewan sedangkan Covid-19 adalah manusia.

“ Kita mesti lihat surveilensnya, di unggasnya, di hewannya. Kalau ada hewan-hewan yang mendadak mati banyak mesti cepat diambil darahnya, dites, di-genome sequencing.”

“ Kalau ternyata dia H5N1, itu flu burung, itu pasti ada kaitan dari hewan-hewan atau unggas-unggas di sana,” tambag Budi.

Lebih lanjut, Budi mengatakan bahwa pemeriksaan surveilans unggas yang diduga menyebabkan flu burung ini perlu bekerja sama dengan Kementerian Pertanian.

“ Surveilansnya harus kerja sama dengan Kementerian Pertanian, nah itu sekarang yang kita lakukan. Jadi surveilensnya kita yang biasanya deteksi manusia ini karena penularannya dari hewan nah ini dari unggas dan sedang dicari," ujarnya.

Sedangkan, terkait pencegahannya, Budi mengatakan bahwa memakai masker dan mencuci tangan, dapat membantu menghindari penularan.

“ Bagaimana pencegahannya? Ya pakai masker, rajin cuci tangan, itu kan bagian dari pengawasan,” pungkasnya

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan juga menindaklanjuti Surat Edaran Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian No. 16183/PK.320/F/01/2023 tanggal 16 Januari 2023 tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap HPAI (Highly Pathogenic Avian Influenza) subtipe H5N1 clade 2.3.4.4b. Virus H5N1 yang dikenal sebagai flu burung.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Diauddin menyampaikan rilis sebagai langkah pencegahan dan upaya meminimalisir dampaknya terhadap manusia. Dirinya juga mengimbau kepada masyarakat Kalsel terkait flu burung tersebut agar tidak perlu panik.

“ Belakangan ini di Kalsel sedang marak tentang kasus flu burung, jadi untuk informasi ini sudah ada kasus yang positif di unggas, sekali lagi di unggas bukan manusia di dua Kabupaten di tahun 2023 ini,” ujar Diauddin melalui rilis video di Instagram Dinkes Kalsel, Kamis 2 Maret 2023.

Dia juga menyebutkan, kasus flu burung pada unggas sebenarnya punya potensi menular ke manusia. Hanya saja potensi penularannya cukup rendah.

Ada pun Satgas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), DR. dr. Erlina Burhan, MSc, Sp.P(K) juga memberi tanggapan soal flu burung.

Menurut Erlina Burhan, flu burung sebenarnya sudah ditemukan di Indonesia. Hanya saja sejauh ini kasus flu burung di sini masih pada unggas.

" Masih di unggas Alhamdulillah. Ada laporan ditemukan clade yang sesuai dengan clade di negara lain, di Kalimantan, tapi masih pada unggas. Dan, mudah-mudahan tidak sampai ke manusia," kata Erlina dalam temu media di kantor IDI, Jakarta Pusat, Kamis 9 Maret 2023, seperti dikutip Liputan6.

" Belum ada di Indonesia kasus flu burung yang menyerang manusia. Dan, di seluruh dunia pun belum ada bukti bahwa penyakit flu burung ini terjadi penularan dari manusia ke manusia. Saya sangat optimis bahwa kondisinya masih aman," ujarnya.

DR. dr. Erlina Burhan, MSc, Sp.P(K)© Liputan6

(DR. dr. Erlina Burhan, MSc, Sp.P(K)/Liputan6)

Sebelum kembali menjadi perbincangan, menurut Erlina, kasus flu burung sebenarnya pernah terjadi pada 2005 di Indonesia, bahkan pada manusia.

" Tapi tiga tahun Indonesia dilanda flu burung, kasusnya tidak banyak, kalau tidak salah hanya sekitar 50 atau 60 kasus," ujarnya.

" Kenapa sedikit? Karena tidak ada penularan antar manusia. Berbeda dengan Covid-19 yang penularan antar manusianya sangat mudah, kita berdekatan saja bisa tertular," kata Erlina menjelaskan.

Umumnya, penularan flu burung terjadi ketika ada kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi. " Jadi, biasanya yang tertular orang yang berkontak dengan unggas yang sakit atau yang mati," katanya.

Maka dari itu, lanjut Erlina, cara pencegahannya yakni dengan menggunakan alat pelindung diri (APD).

Bagi peternak yang memiliki ternak ayam di belakang rumah atau yang sehari-hari mengurusi unggas, peternak tersebut perlu menggunakan masker dan sarung tangan.

" Pakai masker dan pakai sarung tangan, karena biasanya virus itu ada di fesesnya atau di bagian tubuh yang ada lukanya," katanya.

Lebih lanjut, Erlina mengimbau, jika virus flu burung berpotensi menjangkiti unggas-unggas yang hendak dikonsumsi, pengolahan yang baik perlu dilakukan.

" Kita anjurkan para pedagang di pasar pakai sarung tangan saat memotong ayam," katanya.

Sedangkan untuk masyarakat, dianjurkan memasak daging ayam hingga matang.

" Harus matang karena virus ini mati di suhu di atas 60 derajat Celcius. Jadi, kita tidak usah panik, tidak ada penularan dari manusia ke manusia, masih sebatas dari unggas ke unggas," katanya.

Petugas tengah mengevakuasi ayam yang mati karena flu burung© Forbes India

(Petugas tengah mengevakuasi ayam yang mati karena flu burung/Forbes India)

Terkait potensi flu burung menjadi pandemi, Erlina menyebut bahwa potensinya kecil.

" Rasa-rasanya sih kemungkinannya kecil, kita cukup banyak belajar mudah-mudahan potensinya sangat-sangat kecil," ujarnya.

Sejauh ini, ketika clade flu burung di Kalimantan ditemukan, berbagai stakeholder langsung turun tangan. Mereka sudah memiliki pengalaman dari kasus sebelumnya.

Dokter spesialis paru itu pun membahas soal migrasi unggas yang bisa menjadi salah satu faktor timbulnya flu burung.

" Pada musim-musim tertentu, migrasi unggas dari negara dan benua lain bisa melewati Indonesia dan terjadi penularan dari unggas liar ke unggas domestik atau unggas lainnya. Itu salah satu potensi," ujarnya.

***

Sementara dunia pun sudah bersiap menghadapi kemungkinan terburuk akibat flu burung: pandemi.

Untuk itu pembuat vaksin terkemuka dunia mengatakan mereka dapat menyiapkan suntikan vaksin flu burung untuk manusia  dalam beberapa bulan ke depan.

H5N1 clade 2.3.4.4b  –salah satu wabah flu burung atau “ flu burung” saat ini– telah membunuh burung liar dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menginfeksi mamalia secara global.

Eksekutif di GSK Plc, Moderna Inc dan CSL Seqirus mengungkapkan bahwa mereka sedang mengembangkan atau sedang menguji vaksin manusia yang cocok dengan jenis saat ini sebagai tindakan pencegahan. Demikian pula, Sanofi siap untuk memulai produksi jika diperlukan.

Saat ini belum ada vaksinasi untuk mencegah munculnya flu burung pada unggas, meskipun beberapa produsen vaksin telah mendorong perkembangan ini.

Tes flu burung© WEF

(Tes flu burung/WEF)

Menurut data yang dirilis Pemerintah Inggris seperti dikutip The Independent, terdapat 175 kasus konfirmasi flu burung pada manusia sejak 1 Oktober 2022. Ini termasuk Inggris 148 kasus, Skotlandia 21 kasus, Wales 5 kasus, dan Irlandia Utara 1 kasus.

Saat ini, ada hampir 20 vaksin berlisensi untuk jenis flu burung H5 yang lebih luas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sebagian besar suntikan pandemi potensial telah disetujui sebelumnya oleh regulator setelah uji coba berbasis manusia, dengan kapasitas untuk menghasilkan ratusan juta dosis jika terjadi wabah.

“ Membuat dosis pertama adalah yang paling mudah,” kata Raja Rajaram, kepala strategi medis global di CSL Seqirus. “ Yang paling sulit adalah memproduksi dalam jumlah besar.”

Namun, vaksin baru apa pun berpotensi diperuntukkan bagi negara-negara kaya, catat pakar kesehatan global. Dalam kasus Covid-19, banyak negara kaya vaksin memperpanjang dosis di antara populasi mereka sebelum menawarkan pasokan kepada yang paling rentan meskipun rencana pandemi banyak negara menetapkan sebaliknya.

" Kita berpotensi memiliki masalah yang jauh lebih buruk dengan penimbunan vaksin dan nasionalisme vaksin dalam wabah flu daripada yang kita lihat dengan COVID," kata Dr Richard Hatchett, Kepala Eksekutif Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), yang membantu mendanai penelitian vaksin.

Pada bulan Februari 2023, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) menyimpulkan bahwa saat ini tidak ada bukti bahwa flu burung lebih berhasil menular di antara manusia daripada tahun-tahun sebelumnya.

Dr Meera Chand, Direktur Insiden untuk flu burung di UKHSA, menegaskan bahwa meskipun ada peningkatan kemungkinan manusia bersentuhan dengan virus karena tingkat infeksi yang tinggi di antara unggas, virus tidak mudah menular.

“ Bukti terbaru menunjukkan bahwa virus flu burung yang kita lihat beredar pada unggas saat ini tidak menyebar dengan mudah ke manusia. Namun, virus terus berevolusi, dan kami tetap waspada terhadap bukti perubahan risiko terhadap populasi, serta bekerja sama dengan mitra untuk mengatasi kesenjangan dalam bukti ilmiah”, kata Dr Chand.

Untuk mengurangi kemungkinan terkena flu burung, UKHSA menyarankan untuk menghindari kontak dengan burung liar yang sakit atau mati di tempat umum, termasuk taman dan saluran air, dan segera mencuci tangan setelah memberi makan burung liar.

***

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memang tengah bekerja sama dengan otoritas Kamboja setelah dua kasus flu burung H5N1 yang dikonfirmasi ditemukan pada satu keluarga di negara itu.

Menggambarkan situasi sebagai " mengkhawatirkan" karena peningkatan kasus pada burung dan mamalia baru-baru ini, Dr Sylvie Briand, direktur kesiapsiagaan dan pencegahan epidemi dan pandemi, mengatakan kepada wartawan dalam pengarahan virtual bahwa WHO sedang meninjau penilaian risiko globalnya secara ringan. dari perkembangan terakhir.

Badan kesehatan PBB terakhir menilai risiko flu burung pada manusia rendah sebelumnya bulan ini.

" Situasi global H5N1 mengkhawatirkan mengingat meluasnya penyebaran virus pada burung di seluruh dunia dan meningkatnya laporan kasus pada mamalia termasuk manusia," kata Briand. " WHO mengambil risiko dari virus ini dengan serius dan mendesak kewaspadaan tinggi dari semua negara."

Briand mengatakan belum jelas apakah ada penularan dari manusia ke manusia, yang merupakan alasan utama untuk fokus pada kasus di Kamboja, atau jika kedua kasus tersebut disebabkan oleh " kondisi lingkungan yang sama" , kemungkinan kontak dekat. dengan unggas yang terinfeksi atau hewan lain.

Strain baru H5N1, clade 2.3.4.4b, muncul pada tahun 2020 dan telah menyebabkan rekor jumlah kematian pada unggas liar dan unggas domestik dalam beberapa bulan terakhir. Itu juga telah menginfeksi mamalia, meningkatkan kekhawatiran global.

Petugas tengah mengambil sampel flu burung dari seekor ayam© GNN

(Petugas tengah mengambil sampel flu burung dari seekor ayam/GNN)

Namun, tidak seperti wabah H5N1 sebelumnya, yang telah ada selama lebih dari dua dekade, subtipe ini tidak menyebabkan penyakit yang signifikan pada manusia. Sejauh ini, hanya sekitar setengah lusin kasus telah dilaporkan ke WHO pada orang yang memiliki kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi, dan sebagian besar ringan. Para ahli telah menyarankan bahwa virus mungkin perlu diubah agar penularan manusia terjadi.

Namun, WHO mengatakan akan meningkatkan upaya kesiapsiagaan, dan mencatat bahwa ada antivirus yang tersedia, serta 20 vaksin pandemi berlisensi jika situasinya berubah, meskipun harus diperbarui agar lebih cocok dengan strain H5N1 yang beredar jika diperlukan. .

Itu bisa memakan waktu empat hingga lima bulan, kata Richard Webby, Direktur Pusat Kolaborasi WHO untuk Studi Ekologi Influenza pada Hewan dan Burung di Rumah Sakit Anak St. Jude. Namun, beberapa vaksin yang ditimbun akan tersedia untuk sementara.

Laboratorium yang berafiliasi dengan WHO sudah memiliki dua jenis virus flu yang terkait erat dengan virus H5N1 yang beredar, yang dapat digunakan produsen untuk mengembangkan suntikan baru jika diperlukan. Pertemuan global para ahli flu belum lama ini menyarankan untuk mengembangkan jenis lain yang lebih cocok dengan H5N1 clade 2.3.4.4b.

Memang flu burung belum menemukan jalan untuk menguasai jalur pernapasan atas manusia. Bila itu telah terjadi karena mutasi dan penularan yang makin luas ke mamalia, maka bukan tak mungkin flu burung akan menjadi pandemi berikutnya.

Untunglah dunia dan WHO tidak mau kecolongan kedua kali seperti halnya saat menghadapi Covid-19. Vaksin dan berbagai skenario terburuk sudah dibuat. Termasuk bila flu burung berubah menjadi pandemi baru.  Semoga saja itu tidak terjadi. Semoga. (eha)

Sumber: The New York Times, Deutche Welle, Nature, The Independent, Liputan6, CNN, BBC, Guardian

Beri Komentar