Ilustrasi Seorang Siswa Sedang Mengikuti Kelas Daring. (Foto: Freepik.com)
Dream - Akibat pandemi Covid-19, para siswa dari tingkat SD hingga SMA terpaksa menjalani kegiatan belajar mengajar (KBM) dari rumah secara online atau daring.
Sayangnya, banyak kendala yang harus dihadapi para siswa ketika mereka mengikuti kelas secara online. Mulai dari masalah jaringan hingga ketersediaan smartphone untuk mengikuti pelajaran.
Sementara dari pihak penyelenggara pendidikan sendiri, muncul kendala ketika mereka akan menyelenggarakan ujian yang bebas dari kecurangan.
Masalahnya, ujian yang dikerjakan secara jarak jauh di rumah siswa tentu rawan terjadi kecurangan lantaran tidak adanya pengawasan dari guru.
Terdorong oleh hal itu, para peneliti dari Rensselaer Polytechnic Institute mengembangkan metode ujian online (ujian daring) baru yang mereka sebut " ujian online jarak jauh" di kampus mereka.
Mereka mengklaim metode ini dapat secara efektif mengurangi kemampuan siswa untuk saling membantu selama ujian yang berlangsung secara online.
" Sering kali dalam ujian online jarak jauh, siswa dapat berbicara melalui sambungan telepon atau internet untuk mendiskusikan jawaban," kata Ge Wang, salah satu penulis makalah yang terbit di npj Science of Learning, dikutip dari Eurekalert, Rabu 3 Maret 2021.
Profesor teknik biomedis di Rensselaer Polytechnic Institute ini menyatakan ujian online terbaru ini bertujuan untuk meminimalkan peluang terjadinya kerja sama antarsiswa, dengan " metode pemisahan optimal yang dibantu oleh pengetahuan tentang kompetensi siswa" .
Ketika ujian daring dilaksanakan, para siswa menerima soal yang sama, tetapi dikerjakan pada waktu yang berbeda. Tergantung pada tingkat penguasaan mereka terhadap mata pelajaran.
Misalnya, siswa yang menguasai materi dengan sangat baik diberi soal setelah siswa lain yang penguasaannya lebih rendah.
Pendekatan ini, menurut Wang, mengurangi kemungkinan siswa untuk saling menyontek atau mendapat bantuan dari mereka yang lebih menguasai materi.
Untuk menentukan urutan siswa mana saja yang menguasai materi dengan sangat baik, penyelenggara pendidikan bisa menyusunnya menggunakan nilai rata-rata, skor SAT, nilai tengah semester, dan parameter lainnya.
Berdasarkan uji statistik dan survei pascaujian, metode ini terbukti mengurangi nilai yang diperoleh ketika siswa menyontek, bila dibandingkan dengan metode ujian konvensional.
Sementara manfaat tambahan lainnya, kata Wang, siswa akhirnya sadar jika menyontek tidak mungkin lagi sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar dengan giat.
Wang dan rekannya berharap dapat berbagi inovasi pedagogis ini di luar kampus Rensselaer.
" Kami berencana mengembangkan platform yang baik sehingga orang lain dapat dengan mudah menggunakan metode ini," pungkas Wang.
Sumber: Liputan6.com
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Diterpa Isu Cerai, Ini Perjalanan Cinta Raisa dan Hamish Daud
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media