Batu Unta di Saudi Ditetapkan Jadi Situs Seni Pahat Tertua di Dunia

Reporter : Ahmad Baiquni
Rabu, 27 Oktober 2021 16:16
Batu Unta di Saudi Ditetapkan Jadi Situs Seni Pahat Tertua di Dunia
Relief tersebut diperkirakan dipahat 2.000 tahun yang lalu.

Dream - Patung-patung kuno di Arab Saudi dibuat saat gurun masih hijau dan unta masih liar. Para arkeolog percaya, pahatan unta seukuran aslinya kemungkinan diukir saat zaman batu muda atau neolitikum.

Jauh di Gurun Arab Utara, di mana pertanian sangat sepi dan banyak batu-batu besar berwarna merah muncul dari pasir, para petani sudah tahu batu besar yang berbatasan dengan ladang mereka adalah hal yang istimewa.

Ketika mereka melihat dari dekat pada bangunan yang menjulang tinggi itu, hanya terlihat ukiran unta dan hewan berkuku seperti kuda yang sangat besar. Selama ribuan tahun, situs itu tidak pernah diganggu kecuali saat ayam berkokok atau anjing menggonggong di dekat peternakan.

Dikutip dari Atlas Obscura, pada 2010 situs tersebut menarik perhatian Hussein Al-Khalifa, mantan direktur General Authority for Tourism dan Nasional Heritage. Khalifa segera melihat bahwa situs tersebut sangat luar biasa.

 

1 dari 2 halaman

Diteliti selama lebih dari delapan tahun

Diteliti selama lebih dari delapan tahun © Dream

Setelah delapan tahun dipelajari secara formal, Hussein dan tim ahli pergi untuk memeriksa situs tersebut secara rinci pada musim gugur 2018. Studi awal itu menentukan situs tersebut diukir sekitar 2000 tahun yang lalu.

Saat ini, penelitian terbaru menunjukkan unta tersebut bahkan lebih istimewa daripada yang diperkirakan. Journal of Archaeological Science terbaru, telah menemukan ukiran itu sebenarnya berusia lebih dari delapan ribu tahun, menjadikannya relief hewan berskala besar tertua di dunia.

Arkeolog utama dalam penelitian ini, Maria Guagnin dari Institut Max Planck Jerman untuk Ilmu Sejarah Manusia, mengatakan temuan ini luar biasa. Sementara relief lain yang lebih tua dan lebih kecil dapat ditemukan di Prancis dan Jerman.

Batu Unta

" Perbedaan dengan ukiran unta ini tidak hanya besar, tetapi juga tinggi di lereng yang curam dan saat anda mengukirnya, anda tidak akan pernah bisa melihat seluruh hewan," kata Guagnin. Dari perspektif teknis, itu jauh lebih menantang, tambahnya.

Sebanyak 21 relief unta terukir di atas bongkahan batu merah di desa sepi. Sekitar delapan ribu tahun yang lalu di Jazirah Arab, unta masih berkeliaran liar. Baru pada 1200 SM, para ahli percaya, unta dijinakkan.

" Hari ini kita tidak tahu apa-apa tentang unta liar," kata Guagnin. Tim menduga bahwa leher menonjol yang terlihat pada unta berukir (khas unta jantan) dan perut bundar menunjukkan kesuburan atau rimbunnya vegetasi musiman.

 

2 dari 2 halaman

Penelitian dengan alat-alat canggih

Penelitian dengan alat-alat canggih © Dream

Meneliti seni pahat secara akurat sangat sulit terutama di situs setua ini. Erosi dan paparan sering menghilangkan indicator usia batu. Guagnin mengatakan, dia dan timnya menggunakan semua teknologi yang tersedia untuk melakukan penelitian. Mereka membawa ahli batu untuk melihat tanda alat kuno pada situs.

" Awalnya, kami pikir ukiran ini sangat canggih sehingga mereka pasti memiliki alat yang canggih. Namun, ternyata tidak. Mereka menggunakan alat-alat batu," kata Guagnin. Bahkan tim menemukan beberapa alat batu yang berserakan di sekitar lokasi.

Meinrat Andreae dari Institut Kimia Max Planck juga datang ke lokasi dengan membawa spektrometer fluoresensi sinar-X portable. Teknologi mutakhir ini mengukur penumpukan pernis pada permukaan batu. Kedua alat dan spectrometer menunjukkan, situs tersebut berusia lebih dari delapan ribu tahun.

Pada saat itu, Jazirah Arab jauh lebih hijau daripada sekarang dengan lebih banyak padang rumput dan danau musiman di gurun Nefud. Bentang alamnya juga bisa mengalami kekeringan selama bertahun-tahun.

Batu Unta

" Itu adalah lingkungan hijau tetapi tidak menantang," kata Guagnin.

Orang-orang yang tinggal di sana akan sangat mobile dan sementara ada beberapa ternak peliharaan. Bahkan perburuan masih menjadi sumber makanan yang penting. “ Kami memang menemukan panah di lokasi, jadi mungkin mereka berburu saat mereka mengukir,” ujar Guagnin.

Bagi Tahani Almahmound, spesialis seni cadas dan manajer di Royal Commission untuk AlUla, temuan baru ini hanyalah sebagian kecil dari harta kuno Arab Saudi.

" Setiap kali kami menemukan daerah baru, kami menemukan beberapa arkeologi, beberapa bukti kuno tentang aktivitas manusia dari ribuan tahun yang lalu," katanya.

Situs-situs seperti itu seringkali sulit dijangkau dan biasanya ditemukan jauh dari jalan raya atau pusat kota. Almahmound bertekad, untuk terus mencari situs lain yang tersembunyi oleh waktu dan gurun.

Laporan: Elyzabeth Yulivia

Beri Komentar