Dream - Tenzing-Hillary. Inilah lapangan terbang yang dijuluki sebagai 'bandara paling mematikan di dunia'. Lokasinya di Lukla, Nepal.
Bukan tanpa sebab, julukan itu disematkan pada bandara yang terletak di dekat Gunung Everest ini karena telah terjadi serangkaian kecelakaan yang berujung pada kematian.
Salah satu kecelakaan aneh yang terjadi di Bandara Tenzing-Hillary adalah sebuah pesawat yang menabrak helikopter yang sedang diparkir di lapangan terbang itu.
Bandara Tenzin-Hillary telah menjadi tempat berbagai tabrakan selama bertahun-tahun, sebagian besar diantaranya berakibat fatal.
Pada April 2019, tiga orang tewas ketika sebuah pesawat Otter Summit Air menabrak helikopter di bandara yang menjadi 'pintu gerbang, Everest ini.
Pilot pesawat kecil itu dan dua penjaga keamanan bandara tewas dalam insiden tragis tersebut. Pesawat itu menabrak helikopter Manang Air yang tidak bergerak saat lepas landas sekitar pukul sembilan pagi waktu setempat.
Pesawat yang dioperasikan oleh maskapai swasta itu memiliki tiga awak tetapi tidak ada penumpang. Pesawat itu jatuh di atas helikopter, dengan puing-puing berserakan dimana-mana.
Bandara ini diganti pada 2008. Namanya diambil dari penakluk pertama Gunung Everest, Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay.
Lebar bandara ini 20 meter dengan panjang 550 meter. Landasan pacunya terletak di lereng bukit dengan sudut sekitar 11 derajat dan dibangun menggunakan dana dari Hillary's Himalayan Trust.
Pola cuaca yang bergerak cepat kerap menghentikan operasional bandara kecil yang berada pada ketinggian 2.757 meter di atas permukaan laut ini.
Sebanyak 18 orang tewas di bandara pada tahun 2008 ketika sebuah pesawat Jet Yetti Airlines jatuh saat mendarat.
Pesawat yang terbang dari ibu kota Kathmandu ke Lukla itu dilaporkan terbakar setelah mendarat darurat di dekat landasan pacu yang miring saat terjadi awan tebal.
Dari 19 orang di dalamnya, 14 orang asing dan lima orang orang asal Nepal --salah satunya pilot yang selamat.
kata pejabat bandara Mohan Adhikari pada saat itu.
Petugas keamanan dan relawan membutuhkan waktu dua jam untuk memadamkan api di reruntuhan pesawat.
Ratusan wisatawan dan penduduk dari Lukla, yang terletak 140 kilometer timur laut Kathmandu ini, menyaksikan operasi penyelamatan. Banyak di antara mereka yang menangis.
" Saya melihat pesawat mulai turun, lalu awan datang dan kami mendengar suara keras dan melihat api," kata seorang manajer tur, Bijaya Pratap Singha.
" Kami berlari ke ujung landasan dan melihat semuanya berserakan dan pesawat terbakar," tambah dia.
Pejabat setempat mengatakan kepada wartawan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh awan tebal.
Saat cuaca cerah, puluhan penerbangan mendarat setiap hari. Penerbangan dari Kathmandu ke Lukla memakan waktu setengah jam lebih. Sumber: DailyStar