Buto Ijo, Kacamata Unik Warga Belitung Saksikan Gerhana

Reporter : Ratih Wulan
Rabu, 9 Maret 2016 06:20
Buto Ijo, Kacamata Unik Warga Belitung Saksikan Gerhana
Kacamata unik ini berukunuran sangat besar sehingga disebut kacamata raksasa pemakan matahari, atau dalam motilogi Jawa dikenal sebagai Buto Ijo.

Dream - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendorong 12 daerah yang dilintasi Gerhana Matahari Total (GMT) untuk membuat acara yang menarik sebagai sarana promosi ke mata dunia.

Salah satu kreasi yang sempat menarik perhatian Museum Rekor Indonesia (MURI) adalah ide unik dari Jaya Suprana yang membuat kacamata khusus untuk meneropong gerhana tersebut.

Kacamata ini menjadi sangat menarik karena dibuat dengan filter anti UV yang berukuran sangat besar. Memiliki panjang 960 centimeter dan panjang 60 centimeter. Bahkan karena ukurannya yang begitu besar sampai dijuluki sebagai kacamata raksasa pemakan matahari, atau dalam motilogi Jawa dikenal sebagai Buto Ijo.

Ide unik ini berasal dari Komunitas Astronomi 'Imah Noong' yang merupakan sekumpulan warga Kampung Areng Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, Jawa Barat. Meskipun hanya ada satu bingkai, tapi kacamata ini tetap didesain memiliki sembilan lubang.

Kacamata ini dijamin sangat aman, karena di setiap lubang dipasangi filter berbahan black polimer neutral density (ND)-5.

“ Kacamatanya benar-benar jumbo. Kalau dibentangkan, kacamata raksasa ini bisa dipakai bersama-sama oleh 45 orang sekaligus. Sekarang kacamatanya sudah ada di Pantai Terentang, Bangka. Tinggal nunggu dipasang filternya," papar Kepala Dinas Pariwisata Bangka Belitung, Tajuddin, Senin 7 Maret 2016.

Kacamata raksasa ini menjadi daya tarik kunjungan wisatwan mancanegara. Banyak turis asal Jepang, Malaysia, Tiongkok, Perancis dan negara Eropa lainnya antri untuk mencoba mengenakan kacamata berukuran jumbo tersebut.

“ Dari keterangan Komunitas Astronomi 'Imah Noong', pembuatan kacamata ini menghabiskan biaya sekitar Rp 60 juta. Yang mahal bingkai kacamatanya yang menggunakan bahan akrilik. Filternya juga nggak murah karena bahannya mencapai Rp15 juta,” tambah Tajuddin.

Lebih jauh Tajuddin mengungkapkan jika saat ini Komunitas Astronomi 'Imah Noong' tengah mengupayakan agar kacamata matahari terbesar ini tercatat dalam MURI.

Beri Komentar