Ilustrasi (Foto: Ohbulan.com)
Dream - Sering kita dengar anggapan jika pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah umrah atau haji, segala perbuatan tidak baik akan dibayar 'tunai' atau mendapat balasan langsung dari Allah SWT.
Itulah salah satu cara Allah SWT menunjukkan kasih sayangnya kepada manusia, supaya mereka cepat menyadari kesalahan yang dilakukan dan meminta ampun dari-Nya.
Seperti kisah nyata yang dibagi oleh AbdulHalim Bakar ini tentang perbuatannya yang dibayar 'tunai' selama berada di Tanah Suci.
Semoga kisahnya menjadi pelajaran buat kita semua agar tidak menunda niat yang baik terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan ibadah.
© Dream
Ini kisah saya sendiri di mana Allah membayar 'tunai' atas perbuatan saya. Balasan langsung dari Allah itu sekaligus untuk menyadarkan kesalahan saya.
Sesungguhnya Allah memberi hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dengan berbagai cara.
Pertama kali saya ke Mekah pada bulan Ramadhan tahun 2010 untuk menunaikan ibadah umrah. Tujuannya untuk belajar beribadah sekaligus mengalami sendiri bagaimana haji itu.
Macam-macam hotel dicoba, mulai dari yang paling murah hingga yang paling mahal. Termasuk pengalaman tidur di Masjidil Haram, di mana badan tiba-tiba demam dan panas.
Sudah makan obat pereda panas serta membasahi kain ihram dengan air zam-zam untuk menyejukkan diri dari demam panas. Tetapi pelajaran dan pengalaman tersebut tidak berhenti di situ.
Pelajaran dan pengalaman yang paling berat adalah saat umrah pada akhir tahun 2015.
© Dream
Saat akhir tahun 2015, saya sedang mengurus jemaah umrah yang menginap di hotel bintang lima. Akibatnya jarang shalat di Masjidil Haram. Kadang-kadang sempat shalat di masjid, tapi itu hanya di halamannya saja. Padahal pintu utama masjid hanya berjarak 30 meter dari hotel.
Setiap kali sampai di lobi hotel untuk niat tawaf sunat, pasti lihat layar monitor yang ada di lobi. Tujuannya untuk melihat apakah ramai atau tidak. Setiap kali lihat layar, MasyaAllah ramainya jemaah yang sedang tawaf.
Akibatnya niat ditunda untuk lain waktu. Begitulah niat selalu saja ditunda setiap kali melihat layar monitor di lobi hotel. Dengan harapan ada waktu saat jemaah berkurang sehingga aktivitas tawaf dan keinginan mencium Hajar Aswad berjalan dengan tenang.
Akhirnya tibalah saat hari itu ketika jemaah yang tawaf sudah tidak terlalu ramai.
© Dream
Pada putaran pertama, hati ini tiba-tiba sangat gembira karena kawasan Kabah tidak ramai dan Hajar Aswad hanya beberapa langkah di depan mata. Begitulah perasaan gembira ini terus membara karena bisa melihat Hajar Aswad.
Tiba-tiba pada putaran keempat perasaan di hati ini tiba-tiba mulai berubah, dari gembira menjadi sedih. Sebab, walaupun Hajar Aswad hanya 2-3 langkah di depan mata untuk dicium, tetapi diri ini tak dapat mendekatinya.
Masuk ke putaran kelima, perasaan sedih berubah menjadi takut. Kaki dan tangan mulai menggigil, sementara air mata bercucuran. Di telinga terasa ada yang berbisik menyadarkan kesalahan selama ini.
© Dream
" Selama ini kamu mencari waktu senggang untuk tawaf demi Hajar Aswad. Sekarang, walaupun Hajar Aswad ada di depan mata, tapi kamu tak bisa berbuat apa-apa. Jangan lupa, segala yang terjadi bukan karena kehendakmu, tapi kehendak Allah SWT. Apa yang akan terjadi selalu atas izin Allah, bukan karena rencanamu."
Dengan air mata berderai dalam ketakutan, saya semakin jauh dari Hajar Aswad karena ribuan jemaah sudah memenuhi kawasan Kabah dan mataf. Saya pun keluar dari Masjidil Haram dengan penuh keinsafan setelah mendapat balasan langsung dari Allah itu.
Dalam keadaan istighfar, saya teruskan perjalanan ke Madinah untuk memohon ampun dari Allah di masjidnya Rasulullah.
Jadi, hotel bintang lima yang dekat dengan Masjidil Haram jangan hanya dianggap sebagai tempat untuk tidur dan belanja di dalam hotel. Tetapi gunakan untuk menguatkan dan semakin mempersiapkan diri untuk fokus beribadah di dalam Masjidil Haram.
Kasihan kepada mereka yang penginapannya jauh dari Masjidil Haram. Mereka berjalan jauh-jauh agar bisa masuk ke dalam masjid suci itu demi mendapatkan pahala dan nikmat beribadah.
Jangan jadikan hotel bintang lima sebagai alasan untuk kita kurang ke Masjidil Haram. Semoga apa yang saya bagikan ini menjadi pelajaran kepada semua yang ingin beribadah di Tanah Suci.
(Sah)
(Sumber: ohbulan.com)
Advertisement
Dompet Dhuafa Kirim 60 Ton Bantuan Kemanusiaan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Perlindungan Rambut Maksimal yang Ringan dan Praktis Lewat Ellips Hair Serum Ultra Treatment

Temukan Pengalaman Liburan Akhir Tahun yang Hangat di Archipelago Hotels

Kolaborasi Strategis KEC dan Archipelago Hadirkan Perusahaan Manajemen Hotel Baru di Madinah

Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa
