Keikhlasan Ibu Aisyah Dibalas Tanah Suci

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Senin, 9 Mei 2016 20:45
Keikhlasan Ibu Aisyah Dibalas Tanah Suci
Ketulusannya mengajar pun berbuah manis. Jalan Ibu Guru Aisyah untuk menggapai mimpinya ke Tanah Suci mulai terbuka...

Dream - Dering telepon membangunkan wanita paruh baya itu tiba-tiba. Tak langsung mengangkat. Dilihatnya dulu jam dinding di salah satu sudut kamar tidur. Ternyata baru pukul 00:00 dini hari. Gelisah mulai mendera, " siapa yang menelepon tengah malam begini? Apa ada kabar buruk?" tanya wanita itu dalam hati.

Suara deringan belum juga berhenti. Ia pun bergegas menghampiri. Di ujung telepon terdengar suara seorang pria menyapa. Rupanya kepala sekolah tempat ia mengajar. Kecemasannya pun mendadak luruh. Berganti senyum sumringah. Setelah didengarnya kabar baik yang tak diduga-duga dari kepala sekolah.

" Bu Aisyah mau umrah kan? Ini ada jatah umrah dari Daarul Mustaqiem," kata kepala sekolah.

Wanita itu diam sejenak. Masih tak yakin dengan kebenaran kabar tersebut. Namun demikianlah jalan awal Aisyah hingga bisa mewujudkan mimpinya berangkat umrah ke Tanah Suci.

****
Dahulu, umrah menjadi hal yang nyaris mustahil bagi Siti Aisyah. Profesinya yang hanya seorang guru Madrasah Tsanawiyah (MTS) di Pondok Pesantren Daarul Mustaqiem tak menjanjikan penghasilan besar. Jangankan pergi umrah, untuk kehidupan sehari-hari saja Aisyah harus berhemat keras.

" Kalau niat (umrah) ada, tapi materi yang tidak ada," kata Aisyah ketika dihubungi Dream.co.id di Jakarta, Selasa malam 3 Mei 2016.

Dia mengatakan, telah mengajar di sekolah swasta ini selama 24 tahun, sejak tahun 1991. Penghasilan awalnya sebesar Rp20 ribu per bulan. Kini, penghasilannya sebagai guru honorer sebesar Rp700 ribu per bulan. Sementara itu, suaminya hanya bekerja sebagai buruh tani yang penghasilannya tidak menentu.

" Kalau (penghasilannya) dibilang cukup, sih, nggak. Tapi, alhamdulillah ada keberkahan di situ," kata dia.

Jarak rumah dengan sekolahnya tidak terlalu jauh, sekitar 2 km. Aisyah pun berangkat mengajar dengan naik angkot, terkadang jalan kaki. " Kalau sama anak, ya, saya diantar naik sepeda motor," kata dia.

Tak hanya mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di Daarul Mustaqiem, Aisyah juga mengajar mengaji di rumahnya, tanpa memungut biaya. Dia ikhlas mengajari anak-anak membaca Alquran dan ilmu agama agar mereka bisa mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

" Kami tidak punya banyak ilmu, tapi (setidaknya) bisa dimanfaatkan untuk masyarakat. Setidaknya, mereka bisa tahu tentang agama dan membaca Alquran," kata dia.

Ibu beranak empat ini tak mau niatnya terhalang oleh keterbatasan dana. Aisyah dan suaminya pun giat menyisihkan sedikit penghasilannya untuk berangkat ke Tanah Suci.

" Kami ambil sedikit-sedikit. Niat ada, tapi sekarang belum tercapai," kata dia.

****

1 dari 1 halaman

Ketulusan Berbuah Manis...

Ketulusan Berbuah Manis... © Dream

Dream - Ketulusannya mengajar pun berbuah manis. Jalan Aisyah untuk menggapai mimpinya ke Tanah Suci mulai terbuka. Pada Desember 2015, dia mendapatkan berita baik, yaitu tawaran untuk berangkat umrah.

Kabar ini diperoleh dari kepala sekolah Daarul Mustaqiem. Suatu hari, Aisyah ditelepon kepala sekolah pada jam 00.00 WIB untuk ditawari berangkat umrah. Saat itu dikatakan bahwa tawaran ini ditujukan bagi guru-guru yang mengabdi lebih dari 20 tahun. Wanita kelahiran 1969 ini merasa tidak percaya. Bahkan, menganggap itu sebuah gurauan.

" Kata Kepala Sekolah, 'Bu Aisyah, ingin umrah tidak?' Pikiran saya karena saya dekat dengan kepala sekolah, saya kira itu gurau. Terus saya bilang, 'Kalau niat ada, tapi, bagaimana? Dari materi saya tidak ada'," kata dia.

Aisyah melanjutkan, kepala sekolahnya terus meyakinkan bahwa tawaran ini bukanlah sebuah candaan, melainkan tawaran yang serius. Dikatakan bahwa tawaran umrah gratis ini berasal dari salah satu bank syariah, PT BNI Syariah, lewat program umrah " Bu Guru Hasanah" .

" Terus Kepala Sekolah bilang sama saya, 'Bu, ini ada jatah umrah dari 'Bu Guru Hasanah'. Saya pun tidak percaya, 'Oh, ya, Pak? Betul?' (Kepala Sekolah menyakinkan saya), 'Oh, iya, Bu. Katanya Ibu ditempatkan (dalam program ini)," kata dia.

Aisyah pun melapor kepada suaminya bahwa dia menjadi salah satu calon peserta umrah. Tak pikir panjang, sang suami pun langsung memberikannya izin untuk berangkat umrah.

" Kata suami saya tidak apa-apa. Kalau gitu berangkat saja," kata dia.

Aisyah pun harus mengikuti seleksi dan diminta untuk mengirimkan data-datanya. Seleksi itu dimulai sebulan setelah ada penawaran umrah gratis bagi guru. Tak hanya itu, dia juga diwawancarai oleh pihak bank tentang lama masa kerja, gaji kerja, dan gaji pertama ketika bekerja. Selama seleksi, dia pun terus berdoa agar bisa terpilih.

Dan alhamdulillah, Aisyah pun terpilih sebagai peserta umrah gratis " Bu Guru Hasanah" tahun 2016. " Subhanallah, ini (rezeki) milik saya yang tidak pernah saya impikan," kata wanita yang tinggal di Kampung Nangkasari, Bogor itu.

Aisyah tak henti-hentinya mengucapkan syukur ketika terpilih untuk bisa melaksanakan umrah. Bahkan, sampai saat ini pun terkadang dia masih merasa haru.

" Kalau saya ingat ini, saya nangis. Saya bisa berangkat umrah dan tidak pernah memimpikan (bisa umrah secepat ini). Sekarang saya sudah menjalankannya. Alhamdulillah, maha besar rahmat Allah (yang diberikan kepada saya)," kata dia.

Akhirnya, Aisyah pun pergi melaksanakan umrah gratis pada 21 April 2016 lalu. Sekarang satu lagi yang menjadi tujuannya, yaitu bisa berangkat umrah kedua kalinya dengan sang suami.

" Di sana saya berdoa, mudah-mudahan bisa berangkat dengan suami, mudah-mudahan bisa kembali ke sana dan merasakan kenikmatan (ibadah umrah)," kata dia.

Beri Komentar