Puluhan Ribu Ton Gula Menumpuk, Nasim Khan Minta Pemerintah Segera Bertindak
Ilustrasi Gudang Gula - Image Created By AI
Reporter : Daniel Mikasa
APTRI Pusat sudah berkoordinasi dengan kementerian. Salah satu opsi adalah pembelian sementara gula oleh PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) dengan dana dari Danantara, untuk membantu mengosongkan gudang.
DREAM.CO.ID - Anggota Komisi VI DPR RI, Nasim Khan, menyoroti tumpukan gula pasir yang belum terjual di sejumlah gudang pabrik gula wilayah Situbondo dan Bondowoso, Jawa Timur. Di saat bersamaan, gula rafinasi justru membanjiri pasar. Ia mendesak pemerintah segera turun tangan untuk menyelesaikan persoalan ini.
Kondisi tersebut terungkap dalam audiensi antara Nasim Khan, Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), dan General Manager pabrik gula Regional 4 Jawa Timur di PG Prajekan, Bondowoso, Minggu (10/8/2025).
Data yang disampaikan memunculkan keprihatinan. Di PG Prajekan, terdapat 4.600 ton gula senilai sekitar Rp60 miliar yang belum terjual. PG Assembagoes, Situbondo, menyimpan 5.000 ton gula setara Rp50 miliar. Sementara itu, PG Panji memiliki 2.500 ton gula senilai Rp36 miliar yang menumpuk, dan di PG Wringin Anom ada 3.900 ton gula yang tak terserap pasar selama delapan periode terakhir.
“Ini ibarat nyawa di tenggorokan. Petani sudah menunggu pembayaran, tapi gula tidak laku di pasaran,” ungkap Chandra Sakri Widjaja, GM PG Prajekan.
Masalah ini dipicu maraknya gula rafinasi di pasaran, padahal seharusnya hanya digunakan industri makanan dan minuman. Gula rafinasi yang berwarna lebih putih dan memiliki rasa kurang manis dijual sekitar Rp13.600 per kilogram, lebih murah dari gula pabrik rakyat yang berada di kisaran Rp14.400. Padahal, harga acuan penjualan (HAP) pemerintah adalah Rp14.500 per kilogram.
Akibat stagnasi penjualan, pembayaran kepada petani tertunda. GM PG Assembagoes, Mulyono, menyebut empat periode giling terakhir belum bisa membayar petani, bahkan sisa gula musim lalu masih ada 140 ribu ton di gudang.
Sepekan sebelumnya, APTRI Pusat sudah berkoordinasi dengan kementerian terkait membahas solusi. Salah satu opsi adalah pembelian sementara gula oleh PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) dengan dana dari Danantara, untuk membantu mengosongkan gudang dan meringankan beban petani.
Namun, Nasim Khan menilai langkah itu hanya bersifat jangka pendek. Ia menegaskan perlunya langkah cepat pemerintah agar stok gula segera terserap pasar dan petani mendapatkan pembayaran.
“Kalau bisa jangan tunggu minggu depan, besok pun harus ada keputusan. Di regional ini saja, ratusan miliar rupiah belum terbayar. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan,” tegas Legislator Fraksi PKB tersebut.
Nasim juga meyakini bahwa Indonesia mampu memenuhi kebutuhan gula nasional tanpa impor, asalkan tata niaga diatur dengan baik dan harga petani dilindungi.
“Kami yakin SDM kita siap swasembada. Tapi kalau pasar dibanjiri rafinasi, semangat petani akan hilang,” tutup politisi asal Dapil Jawa Timur III itu.