Dream - Prinsip keuangan keberlanjutan telah menjadi perhatian utama di berbagai sektor, termasuk industri perbankan.
Hal ini didorong oleh meningkatnya kesadaran dari dampak perubahan iklim, tanggung jawab sosial, dan tata kelola yang baik yakni Environmental, Social, dan Governance (ESG).
Bank, sebagai lembaga yang berperan besar dalam perekonomian, memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa operasional dan investasinya mendukung pembangunan berkelanjutan.
Untuk itu, World Wide Fund (WWF) Indonesia meluncurkan kembali Laporan Sustainable Banking Assessment (Susba) 2023.
Susba merupakan sebuah tools perbankan dalam mengintegrasikan aspek Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) ke dalam kegiatan bisnis mereka.
“Ada 39 bank di ASEAN yang ikut serta dalam asesmen ini, dan 10 bank besar di Korea dan Jepang. Jadi, ada 49 bank dari delapan negara,” ucap Dewi Lestari Yani Rizki, Chief Conservation Office WWF Indonesia pada Media Briefing pada Rabu, 19 Juni 2024 kemarin.
Lewat laporan Susba 2023, tercatat 41% dari 11 bank di Indonesia diklaim telah menerapkan Three Lines of Defense.
Dari 11 Bank di Indonesia, di antaranya ada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BBRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero), PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Central Asia Tbk atau BCA.
Selanjutnya ada PT Bank BTPN Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk,PT Bank Pan Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Syariah Indonesia Tbk, PT Bank BTPN Tbk, dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
Dalam upaya mengimplementasikan konsep keuangan berkelanjutan (sustainability finance), three lines of defense memiliki peranan penting dan kritis.
Rizkia mengatakan, three lines of defense adalah mereka atau pihak yang berada di garda terdepan (first liner) seperti relation manager, risk assessment, dan mereka yang melakukan pemantauan dari penerapan kebijakan (policy) serta implementasi yaitu auditor internal.
Selain itu, Rizkia juga menjabarkan tentang kedua indikasi terkait three lines of defense yang disclose (diungkap) 41% oleh 11 Bank di Indonesia.
Layaknya sebuah journey persentase tersebut jika disandingkan dengan para bank early adopters yang perjalanannya sustainable finance sudah sekitar 20 tahun ke atas.
“Jika kita bisa lihat dari dua lensa, 41% untuk Indonesia progress itu merupakan salah satu good progress dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” katanya.
Berdasarkan indikasi tersebut, dapat dilihat bahwa pemahaman implementasi untuk menerapkan sustainability banking membutuhkan waktu.
Hal ini memunculkan indikasi selanjutnya, yaitu jika disandingkan antara implementasi dan room improvement untuk perbankan dengan target ambisius net zero emission.
Sektor perbankan perlu meningkatkan performanya dari aspek three lines of defense agar implementasinya efektif.
Advertisement