Resesi, Depresi, Dan Krisis Ekonomi Ini Memiliki Arti Yang Berbeda. (Foto: Shutterstock)
Dream – Sebelum dan setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kembali mengalami kontraksi, istilah resesi, depresi, dan krisis ekonomi sudah sering dibicarakan. Ketiganya muncul terutama usai roda ekonomi dunia dipaksa mengerem karena Covid-19.
Meski depresi dan resesi terdengar hampir sama, kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Begitu pula dengan krisis ekonomi.
Mengutip laman Merdeka.com, Jumat 6 November 2020, Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan resesi adalah pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut. Kondisi ini yang baru saja dialami Indonesia sekarang.
Diketahui ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 4,39 persen. Di kuartal II-2020 lalu, pertumbuhan negatif juga dialami Indonesia sebesar 5,32 persen.
“ Resesi itu, kan, definisinya pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi,” kata Josua kepada Merdeka.com.
Resesi ini merupakan bagian dari siklus ekonomi. Resesi teknikal itu merupakan kondisi yang memberikan sinyal suatu wilayah memasuki gerbang resesi.
Jika suatu negara yang mengalami resesi teknikal, belum tentu negara itu benar-benar jatuh dalam lubang resesi. Sebab, bisa saja kontraksi pertumbuhan ekonomi tersebut hanya merupakan siklus bisnis jangka pendek.
Namun, jika indikator-indikator ekonomi seperti PDB, inflasi dan pengangguran, belum juga pulih setelah 2 periode tersebut, itu dapat dikatakan bahwa negara tersebut sudah masuk dalam kondisi resesi.
Resesi ekonomi berlangsung dalam waktu lama bisa disebut depresi ekonomi. Suatu negara mengalami depresi ekonomi jika pertumbuhan ekonominya kontraksi dalam jangka panjang atau lebih dari satu tahun.
“ Apabila resesi yang berkepanjangan dan memiliki dampak jangka panjang, krisis tersebut dikatakan sebagai depresi,” kata Josua.
Sementara itu, krisis ekonomi dipahami sebagai adanya shock pada sistem perekonomian di suatu negara. Akibatnya, terjadi kontraksi pada instrumen perekonomian di negara tersebut, seperti nilai aset ataupun harga.
Berbeda dengan resesi ekonomi dan depresi ekonomi, suatu negara disebut mengalami krisis ekonomi jika pertumbuhan ekonominya mengalami kontraksi meskipun hanya satu kuartal. Namun, variabel suatu negara mengalami krisis tidak hanya dilihat dari pertumbuhan ekonominya, tetapi ada multidimensi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Josua menyebut krisis ekonomi muncul akibat kondisi keuangan global terganggu dan berdampak signifikan. Misalnya, nilai tukar mata uang, peningkatan utang negara yang signifikan dan inflasi yang relatif tinggi.
“ Kalau krisis ekonomi ini faktornya multidimensi, bukan hanya dilihat dari pertumbuhan ekonomi saja,” kata dia.
Advertisement
Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau