Bank Dunia Nilai Subsidi BBM Negara Timur Tengah Tidak Sehat

Reporter : Ramdania
Kamis, 6 November 2014 15:30
Bank Dunia Nilai Subsidi BBM Negara Timur Tengah Tidak Sehat
Subsidi BBM merupakan masalah di setiap negara yang masih menyubsidi masyarakatnya. Terutama di Timur Tengah yang saat ini mengalami penurunan penerimaan karena turunnya harga minyak.

Dream - Harga minyak yang kian menurun atau lebih rendah dari US$ 80 barel dapat menyebabkan negara-negara Timur Tengah mengalami kerugian. Hal ini akan memengaruhi anggaran mereka karena di tengah penurunan penerimaan negara, pemerintah juga terbebani biaya subsidi yang besar.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, Shantayanan Devarajan menyatakan terdapat enam negara Timur Tengah menghabiskan lebih dari US$ 160 miliar untuk subsidi energi setiap tahunnya.

Jumlah tersebut US$ 30 miliar lebih besar dari perkiraan kerugian negara-negara tersebut yang sebesar US$ 130 miliar dari penurunan harga minyak nasional yang terus menurun lebih dari 20% sejak Juni lalu.

Penurunan harga minyak ini telah menarik perhatian para ekonom dalam upaya memperbaiki anggaran negara Timur Tengah yang mengandalkan penerimaan negara dan penjualan minyak dan gas. Hampir 90% penerimaan negara tersebut berasal dari migas.

Menurut data IMF, PDB negara Timur Tengah, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab secara total sebesar US$ 1,64 triliun pada tahun 2013.

Devarajan mengatakan sekitar 10% dari anggaran dihabiskan untuk subsidi energi yaitu listrik dan Bahan Bakar Minyak setiap tahun. Arab Saudi memiliki beban subsidi terbesar dibandingkan negara Timur Tengah lainnya.

" Negara Timur Tengah harus mulai memotong subsidi energinya sekarang agar masalah anggaran mereka tidak semakin buruk," jelasnya seperti dikutip dari Arabian Business, Kamis, 6 November 2014.

Laporan Bank Dunia mencatat Timur Tengah dan Afrika Utara merupakan rumah bagi 5,5% dari populasi dunia dengan total PDB terhadap PDB dunia sebesar 3,3%, tetapi sumbangan besaran subsidinya 48% dari total subsidi energi global.

Bahkan Mesir menghabiskan anggaran untuk subsidi energi 7 kali lebih besar dibandingkan anggaran kesehatan. Bank Dunia juga menyatakan besarnya subsidi ini menguntungkan orang kaya.

" Subsidi ini sudah sangat besar dibandingkan pengeluaran publik lainnya seperti kesehatan, pendidikan, dan investasi. Hal ini menyebabkan besarnya utang pemerintah," tulis laporan tersebut.

" Wilayah MENA mengalami pertumbuhan yang rendah, pengangguran tinggi, kemacetan lalu lintas, dan polusi. Subsidi energi inilah yang menyebabkan masalah ini. Reformasi anggaran mereka harus menjadi prioritas tertinggi," ujar Bank Dunia.

Kuwait dan Oman telah memberikan pernyataan akan meninjau skema subsidi mereka dengan memotong anggarannya kecuali bagi penduduk yang berpenghasilan rendah. Turunnya harga minyak dapat menyebabkan pemerintah mempertimbangkan kembali anggaran subsidi energi ini, meski pemotongan subsidi ini sangat sensitif dari sisi politis.

Beri Komentar