SPBU Milik Shell Indonesia
Dream - Kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 2 ribu yang baru diumumkan pemerintahan Joko Widodo kemarin, menuai banyak komentar.
Pengamat ekonomi Aviliani menilai kenaikan harga BBM saat harga minyak dunia turun tidak memberikan dampak positif secara jangka panjang. Pasalnya, kenaikan harga tersebut hanya menurunkan kuantitas impor minyak dalam jangka pendek.
Untuk diketahui, harga minyak mentah dunia saat ini tengah dalam tren turun dan bergerak di kisaran US$ 80 per barel
" Kenaikan harga BBM ini perlu diapresiasi, meski naik Rp 2 ribu bukan yang ideal. Dengan menaikkan BBM maka impor minyak akan turun, tapi ini jangka pendek, tapi nanti begitu harga minyak naik USD 100 per barel, maka impor akan naik lagi karena harga BBM-nya jadi murah (jika dibandingkan BBM non subsidi)," ujar Aviliani di Jakarta.
Aviliani menilai, disparitas harga BBM bersubsidi dan non subsidi saat ini sudah tak terlalu jauh. Kondisi ini diharapkan membuat masyarakat golongan menengah yang tadinya menggunakan BBM bersubsidi lebih memilih menggunakan BBM non subsidi.
" Jadi sekarang banyak yang antre di Total atau Shell karena harganya cuma beda Rp 1.700," ungkapnya.
Namun, lanjutnya, begitu harga minyak naik, pemerintah harus melakukan penyesuaian harga lagi guna menekan subsidi BBM yang kembali tinggi.
Menurut Aviliani, sebetulnya ada 2 cara guna menekan subsidi energi ini. Pertama, dengan subsidi tetap dimana pemerintah menetapkan besaran subsidi yang akan diberikan.
" Misal harga BBM itu sebenarnya Rp 11 ribu, pemerintah menetapkan subsidi hanya Rp 3 ribu, jadi harga BBM bersubsidi Rp 8 ribu, tapi kalau harga BBM naik jadi Rp 12 ribu, pemerintah memberikan subsidi tetap sebesar Rp 3 ribu, maka harganya jadi Rp 9 ribu," jelasnya.
Namun, skema ini diakui memiliki kekurangan yaitu adanya risiko kenaikan harga barang berulang-ulang.
" Baru isu kenaikan BBM saja sudah bisa menaikkan harga barang sebegitu tingginya, bagaimana kalau harga BBM-nya naik berkali-kali, maka harga barang akan naik berulang-ulang," jelasnya.
Skema kedua dalam mengurangi subsidi BBM tanpa mengurangi daya beli masyarakat adalah pemberian subsidi yang tepat sasaran.
" Jadi misal pemilik motor setelah bayar pajak, didata, nanti dia bisa jadi penerima subsidi BBM atau dengan mengalihkan ke anggaran perbaikan gizi, jadi subsidinya sesuai by name by address," tandasnya. (Ism)
Advertisement
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Bikin Ngakak, Solusi Tora Sudiro yang Sering Dipunggungi Oleh Sang Istri Saat Tidur
Layanan Transaksi 7 Gerbang Tol Dalam Kota Jakarta Kembali Normal
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama