BNI Syariah Akan Melakukan IPO Awal Tahun Depan. (Foto: BNI Syariah)
Dream – PT BNI Syariah merngharapkan bisa menyusul saudaranya menjadi emiten Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan menargetkan go publik dengan menggelar Penawaran Umum Perdana Saham (initial public offering/IPO) pada awal 2019.
“ Pembentukan tim sudah,” kata Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo di Jakarta, dikutip dari Liputan6.com, Kamis 26 Juli 2018.
Menurut Firman, rencana IPO sudah masuk ke dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) sebagai salah satu aksi korporasi perusahaan. BNI Syariah juga harus mengantongi izin dari pemegang saham induk, yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero).
“ Saat ini, kami sedang menyiapkan. Yang jelas, kami sudah memasukkan RBB 2019. Awal tahun depan harapannya, ya,” kata Firman.
Firman memastikan, secara fundamental BNI Syariah telah siap menggelar IPO. Perseroan akan memakai laporan keuangan Desember 2017 atau Maret 2018 untuk aksi go public itu.
“ Tahun depan juga tahun Pemilu. Jadi, kami sedang melakukan simulasi. Tapi, dari sisi fundamental, kami sudah siap,” kata Firman.
Rencananya, BNI Syariah akan melepas saham ke publik sebanyak 20 persen. Dengan IPO ini, perseroan akan “ naik kelas” ke Bank Umum Kategori Usaha (BUKU) III.
Sekadar informasi, saat ini, BNI Syariah memiliki modal inti sebesar Rp4 triliun, padahal syarat BUKU III adalah modal intinya Rp5 triliun.
“ Apabila price to book value kami antara 1,5—2 kali, tambahan modal yang didapat dari IPO ini sekitar Rp1,5 triliun—Rp2 triiun. Ini sudah lebih dari cukup untuk tambah modal inti sehingga kami bisa menjadi bank BUKU III,” kata dia.
BI Rate Naik, Kinerja Tetap Aman
Sementara itu, SEVP Finance and Operation BNI Syariah, Wahyu Avianto, menambahkan kenaikan suku bunga acuan tidak akan berpengaruh besar terhadap bisnis pembiayaan perseroan.
Dari hasil Stress Test yang dilakukan perseroan, meski suku bunga acuan BI naik sampai 6,5 persen, kinerja BNI Syariah tak banyak terpengaruh.
" Karena pembiayaan bersifat murabahah yang bersifat tetap atau fixed,” kata Wahyu.
Wahyu menambahkan kenaikan suku bunga BI juga berdampak kecil terhadap rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR). Kalaupun ada penurunan CAR, angkanya sangat kecil.
“ Dampaknya tidak signifikan. Hanya 0,1 persen terhadap CAR. Dengan simulasi kenaikan nilai tukar sampai Rp20 ribu, suku bunga acuan 6,5 persen, CAR kita itu turun 0,1 persen,” kata Wahyu.
(Sumber: Merdeka.com, Liputan6.com/Bawono Yadika)
Advertisement
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Bukan Hanya Terkenal, Ellips Buktikan Diri Paling Dicintai Konsumen Lewat Penghargaan YouGov
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Fakta-Fakta di Balik Meninggalnya Nandi Juliawan, Pemeran Encuy Preman Pensiun