Twitter @ElisaStoneLeah,
Dream - Anak-anak kerap bersikap unik dan ulahnya kadang membuat orangtua merasa kebingungan. Seperti pengalaman Elisa Stone Leahy yang memiliki anak laki-laki berusia 13 tahun.
Lewat akun Twitter @ElisaStoneLeah, ia bercerita kalau harus menghadap pihak sekolah karena anaknya membawa toaster atau alat pemanggang roti listrik ke sekolah. Ukurannya cukup besar dan toaster tersebut dinyalakannya saat makan siang.
" Rupanya anak saya mendapat masalah hari ini karena MENYELUNDUPKAN TOASTER KAMI DI RANSELNYA dan mengeluarkannya saat makan siang untuk membuat pop tart untuk kelasnya. Saya tidak bisa berhenti tertawa.Dan siapa yang bisa menyalahkannya? Ini situasi yang lucu, pastinya," tulis Elisa.
Putra Elisa punya alasan khsusus melakukannya. Remaja itu ingin memberi makanan pada teman-teman sekelasnya, terutama yang tak membawa makan siang. Ia pun membawa biskuit Pop Tart. Biskuit ini diolah dengan dipanggang dan disantap dalam keadaan hangat.

Sang putra memang memiliki kecenderungan untuk selalu memberi pada orang-orang di sekitarnya. Elisa bercerita dulu saat menjalani perawatan karena kanker, putranya malah membelikan Lego untuk teman seusianya.
© Dream
" Dia berusia 13 tahun, remaja yang tidak banyak bicara, sedikit iseng, sangat manis. Beberapa tahun yang lalu seseorang memberinya US $100 sebagai hadiah ketika dia memulai pengobatan kanker. Dia meminta untuk pergi membeli set Lego yang bisa dia berikan kepada anak-anak lain di rumah sakit. 5 tahun kemudian, dia sama manisnya dan tidak ada tanda-tanda kanker," ungkap Elisa.
Cerita Elisa ini kemudian viral di berbagai media sosial sampai akhirnya diketahui berbagai brand makanan. Banyak yang salut dengan kebaikan putra Elisa untuk memberi makan teman-temannya.
Kellogg's, pemilik brand Pop-Tarts mengirim banyak sekali produk tersebut ke sekolah putranya untuk disantap bersama. Tak hanya itu, sumbangan juga diberikan terinspirasi dari putra Elisa ke No Kid Hungry, sebuah organisasi yang didedikasikan untuk mencegah kelaparan anak-anak di AS.
" Ini sangat liar. Saya senang ini membawa kegembiraan bagi orang-orang. Pop-Tarts mengirimkan Pop-Tarts ke sekolah, sumbangan ke bank makanan, di sana adalah stasiun berita yang ingin merekam seluruh segmen dalam beberapa minggu ketika kami kembali dari liburan musim semi...itu sangat tidak terduga," ungkap Elisa.
Ia tak menyangka ulah yang dilakukan putranya malah menginspirasi sebuah gerakan berdonasi makanan. Elisa sangat terharu dengan hal yang dilakukan putranya.
© Dream
Dream - Zaman digital seperti sekarang membuat banyak orang bisa membagikan karyanya dengan mudah. Termasuk anak remaja yang biasanya dipandang sebelah mata saat memamerkan karya-laryanya.
Melalui media sosial baik Instagram, Facebook, Twitter atau Tiktok, hasil karya bisa disebarkan secara massif. Bukan hanya membuat orang jadi tahu tapi juga mendatangkan pundi-pundi uang.
Seperti yang terjadi pada Nyla Hayes, remaja 13 tahun asal Amerika Serikat. Hasil karyanya berupa digital art tokoh ternama, hingga rekaan yang begitu terkenal di media sosial dijualnya sebagai NFT (non-fungible token) secara online.

Hasilnya tak tanggung-tanggung. Karya Hayes sangat diminati dan kini remaja itu menjadi jutawan. Karyanya yang paling mahal terjual pada 2021 lalu yaitu senilai 4 ETH (Ethereum, sejenis cryptocurrency) atau US $11.700, sekitar Rp168 juta.
Lalu goresannya yang terinspirasi dari seniman Frida Kahlo dijual seharga $4.900 atau Rp70,4 juta. Masih banyak karya lainnya yang terjual dengan harga tinggi.
© Dream
Awal Hayes tahu dirinya memiliki bakat dalam hal membuat sketsa digital adalah ketika diberikan ponsel oleh ibunya pada usia 9 tahun. Lewat aplikasi gmabar yang ada di ponsel tersebut, Hayes mulai membuat sketsa.

“ Saya bisa melihat betapa bersemangatnya dia tentang seninya dan saya hanya berpikir, jika saya bisa mendukungnya dengan cara apa pun. Itulah tepatnya yang akan saya lakukan," kata ibu dari Hayes, dikutip dari Cafemom.
Gambar Nyla pertama berupa potret keluarganya dan ia hanya menunjukkan pada orang terdekat. Pada awalnya, Hayes malu menunjukkan karyanya pada orang lain.
" Aku dulu gugup karena takut orang tidak akan menyukainya atau menganggapnya aneh," kata Hayes.
© Dream
Lama kelamaan, Hayes menemukan coretan khasnya yang ia sebut sebagai " Long Neckie" . Berupa gambar seseorang berleher panjang dan kebanyakan wanita. Ide itu berasal dari kesukaannya pada Brontosaurus yang berleher panjang.
" Saya tidak tahu harus menyebutnya apa Jadi saya hanya menganggap mereka sebagai long neckie," ujar Hayes.
Hayes juga menggambar banyak tokoh ternama. SepertiRuth Bader Ginsburg, Lucille Ball, Virginia Woolf, Virginia Hall, Greta Thunberg, Oprah Winfrey, Marilyn Monroe, Ratu Elizabeth II, Coco Chanel, dan Aretha Franklin.

Ibu Nyla dan pamannya adalah orang pertama yang menyarankan remaja itu menjual karya seninya dalam bentuk NFT. Sejujurnya, ketika saya pertama kali mendengar tentang NFT, saya agak menyukainya, sejujurnya saya tidak tahu tentang ini, tetapi saya sudah lama ingin mengeluarkan karya seni saya, jadi ini adalah platform yang bagus untuk melakukannya," kata Hayes.
Tak disangka sambutan pada karya-karya Hayes di NFT begitu ramai. Banyak yang membelinya dengan harga tinggi. Remaja ini pun terus berkasya dan mengasah kemampuannya dalam membuat digital art.
Sumber: Cafemom
Advertisement


IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Kenalan dengan CX ID, Komunitas Customer Experience di Indonesia

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget