Curhat WNI yang Kini Jadi Warga Singapura, Ungkap Alasan Pindah Kewarganegaraan

Reporter : Okti Nur Alifia
Jumat, 14 Juli 2023 14:45
Curhat WNI yang Kini Jadi Warga Singapura, Ungkap Alasan Pindah Kewarganegaraan
Pria berusia 38 tahun itu menjelaskan bahwa kepindahan warga negara itu adalah 'proses yang natural'.

Dream - Septian Hartono menjadi salah satu WNI yang kini menjadi warga negara Singapura. Dia menjadi warga Singapura pada 2020, setelah 15 tahun menginjakkan kaki di Negeri Singa tersebut.

Pria berusia 38 tahun itu menjelaskan bahwa kepindahan warga negara itu adalah 'proses yang natural'. Dia mendapatkan kesempatan beasiswa untuk kuliah S1 di Nanyang Technological University setelah lulus SMA di Jakarta pada 2003.

Setelah lulus sebagai penerima beasiswa, Septian diwajibkan bekerja di perusahaan Singapura selama tiga tahun. Jika ditotal, Septian tinggal di Singapura selama tujuh tahun sebelum menyandang status permanent resident (PR).

Septian lalu menikahi perempuan asal Indonesia yang juga mendapat beasiswa di NTU. Dan dikaruniai dua anak lalu mereka memutuskan untuk tinggal dalam jangka panjang di Singapura.

“ Setelah itu, make sense kalau kita convert (pindah kewarganegaraan),” kata Septian, dikutip dari BBC, Jumat 14 Juli 2023.

 

1 dari 3 halaman

Keputusan untuk berganti kewarganegaraan tidak diambil begitu saja oleh Septian Hartono. Selama 15 tahun dia berkali-kali mempertimbangkan untuk pulang ke Indonesia tetapi akhirnya memutuskan untuk tinggal karena 'alasan pragmatis'.

Karier menjadi salah satu faktor yang menentukan. Septian bekerja sebagai teknisi kesehatan di rumah sakit umum terbesar di Singapura dan dia merasa apa yang dia kerjakan sekarang belum ada di Indonesia, atau kalaupun ada, levelnya tidak sama seperti di Singapura.

Faktor lainnya ialah standar hidup di Singapura yang dinilai lebih baik dari Indonesia, yang menurut Septian itu berkat fasilitas publiknya.

“ Di Singapura keluarga kami bisa tinggal di rumah susun publik, ke mana-mana menggunakan transportasi publik, sekolah (anak) di sekolah negeri, saya bekerja di RS Umum, jadi lebih ke... Saya melihat bahwa hidup yang so-called baik itu justru hidup yang bisa menikmati fasilitas-fasilitas publik ini,” kata Septian.

2 dari 3 halaman

septian hartono

Sebagai perbandingan, dia menceritakan kehidupan sang adik di Jakarta yang dinilai lebih mahal.

“ Adik saya tinggal di Jakarta dan dia juga sudah punya anak. Saya lihat justru mungkin anak dia tuh biaya hidupnya lebih tinggi dari anak saya. Sekolah (swasta) lebih mahal, ke mana-mana mesti diantar-jemput naik mobil, segala macam,” katanya.

Tetapi meskipun sudah menjadi warga negara Singapura, Septian mengaku tidak pernah meninggalkan identitasnya sebagai orang Indonesia.

“ Ketika aku pindah tidak berarti aku meninggalkan ke-Indonesia-anku. Justru aku menjabarkan identitasku sekarang sebagai Indonesian-Singaporean,” ujarnya.

Menurut Septian, identitas Indonesia itu penting untuk memperkaya identitas Singapura itu sendiri.

“ Aku di sini juga kan ke gereja yang isinya komunitas orang Indonesia. Itu juga menarik, lebih dari setengah mungkin sudah warga Singapura, cuma tetap ada kekhasannya sebagai orang Indonesia-Singapura. Di satu sisi memperkaya identitas Singapura itu sendiri, di sisi lain juga tetap ada link dengan negara asal, Indonesia,” paparnya.

3 dari 3 halaman

Septian merasa pemerintah Indonesia sudah mulai melakukan upaya untuk mencegah brain drain dengan berbagai program seperti beasiswa LPDP, yang mensyaratkan penerimanya untuk pulang dan bekerja di Indonesia selama dua kali masa studi ditambah satu tahun (2n+1).

“ Zaman dahulu, banyak mahasiswa Indonesia tidak punya banyak opsi ketika ingin ke luar negeri karena itu opsi dari Singapura ini cukup atraktif,” ujarnya.

Berdasarkan pengamatannya, bahwa setidaknya di kalangan mahasiswa juniornya, jumlah orang yang pindah kewarganegaraan tidak sebanyak di angkatannya.

“ Pemerintah sudah menyadari mereka harus melakukan sesuatu untuk mempertahankan talenta mereka. Dulu enggak ada, jadi banyak brain drain," ungkapnya.

Beri Komentar