Deflasi Awal Tahun Untuk Ketiga Kalinya Landa Indonesia

Reporter : Syahid Latif
Senin, 2 Februari 2015 13:00
Deflasi Awal Tahun Untuk Ketiga Kalinya Landa Indonesia
BPS melaporkan ekonomi Indonesia mengalami deflasi pada Januari 2014 sebesar 0,24 persen.

Dream - Mengawali tahun 2015, laju ekonomi Indonesia masih dilanda deflasi. Badan Pusat Statistika (BPS) melaporkan indeks harga konsumen sepanjang Januari 2015 mencatat deflasi 0,24 persen.

Dengan pencapaian ini, tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2014-Januari 2015) mencapai 6,96 persen.

" Deflasi karena penurunan harga BBM, tarif angkutan kota, dan angkutan udara," kata Kepala BPS, Suryamin dalam konferensi pers di kantornya seperti dikutip Merdeka, Senin, 2 Februri 2015.

Laju deflasi di awal tahun ini merupakan yang ketiga kalinya dialami Indonesia. Sebelumnya, ekonomi nasional pernah mencetak deflasi pada Januari 1973 sebesar 1,65 persen dan Januari 2009 sebesar 0,7 persen.

Data BPS melaporkan, kota Padang mencatat deflasi tertinggi dari 51 kota dengan indeks sebesar 1,98 persen. Sementara Bandung dan Madiun mencetak deflasi terendah 0,05 persen.

Penurunan harga terbesar dialami pada kelompok pengeluaran, transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 4,04 persen. Sementara kelompok pengeluaran lainnya yang mengalami kenaikan indeks diantaranya bahan makanan 0,60 persen makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,65 persen; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,80 persen.

Di awal tahun ini, komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain bensin, tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan udara, solar, serta sejumlah produk sayur.

Sebaliknya, harga daging, ayam ras, telir, emas perhiasan, tarif kereta listrik, rokok, upah pembantu rumah tangga, dilaporkan justru mengalami kenaikan.

NEXT >> Neraca Perdagangan 2014 Loyo

1 dari 1 halaman

Neraca Perdagangan Indonesia 2014 Loyo

Neraca Perdagangan Indonesia 2014 Loyo © Dream

Pada bagian lain, BPS juga melaporkan nilai ekspor Indonesia sepanjang 2014 mencetak angka US$ 176,29 miliar atau turun 3,43 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan terbesar dialami ekspor Migas yang mencapai 7,05 persen sedangkan non migas turun 2,64 persen.

Di sisi impor, BPS melaporkan penjualan barang Indonesia ke luar negeri mencapai US$ 178,17 miliar, turun 4,53 persen dibandingkan setahun yang lalu. Padahal di akhir tahun lalu, laju impor naik 2,8 persen dari posisi November 2014.

Dengan pencapaian ini, kinerja perdagangan Indonesia sepanjang tahun lalu menalami defisit sekitar US$ 1,88 miliar. Neraca perdagangan sektor migas mencatat defisit US$ 13,13 miliar sedangkan nonmigas US$ 11,24 miliar.

Untuk Desember 2014, BPS justru melaporkan adanya surplus US$ 0,19 miliar yang dipicu surplus sektor nonmigas sebesar US$ 1,22 miliar. Sebaliknya, sektor nonmigas mencatat defisit US$ 1,04 miliar.

Beri Komentar