Mayjen Soeharto (Foto: Merdeka.com)
Dream - Peristiwa G30S PKI menjadi salah satu sejarah bangsa yang paling kelam. Sebanyak enam jendral dan satu perwira TNI AD tewas dibunuh dan jasadnya dikubur di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Peristiwa G30S PKI membuat suasana panas dan saling curiga antar satu kesatuan. Hingga Kapten TNI Eddie M Nalapraya, memasangkan ranjau anti-tank di rumah Mayjen Soeharto.
Saat itu Kapten Eddie ditugaskan mengawal para jenderal Angkatan Darat, termasuk Menteri Panglima Angkatan Darat yang dipegang oleh Mayjen Soeharto, setelah Letjen Ahmad Yani tewas diculik gerombolan Letkol Untung.
Eddie berasal dari pasukan Kujang Siliwangi. Pasukan yang dikenal tangguh dan punya pengalaman operasi tempur mulai dari menumpas PRRI/Permesta, DI/TII di Jawa Barat dan Sulawesi hingga pemberontakan lainnya.
Oleh karena itu tanpa bertanya lagi, Brigjen Soemitro langsung menganggukkan kepala saat Eddie melapor Bulan November 1965.
" Kujang adalah brand name," kata Eddie menggambarkan 'tersohornya' pasukan Kujang kala itu.
Pasukan pengawal ini dinamakan Kosatgas. Personelnya terdiri dari dua kompi pasukan Raider dari Indonesia Timur. Ditambah satu detasemen panser lengkap terdiri dari Saracen, Ferret dan Saladin.
Demikian dikisahkan dalam buku Jenderal Tanpa Angkatan, Memoar Eddie M Nalapraya, Jenderal Tanpa Angkatan, terbitan Zigzag Creative.
Tak cuma itu, jeep milik Letkol Herman Sarens Sudiro juga dibongkar dan dipasangi senapan mesin serta peluncur granat.
TNI AD tak mau lagi kecolongan seperti pada malam penculikan tujuh jenderal beberapa waktu sebelumnya.
Saat itu, Eddie menuturkan rumah Pak Harto di Jl Agus Salim sebenarnya sudah dikawal satu kompi pasukan Zeni. Kira-kira sekitar 80 orang pasukan. Namun Eddie merasa itu masih kurang.
Dia menugaskan satu peleton (kira-kira 20 orang pasukan) ditambah beberapa panser untuk mengawal Mayjen Soeharto.
Setiap malam Eddie ikut berjaga di rumah Pak Harto. Dia tak mau kecolongan. Bahkan dia pernah memasang ranjau anti-tank di jalan menuju rumah Soeharto. Jika ada pasukan penyerang, Eddie pun siap meledakkan ranjau tersebut.
Soeharto kala itu tidak pernah tahu karena Eddie memasang ranjau tersebut setiap sore hari dan melepasnya kembali pada pagi harinya.
" Saya lakukan itu untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan," kata Eddie.
Dia menambahkan, Pasukan Tjakrabirawa dan kekuatan-kekuatan lain yang berseberangan dengan Angkatan Darat juga masih ada.
Jika misal ada penculikan lagi, pasti Pak Harto jadi salah satu target utama. Eddie tak mau ambil risiko.
Mayjen Soeharto juga diam-diam mencari tahu siapa pengawalnya yang satu ini. Suatu malam dia memanggil Eddie.
" Die, Eddie sini," panggil Soeharto.
Eddie pun menghampiri dengan sikap hormat. Pak Harto lalu menyodorkan sebatang cerutu Kuba dan mengajak Eddie mengobrol.
Salah satu yang ditanyakan pada Eddie adalah pengalaman tempurnya. Pak Harto tampaknya cukup senang mendengar penugasan tempur Eddie.
Untungnya ranjau anti-tank itu tak pernah digunakan oleh Eddie dan pasukan.
Ketika Surat Perintah 11 Maret dikeluarkan, posisi Soeharto pun makin kuat. Susunan pengawal Kosatgas dibubarkan untuk direorganisasi.
Namun rupanya Pak Harto sudah kerasan dengan kinerja Kapten Eddie. Dia diminta untuk tetap mengawal Soeharto bahkan menjadi komandan detasemen kawal pribadi, ring yang paling dekat dengan Soeharto.
Eddie kelak pensiun dengan pangkat Mayor Jenderal TNI. Dia menjadi Kepala Staf Garnisun Ibukota Jakarta dan kemudian menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 1987.
(Sumber: merdeka.com)
Advertisement
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Prabowo Subianto Resmi Lantik 4 Menteri Baru Kabinet Merah Putih, Ini Daftarnya
Menanti Babak Baru Kabinet: Sinyal Menkopolhukam Dirangkap, Akankah Panggung Politik Berubah?