Dream - Walaupun dijajah Belanda selama 350 tahun, Indonesia tidak menutup hubungan diplomatik dengan negara Kincir Angin tersebut.
Setelah 25 tahun kemerdekaan, Soeharto menjadi Presiden pertama yang menginjakkan kaki di Belanda dan membuat hubungan Indonesia-Belanda semakin erat.
Dalam sebuah postingan di akun Instagram @arsip_indonesia, terlihat Presiden Soeharto mengunjungi Belanda pada 3 September 1970 bersama rombongan dan istrinya Tien Soeharto.
Kunjungan Soeharto tersebut disambut baik oleh Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard selaku pemimpin Kerajaan Belanda.
Bahkan Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard turun langsung ke lapangan terbang militer Ijpernberg untuk menyambut Soeharto dan istrinya.
Soeharto dan rombongannya berangkat ke Belanda menggunakan pesawat DC 8 “Pulau Bali” dari Garuda Indonesia.
Sesampainya Soeharto di Belanda, dirinya langsung disambut hangat oleh Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard serta pejabat istana lainnya. Soeharto dan rombongannya langsung diarahkan untuk menuju Istana Huis Ten Bosch.
Dengan jas hitam dan peci, Soeharto tampak berjalan gagah dan berwibawa di samping Ratu Juliana. Ibu Negara yaitu Tien Soeharto juga terlihat anggun dan cantik dengan mengenakan kebaya dan selendang.
Kedatangan Soeharto tidak hanya membawa kebahagiaan bagi Kerajaan Belanda. Masyarakatnya juga turut antusias menyambut Soeharto dengan menunggu di jalan yang akan dilalui oleh rombongan Presiden ke-2 Indonesia itu.
Namun karena adanya penyanderaan Duta Besar RI, Taswin Almalik di rumahnya yang berlokasi di Den Haag oleh pemuda Ambon dari Republik Maluku Selatan (RMS) yang sedang gentar melakukan pemberontakan, Soeharto dan rombongannya harus menaiki helikopter untuk menuju istana.
Kejadian tersebut membuat Soeharto gagal bertemu dengan masyarkat Belanda yang menunggunya. Bahkan kunjungannya terancam batal karena pemuda penyandera tersebut mengancam membunuh pihak-pihak penting yang sedang disanderanya.
Tetapi, ancaman tersebut tidak membuat Soeharto gentar. Dirinya tetap melanjutkan kunjungan bersama pengawalan dari pihak Belanda.
Sesampainya di istana, agenda pertama yang dilakukan Soeharto adalah makan siang bersama dengan pihak kerajaan.
Seusai itu, Soeharto bersama Adam Malik yang saat itu mejabat sebagai Menteri Luar Negeri dan Widjojo Nitisastro sebagai Kepala Bappenas berdiplomasi dengan Ratu Juliana.
Di hari terakhir Soeharto di Belanda, Ratu Juliana menyerahkan kropak Nagarakertagama yang dibuat oleh Empu Prapanca pada abad-14. Benda bersejarah tersebut diperoleh Belanda di Lombok dan disimpan di Leiden bertahun-tahun lamanya.
Dalam penyerahan tersebut, Soeharto tampak gagah menggunakan baju hitam seperti khas kerajaan Belanda namun tetap dengan sentuhan peci hitam dan kain songket khas nusantara. Sedangkan istrinya Tien Soeharto tetap dengan gaya wanita Indonesia menggunakan kebaya berserta rambut yang disanggul.
Advertisement