Dream - Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) menemukan 2.330 hoaks selama tahun 2023. Kebanyakan dari informasi hoaks yang ditemukan mengupas isu politik dengan jumlah sebanyak 1.292.
Sementara 645 di antaranya adalah hoaks terkait Pemilu 2024.
Jumlah hoaks politik dilaporkan naik dua kali lipat dibandingkan masa Pemilu 2019 yang mencapai 644.
Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho menjelaskan, semua pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 menjadi sasaran utama hoaks politik. Konten tersebut berisi konotasi positif maupun negatif.
Dia menjelaskan, Capres nomor urut 1 Anies Baswedan menjadi kandidat yang paling banyak disebut dalam narasi hoaks. Mantan menteri dan gubernur DKI Jakarta itu menjadi target informais hoaks dengan 206 bernada positif dan 116 bernada negatif.
Sementara pasangannya, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mendapay 17 hoaks bernada positif dan 5 negatif.
Jumlah tersebut sangat besar dibandingkan dengan Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto yang disebut dalam informasi hoaks sebanyak 28 bernada positif dan 66 negatif.
Sementara wakilnya, Gibran Rakabuming Raka disebut pada 12 hoaks berkonotasi positif dan 74 negatif.
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo disebut pada 63 hoaks bernada positif dan 73 negatif. Pasangannya Mahfud MD disebut dalam 44 hoaks positif dan 5 negatif.
Septiaji menyebut, konten hoaks yang paling banyak ditemukan adalah dukungan/pengakuan kepada kandidat 33,1 persen, diikuti isu korupsi 12,8 persen dan penolakan terhadap kandidat 10,7 persen dan karakter atau gaya hidup negatif kandidat 7,3 persen. Sedangkan isu kecurangan pemilu sebesar 5 persen dan isu SARA 3,9 persen.
" Isu kecurangan pemilu harus disikapi dengan sangat serius oleh penyelenggara pemilu. Karena isu ini yang diprediksi meningkat tajam setelah hari-H (14 Februari 2024), dan berpotensi membuat orang menolak hasil pemilu dan memantik keonaran. Kami sudah menemukan beberapa konten hoaks yang mendelegitimasi penyelenggaraan pemilu seperti hoaks mobilisasi ODGJ (orang dengan gangguan jiwa), hoaks sistem teknologi informasi (TI) KPU, dan isu keberpihakan penyelenggara pemilu," kata Septiaji.
Dia menambahkan, platform Youtube menjadi tempat ditemukan hoaks terbanyak yakni 44,6 persen. Diikuti oleh Facebook 344 persen, Tiktok 9,3 persen, Twitter atau X 8 persen, Whatsapp 1,5 persen, dan Instagram 1,4 persen.
“Dominasi konten hoaks berupa video menjadi tantangan besar bagi ekosistem periksa fakta, karena konten hoaks video cepat sekali viral karena sering dibumbui dengan elemen yang emosional. Sedangkan upaya periksa fakta konten video membutuhkan proses yang lebih lama ketimbang foto atau teks,” terangnya.
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur