Dream - Sabtu malam, 19 Mei 2024 kemarin, Ruben Onsu dilarikan ke RSUD Majalengka karena kondisinya menurun secara tiba-tiba. Sebelumnya, suami Sarwendah juga sempat menceritakan ke publik lewat tayangan di salah satu stasiun televisi kalau dirinya memang memiliki penyakit.
Dalam tayangan FYP Trans7 2022 lalu Ruben mengungkap penyakitnya. Ia menjelaskan kalau dirinya mengalami penyempitan sumsum tulang belakang. Tak hanya itu, Ruben juga mengidap Empty Sella Syndrome (ESS).
ESS sendiri merupakan penyakit langka yang menyerang pelindung kelenjar pituitari, yaitu sella tursika. Kondisi tersebut membuat Ruben harus selalu dipantau secara medis hingga saat ini. Apa efek penyakit ini pada presenter 40 tahun itu?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ESS merupakan penyakit yang menyerang pelindung kelenjar pituitari atau sella tursika. Sella tursika sendiri terletak di struktur tulang di dasar tulang tengkorak.
Kelenjar pituitari sendiri berfungsi untuk memproduksi hormon yang mengontrol fungsi organ tubuh. Ketika kelenjar tersebut mengalami gangguan, produksi serta kerja hormon pun terganggu.
Dilansir dari Alodokter, sebenarnya penyebab ESS belum diketahui pasti, tapi ada beberapa hal yang kerap dikaitkan dengan kondisi ini.
Mulai dari cacat lahir di lapisan pembungkus otak, cedera kepala akibat benturan keras atau kecelakaan, terapi radiasi di area kepala, tumor otak, infeksi otak atau ensefalitis, serta sindrom Sheehan.
Semua hal tersebut diduga mampu menyebabkan gangguan pada kelenjar pituitari yang akhirnya tidak berfungsi normal.
Beberapa gejala ESS cukup sering dialami banyak orang. Itulah mengapa gejalanya sulit terdeteksi, kecuali kelenjar pituitari mengalami penyusutan dan menyebabkan ketidakseimbangan hormon.
Setiap orang bisa mengalami gejala berbeda-beda, bergantung pada hormon yang terdampak akibat kerusakan kelenjar pituitari.
Kendati demikian, ESS dapat membuat penderitanya selalu merasa lelah, sakit kepala kronis, penurunan kualitas penglihatan, mata kering, atau tekanan darah tinggi.
Sindrom ini juga mampu mempengaruhi sistem reproduksi dan fungsi tubuh lainnya, sehingga menimbulkan gejala seperti penurunan gairah seksual, gangguan menstruasi pada wanita, impotensi pada pria, infertilitas, serta keluarnya cairan jernih tanpa bau dari hidung.
Sebelum terdiagnosa ESS, dokter akan menelusuri riwayat kesehatan pasien maupun keluarga. Pasien akan diminta melakukan sejumlah pemeriksaan seperti tes darah untuk mendeteksi kadar hormon, CT scan, atau MRI kepala.
Pasien yang mengalami ESS tanpa perubahan signifikan pada kelenjar pituitari, gangguan fungsi hormon, atau mengalami gejala tertentu, hanya akan dipantau kondisinya secara rutin.
Sementara pasien yang mengalami gejala tertentu akibat penyusutan kelenjar pituitari dan gangguan fungsi hormon akan diberikan pengobatan tertentu agar hormonnya seimbang.
Dokter mungkin juga akan memberi obat tetes mata, anti nyeri, anti hipertensi, bahkan menyarankan tindakan operasi jika mengalami kebocoran cairan serebrospinal melalui hidung.
Penyakit ini tidak berbahaya jika dikontrol sejak dini. Walau demikian, ESS juga bisa berujung fatal jika mengalami komplikasi akibat tekanan pada otak, gangguan hormon, atau masalah aliran cairan serebrospinal.
Semoga kondisi Ruben sehat kembali ya, Sahabat Dream.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?