Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.
Dream – Nilai tukar Dolar AS kembali terhadap rupiah kembali menguat. Kali ini, mata uang Negeri Paman Sam itu nyaris menyentuh Rp14.600.
Dilansir dari laman Bank Indonesia (BI), Senin 13 Agustus 2018, menurut kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI, dolar menanjak ke level Rp14.583. Dolar AS melesat dari posisinya pada Jumat, 10 Agustus 2018 di level Rp14.437.
Posisi dollar AS awal pekan ini merupakan yang terendah sepanjang 2018. Posisi terkuat Dollar AS pada tahun ini sempat tercatat di level Rp 15.541 pada 24 Juli 2018 lalu.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan ada banyak faktor yang mempengaruhi kondisi rupiah. Kali ini, penyebabnya adalah krisis di Turki.
“ Setiap hari ini selalu ada berbagai faktor bisa saling mempengaruhi. Jadi, pada minggu terakhir ini, faktor yang berasal dari Turki,” kata Sri Mulyani di Jakarta, dilansir dari Merdeka.com, Senin 13 Agustus 2018.
Dia mengatakan dampak krisis Turki ini terjadi secara global. Hal ini disebabkan oleh krisis yang tak terdampak pada sektor ekonomi, tetapi juga sektor lainnya.
" Menjadi muncul secara global, karena tidak dari sisi magnitude-nya yang terjadi dinamika di Turki, tapi juga karena nature atau karakter persoalannya yang sebetulnya ada persoalan serius, mulai masalah currency-nya juga pengaruh terhadap ekonomi domestik, dan terutama juga dimensi politik dan security di sana," kata Sri Mulyani.
© Dream
Dia menegaskan fundamental ekonomi Indonesia masih kuat dilihat dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2018.
" Pertumbuhan ekonomi kita di kuartal II cukup kuat, dan itu dorong oleh konsumsi, kita tetap mengatakan investasi dan ekspor perlu dipacu, sedangkan CAD (current account deficit/defisit neraca berjalan) mengalami peningkatan jadi 3 persen, ini masih lebih rendah jika dibandingkan situasi pada tappertantrum 2015 yang bisa di atas 4 persen,” kata dia.
Sri Mulyani juga mengatakan pemerintah akan selalu mengedepankan aspek kehati-hatian menghadapi situasi ekonomi global.
“ Lingkungan yang kita hadapi sangat berbeda dengan 2015, 2015 waktu itu quantitative easing masih terjadi dan kenaikan suku bunga belum dilakukan baru diungkapkan. Sekarang suku bunga sudah naik secara global dan quantitative easing sudah mulai dikurangi. Inilah yang menyebabkan tekanan lebih kuat terhadap berbagai mata uang di dunia,” kata dia.
Advertisement
Komunitas InterNations Jakarta, Tempat Kumpul Para Bule di Ibu Kota

Lihat Mewahnya 8 Perhiasan Bersejarah Kerajaan Prancis yang Dicuri dari Museum Louvre

Hobi Membaca? Ini 4 Komunitas Literasi yang Bisa Kamu Ikuti

Baru Dirilis ChatGPT Atlas, Browser dengan AI yang `Satset` Banget

Bikin Syok, Makan Bakso Saat Dibelah Ternyata Ada Uang Rp1000



Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!

Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu


Komunitas InterNations Jakarta, Tempat Kumpul Para Bule di Ibu Kota

Lihat Mewahnya 8 Perhiasan Bersejarah Kerajaan Prancis yang Dicuri dari Museum Louvre

6 Sumber Penghasilan Hamish Daud Suami Raisa, Artis Sampai Bisnis