Dollar AS Masih Menguat.
Dream – Amukan dollar AS masih belum mereda. Mata uang Paman Sam masih bertengger di level Rp15 ribu.
Dilansir dari data Bloomberg, Rabu 2 Oktober 2018, nilai tukar dollar AS terhadap rupiah di pasar spot telah menyentuh level Rp15.077, pada pukul 12.26 WIB.
Kurs dollar AS tercatat menguat 35 poin (0,23%) dari pembukaan perdagangan di level Rp15.065.
Dolar AS sempat menyentuh level tertinggi di Rp15.087.
Hingga hari ini, dollar AS sudah naik 11,23 persen.
Sementara data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar dollar AS terhadap rupiah telah menyentuh Rp15.000.
BI selama ini membuat acuan nilai rata-rata kurs dollar AS terhadap rupiah dari beberapa bank besar di tanah air. Untuk hari ini, JISDOR BI mencatat dollar AS rata-rata diperjualbelikan di level Rp15.088 atau melemah Rp100 dibandingkan posisi kemarin (Selasa, 2 Oktober 2018).
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, menyatakan melemahnya kurs rupiah dipicu faktor eksternal dan internal. Dari faktor eksternal, dollar AS cenderung menguat terhadap mata uang dunia karena imbal hasil surat berharga Amerika Serikat yang naik.
Dilansir dari Liputan6.com, kesepakatan dagang antara Meksikp dan Kanada juga membuat dollar AS menguat.
Sentimen lama berupa perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok juga masih membuat investor cemas. Diperkirakan Amerika Serikat masih menaikkan tarif impor barang Tiongkok. Ini memicu kekhawatiran pelaku pasar.
“ Tak hanya dollar AS yang menguat, tetapi juga yen. Pelaku pasar menghindari aset negara berkembang, back to safe haven,” kata Josua.
Tren harga minyak dunia yang menguat juga menjadi penyebab dolar AS menguat. Harga minyak Brent menyentuh posisi US$84,98 per barel pada awal pekan ini. Harga minyak berjangka di Amerika Serikat menyentuh posisi US$75,3 per barel, tertinggi sejak November 2014.
" Harga minyak menguat membuat dampak negatif terhadap negara pengimpor minyak karena dapat perlebar defisit neraca perdagangan," kata dia.
Dari dalam negeri, Joshua mengatakan penguatan harga minyak membuat investor asing khawatir terhadap defisit transaksi berjalan, termasuk untuk negara pengimpor minyak, seperti Indonesia.
Namun, Joshua masih cukup optimistis defisit transaksi berjalan bisa berada di bawah 3 persen sampai akhir 2018.
Berdasarkan data Bank Indonesia, defisit transaksi berjalan tercatat US$8 miliar atau 3,04 persen dari PDB pada kuartal II 2018. Angka ini lebih tinggi dibandingkan defisit kuartal sebelumya US$5,7 miliar miliar atau 2,21 persen dari PDB. Hingga semester I 2018, defisit transaksi berjalan baru mencapai 2,6 persen dari PDB.
" Secara rata-rata 2,6 persen. Faktor musiman pada kuartal II. Semestinya kuartal III-IV terutama kuartal IV akan landai. Faktor dari dampak kebijakan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah, maka defisit neraca transaksi berjalan 2,5 persen-2,7 persen pada 2018. Defisit transaksi berjalan tiga persen terhadap PDB kecil kemungkinan," kata Josua.
Ia menambahkan faktor eksternal mendominasi itu mendorong pelaku pasar keluar dari pasar keuangan. Hal tersebut juga mendorong imbal hasil surat utang negara (SUN) sentuh posisi 8,09 persen.
Menurut Josua, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS tidak sendirian. Mata uang di Asia pun merosot terhadap dolar AS. “ Mata uang Korea Selatan won, baht Thailand, dan peso Filipina (melemah terhadap dolar AS-red)," kata dia.
(Sumber: Liputan6.com/Agustina Melani)
Advertisement
Asam Urat di Usia Muda? Ini 7 Penyebab dan Cara Mencegahnya
Komunitas Muda Mudi Surabaya, Peduli Lingkungan Lewat Langkah Kecil Berdampak Nyata
BPKH Setor Rp2,7 Triliun ke Arab Saudi untuk DP Haji 2026
10 Usulan Dewan Pers Soal Perubahan UU tentang Hak Cipta
Arab Saudi Buat Proyek `Sulap` Sampah Jadi Energi Listrik
5 Sumber Penghasilan Amanda Manopo yang Menikah di Hotel Mewah
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Inovasi Koper Akses Ganda untuk Pengalaman Traveling Lebih Praktis dan Stylish
Ruang Aman Baru untuk Perempuan: Salon Premium yang Hadirkan Privasi dan Pemberdayaan
Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia, Saling Membantu dan Memberi Dukungan