Dua Mitos Sistem Keuangan Warga Miskin yang Terbantahkan

Reporter : Syahid Latif
Sabtu, 8 November 2014 09:00
Dua Mitos Sistem Keuangan Warga Miskin yang Terbantahkan
Mitos yang menyebut masyarakat miskin gagap teknologi dalam sistim keuangan canggih ternyata tak seluruhnya benar. Ternyata masyarakat bawah ini semakin maju dan mulai mengenal konsep simpanan.

Dream - Mitos yang menyebut masyarakat miskin Indonesia gagap teknologi dalam sistim keuangan canggih ternyata tak seluruhnya benar. Dalam ujicoba, ternyata masyarakat bawah ini semakin maju dan mulai mengenal konsep simpanan.

" Dalam ujicoba yang kami lakukan, sudah ada beberapa mitos yang gugur," kata Koordinator Kelompok Kerja Kebijakan TNP2K, Suahasil Nazara, dalam Seminar Nasional Keuangan Inklusif ISEF 2014 di Surabaya, Jawa Timur.

Menurut Suahasil, mitos pertama yang sudah gugur adalah anggapan bahwa electronic money hanya didominasi smartphone canggih. Namun ternyata, handphone lawas pun bisa menggunakan sistim keuangan ini, sepanjang bisa menerima layanan pesan singkat atau SMS.

Untuk diketahui, program bantuan langsung tunai, yang dilakukan pemerintahan Presiden Joko Widodo alias Jokowi, menggunakan layanan keuangan digital. Masyarakat miskin kini tak lagi menerima uang tunai melainkan lewat sistim elektronik.

Mitos ke dua adalah anggapan bahwa masyarakat miskin selalu menghabiskan Bantuan Langsung Tunai alias BLT yang diterima. Saat ini, kata Suahasil, mulai tumbuh kesadaran untuk memilki simpanan berupa tabungan di kalangan masyarakat miskin.

" Dulu ada anggapan kalau orang miskin diberi Rp 200 ribu akan dihabiskan semuanya. Dari ujicoba, banyak yang menyisakan Rp 50 ribu, 100 ribu, 150 ribu. Jadi kelompok masyarakat miskin bisa dilayani layanan keuangan," tambah Suahasil.

Beri Komentar