Dream - Dubai berencana menjadi pusat industri emas. Pasalnya, di padang pasir pinggiran Dubai kini tengah dibangun satu kilang emas terbesar dunia. Ketika selesai tahun depan, maka kilang ini akan mengubah keseimbangan kekuasaan dalam industri emas global.
Pertumbuhan permintaan logam mulia memang terjadi di kawasan Timur di mana ekonomi Asia yang tengah berkembang pesat. Sayangnya, untuk industri pembuatan emas masih didominasi Eropa dan Amerika Serikat.
Namun, kilang senilai US$ 60 juta yang dibangun Kaloti Precious Metals di Dubai ini akan mengubah dominasi tersebut, seperti rencana Dubai Gold and Commodities Exchange yang akan memperkenalkan pusat industri emas itu pada Juni mendatang.
" Dubai telah menjadi pusat perdagangan emas. Kilang ini merupakan bagian dari tahap selanjutnya, sehingga Dubai menjadi pusat industri emas," ujar Chief Executive Kaloti Precious Metals Tarek El Mdaka dalam wawancara di arabianbusiness.com yang dikutip Dream, Selasa 6 Mei 2014.
Jika Dubai berhasil, maka akan menjadi contoh bagaimana negara Arab ini dapat menggunakan kedekatannya dengan konsumen di India dan China, serta kolaborasi dengan pajak yang rendah serta perkembangan sektor transportasi.
Menurut Dubai Multi Commodities Centre, nilai impor dan ekspor yang dipegang Dubai saat ini mencapai US$ 75 miliar pada tahun 2014 dari US$ 6 miliar pada tahun 2003. Hampir 40% perdagangan emas fisik dunia melalui Dubai.
Sayangnya, untuk industri pemurnian emas masih tertinggal. Kapasitas tahunan Uni Emirat Arab sekitar 800 ton, termasuk dalam kilang sebesar 450 ton yang sudah dioperasikan Kaloti. Sedangkan Swiss mendominasi industri emas ini dengan 3.000 ton atau 50% dari penyulingan global.
Nantinya, dengan kilang baru ini maka kapasitas tahunan mencapai 1.400 ton emas dan 600 ton perak atau tiga ali ukuran kilang UEA saat ini.
Proyek besar ini dibangun karena melihat potensi permintaan emas di Asia yang akan terus meningkat. Meskipun, tidak ada jaminan mengenai prediksi ini. Pasalnya, seperti yang terjadi pada tahun lalu, India menaikkan 10% bea masuk logam. Menurut The World Gold Council, permintaan emas global turun 15%.
Namun, Presiden Kaloti, Munir al-Kaloto, melihat risiko jangka panjang untuk industri ini sangat kecil. Pertumbuhan perdagangan emas meningkat rata-rata 25-35% dibandingkan 25 tahun lalu yang nilainya mencapai US$ 30 miliar pada tahun 2012.
" Ini bukan tentang Dubai, tetapi sebuah tren yang besar di masa depan," tegas Kaloti.
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`