Putri Donald Trump, Ivanka Trump.
Dream – Kondisi sebenarnya karyawan pembuat baju untuk label Ivanka Trump terungkap. Ternyata mereka hanya dibayar dengan upah kecil, tidak bisa tinggal dengan anak-anaknya, dan tidak ada hari libur ketika pekerja wanita menstruasi.
Salah satu media asal Inggris, The Guardian, mewawancarai karyawan-karyawan yang bekerja di pabrik label fesyen di Subang, Jawa Barat. Laman itu menulis bahwa para karyawan mendapat bayaran paling minim di Asia dan harus bekerja dengan target produksi yang tinggi. Tak jarang, mereka bekerja lembur.
Salah satu karyawan yang diwawancarai The Guardian adalah Alia, karyawan di PT Buma Apparel Industri, sebuah pabrik garmen Korea yang membuat pakaian untuk sejumlah brand, termasuk Ivanka Trump.
Alia mulai bekerja di Buma setelah lulus SMA. Setelah menikah, dia dan suaminya, Ahmad, harus bekerja. Meskipun demikian, Alia tidak bisa melunasi utang-utang mereka.
© Dream
Bertahun-tahun bekerja di Buma, Alia hanya bisa menyewa rumah kos berdebu dengan biaya sewa US$30, atau sekitar Rp399 ribu, perbulan. Rumah kos itu didekorasi dengan foto anak-anak mereka karena Alia dan suami tidak bisa menanggung biaya hidup anak-anak jika tinggal bersama. Dua anak Alia tinggal di rumah nenek, yang jaraknya ditempuh berjam-jam dari Subang.
Bekerja di Buma, Alia hanya mendapatkan upah sebesar Rp2,3 juta per bulan. Upah yang diterimanya ini 40 persen lebih rendah daripada buruh di pabrik Tiongkok, yang juga memasok brand Ivanka Trump.
Banyak buruh pabrik Buma yang mengetahui siapa Ivanka Trump. Alia dan Ahmad—yang juga merupakan buruh garmen, adalah orang Islam dan tidak menyukai kebijakan Trump terhadap orang Muslim. Ya, Trump pernah merilis larangan orang Islam masuk ke Amerika Serikat.
“ Kami tidak menyukai kebijakan Trump,” kata Ahmad.
© Dream
Ketika The Guardian bertanya kepada Alia tentang buku Ivanka yang bertajuk perempuan di tempat kerja, Alia tertawa keras. Menurut dia, keseimbangan hidup itu seorang perempuan bertemu dengan anak-anaknya lebih dari sebulan sekali.
Seorang pekerja Buma lainnya adalah Sita. Wanita berusia 23 tahun ini keluar dari kuliahnya karena orangtuanya sakit. Dia bekerja di Buma sejak tahun lalu dan kontraknya akan segera habis setelah tujuh bulan bekerja di sana.
Di Buma, Sita mengaku bayaran yang diterima sangat kecil, yaitu Rp2,3 juta. Bahkan, uang lembur pun tidak diterimanya sepeserpun.
“ Saya ingin pindah dari Subang karena upahnya terlalu kecil. Tapi, saya tidak tahu harus pindah ke mana karena tidak punya koneksi,” kata dia.
© Dream
Namun, di antara keluh dan kesah karyawan soal upah, ada juga pekerja yang mengaku happy bekerja di pabrik ini. Misalnya Eka, seorang single mother yang memiliki dua anak, yang telah bekerja di pabrik itu selama tujuh tahun.
“ Saya masih menyukai pekerjaan saya. Itu tidak terlalu sulit,” kata dia.
Begitu pula dengan seorang perempuan yang belum menikah, Yuma. Dia mengaku senang bekerja di Buma.
“ Orangtua saya petani dan bertani adalah pekerjaan yang melelahkan. Setidaknya di sini ada AC,” kata dia.
Advertisement
Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini

Kasus Influenza A di Indonesia Meningkat, Gejalanya Mirip Covid-19

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya
