Ilustrasi Crowdfunding (http://cullinanelaw.com/)
Dream - Entrepreneur muslim dan segelintir kalangan orang kaya pelan-pelan mulai mengurangi porsi pinjamannya ke bank. Mereka kini tertarik dengan model pembiayaan baru.
Khusus di kawasan Asia, para pebisnis baru kini semakin banyak melirik model penggalangan dana Islami (Islamic Crowdfunding) untuk membiayai proyeknya.
Praktik penghimpunan dana dari sejumlah investor lewat internet kini memang tengah menjamur di Singapura. Targetnya adalah pebisnis yang ingin menginvestasikan dananya sesuai dengan prinsip syariah.
Ethis Pte, sebuah perusahaan yang dibangun pada Maret 2014 telah berhasil menghimpun dana US$ 1,8 juta (Rp 24,6 miliar). Uang tersebut selanjutnya digunakan untuk membantu pembeli rumah dengan harga terjangkau di Indonesia.
Direktur Ethis Lte, Umar Munshi menargetkan bisa kembali menghimpun dana 50 juta dollar Singapura hingga tahun 2017.
Umar mengatakan berencana mengembangkan model bisnisnya ini di Malaysia tahun depan.
Kapital Boost Pte telah memulai merintis bisnis untuk membiayai bisnis kecil di kawasan Asia Tenggara.
Bisnis crowdfunding di seluruh dunia memang tengah mekar. Pada 2014 saja terhimpun dana dari para investor hingga US$ 16,2 miliar.
Merujuk penelitian Massolution, model bisnis anyar ini dimulai oleh Kickstarter. Namun, asosiasi penghimpun dana teluk menilai potensi besar bisnis ini masih menghadapi kendala minimnya dukungan kebijakan.
Di kawasan ASEAN, Malaysia menjadi negara pertama yang memperkenalkan model pembiayaan modal sejak tahun lalu. Sementara Indonesia sama sekali belum mengeluarkan aturan dan Singapura baru sebatas pengkajian.
Pada OKtober 2015, otoritas pasar modal AS, US Secutieies and Exchange Commision telah menyetujui aturan yang membolehkan investor kecil untuk membeli saham dari perusahaan startup yang dibayai lewat crowfunding.
" Potensi pengumpulan dana Islami sangat besar. Sepanjang bisnis ini riil dan fokus pada nilai-nilai Islami seperti bagi untung dan rugi," kata salah seorang anggota pendiri asosiasi syariah di Singapura, Zainul-Abidin. (Ism)