Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Gabungan 3 Negara Asia Tak Cukup Kalahkan Bisnis Syariah RI

Gabungan 3 Negara Asia Tak Cukup Kalahkan Bisnis Syariah RI Keramaian Festival ISEF 2014 Di Gedung Dyandra Expo, Surabaya (Dream.co.id/Syahid)

Dream - Meski tertinggal dalam hal besaran aset bank syariah, Indonesia justru masih jauh lebih unggul dalam berbagai potensi jasa keuangan syariah di Indonesia.

Dengan kekayaan populasi muslimnya, Indonesia sebenarnya bak raksasa bagi bisnis ritel syariah di dunia.

"Bayangkan saja, ada 1,5 persen penduduk Indonesia atau 3 juta orang yang menolak menggunakan jasa keuangan konvensional," kata Direktur Makarim Consulting, Adiwarman Azwar Karim Business Consulting disela Seminar Nasional Keuangan Inklusif, ISEF 2014 seperti dikutip Dream, Senin, 10 November 2014.

Adiwarman menegaskan Malaysia dan negara Timur Tengah yang selama ini dianggap sukses mengembangkan ekonomi syariah terbaik sebetulnya masih kalah jauh dari Indonesia.

Kedua negara tersebut harus diakui sukses dalam bisnis investment finance syariah di dunia. Namun target investor yang berhasil digaet barulah sebatas perusahaan-perusahaan keuangan berskala besar.

Sebaliknya, negara-negara tersebut justru memiliki potensi bisnis ritel syariah yang kalah dari Indonesia.

"Bayangkan Malaysia hanya ada 0,1 persen atau 150 ribu orang saja yang sudah tersentuh keuangan syariah. Begitu pula Oman yang cuma 4,2 persen saja. Semua market share mereka sangat kecil," katanya.

Indonesia yang memiliki 270 juta penduduk justru muncul sebagai raksasa bisnis ritel syariah dunia.

Berkaca dari data tersebut, Adiwarman menolak jika perbandingan perkembangan ekonomi syariah dilihat dari nilai aset semata.

"Perlu dicatat, negara-negara dengan populasi penduduk muslim besar semuanya memiliki pangsa pasar syariah yang masih kecil," katanya.

Untuk diketahui, Indonesia saat ini memiliki pangsa pasar berupa 18,4 juta jiwa yang belum tersentuh keuangan syariah. Jumlah ini belum termasuk Baitul Mal wattamwil (BMT) yang berjumlah sekitar 30 juta.

"Jadi kalau ketiga negara seperti Malaysia dan Brunei Darussalam dikumpulkan, itu masih kalah besar dibandingkan Indonesia," katanya.

Melihat fakta tersebut, Adiwarman mengatakan pelaku industri keuangan syariah harus pintar dalam menyasar pasar syariah di Indonesia.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jaksa Agung Imbau Penegak Hukum Melek Teknologi: Mata Uang Kripto Jadi Tantangan Baru

Jaksa Agung Imbau Penegak Hukum Melek Teknologi: Mata Uang Kripto Jadi Tantangan Baru

Para jaksa mampu beradaptasi dengan modus dan corak tindak pidana yang semakin bervariatif seiring perkembangan teknologi.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.