Ilustrasi
Dream - Prediksi mengerikan dikeluarkan mantan bankir yang pernah secara tepat memperkirakan krisis keuangan pada 2008. William White, mengatakan dunia saat ini diambang krisis baru yang dipicu tumpukan utang.
Kiamat baru ini tentu memicu kecemasan ditengah kondisi dunia yang masih dilanda ketautan munculnya resesi baru dan kepanikan industri perbankan.
Dunia saat ini disebutkan tengah menghadapi kehancuran yang mulai terlihat dari kolapsnya harga properti, krisis baru perbankan global, gelombang rontoknya harga komoditas dunia yang membuat industri berguguran, serta kebutuhan mendesak menghapus tumpukan utang dalam skala raksasa.
Menurut White, dunia bahkan bakal menghadapi kondisi yang lebih buruk dibandingkan kondisi tahun 2008.
" Setiap tingkat yang telah terjadi dalam ketidakseimbangan ekonomi global telah semakin buruk dan memburuk," ujarnya.
Pernyataan White ini pertama kali disampaikan kepada bank sentral seluruh dunia pada 2003 dalam pertemuan rutin America's Jackson Hole. Kala itu, White yang merupakan penasihat ekonomi dari Bank of International Settlement Swiss, yang merupakan bank sentralnya dari bank sentral dunia.
Kini White bekerja sebagai pekerja part time di lembaga prestisius OECD.
Meski memberikan wejangan kepada Inggris terkait turunnya harga properti dan risiko kolapsnya industri seperti baja, White pada dasarnya memberikan peringatan baru akan munculnya krisis ekonomi dunia.
Murahnya dana disebut telah memicu ledakan tumpukan utang. Pinjaman ini tak hanya berasal dari pemerintah tapi juga rumah tangga, dan perusahaan. Meski krisis 2008 dipicu utang yang besar, namun levelnya terus meningkat sejak saat itu.
" Secara umum tingkat utang dunia telah beranjak dari 200 persen dari PDB pada 2007 menjadi 250 persen. Langkah deleveraging diakui tak terjadi," ujarnya.
Artinya, perusahaan, rumah tangga, dan pemerintah belum sanggup menyelesaikan utang saat krisis baru menghadang.
" Bank akan mengatakan seluruh dunia semakin berisiko. Mereka akan menjadi bias terhadap penyaluran pinjaman terhadap mereka yang tak masuk urutan pertama," ujar White.
" Konsumen akan mengataan mereka mendapatkan pekerjaan saat ini namun besok mungkin tak bisa lagi. Dan mereka hanya fokus pada membayar utang terus-menerus. Semua orang akan berusaha menyelamatkan diri sendiri saat itu terjadi," kata White.
Selain itu, White juga mengau khawatir dengan gelombang deflasi yang muncul dari Tiongkok. Seraya mengatakan dunia saat ini menghadapi kelebihan barang yang sebetulnya tak mereka butuhkan.
Advertisement

Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5

IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Kenalan dengan CX ID, Komunitas Customer Experience di Indonesia

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget