Warga Kelaparan di Korea Utara Culik Anak Orang Kaya Demi Makan

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Jumat, 3 September 2021 08:12
Warga Kelaparan di Korea Utara Culik Anak Orang Kaya Demi Makan
Dia mengaku sulit dapat uang untuk bisa makan.

Dream – Situasi ekonomi yang memburuk di Korea Utara membuat beberapa warganya melakukan tindakan sangat nekat. Mereka yang putus asa mencari jalan pintas demi mendapatkan uang untuk makan.

Dikutip dari www.rfa.org, Jumat 3 September 2021, segelintir warga Korut dilaporkan menculik anak-anak dari keluarga kaya untuk bisa mendapatkan tebusan. Setidaknya sudah ada dua anak kecil yang diculik dengan dalih tebusan untuk makan.

Ekonomi di Korut dilaporkan sudah memburuk sejak ada sanksi internasional terkait nuklir. Kondisi ini diperparah dengan pandemi Covid-19, serta langkah Beijing dan Pyongyang yang menutup perbatasannya dan menangguhkan semua perdagangan sejak Januari 2020.

Pemerintah Korut kini menggantungkan perekonomiannya dari barang perdagangan dari Tiongkok. Kini, perdagangan di sana lesu dan terjadi kekurangan pangan yang makin parah.

1 dari 4 halaman

Diculik

Seorang sumber kepada RFA menyebutkan seorang anak berusia 6 tahun yang diculik saat bermain di sungai di dekat rumahnya pada pertengahan Agustus. Peristiwa ini terjadi di Pyongyang Selatan, Korut.

Anak tersebut diculik seorang pria berusia 30 tahunan yang tinggal jauh dari tempat tinggalnya. Sang penculik tahu kalau orang tua anak ini kaya-raya. Dia menelepon orang tuanya untuk meminta tebusan senilai 500 ribu won (Rp6,17 juta).

“ Polisi bisa melacak teleponnya dan menangkap penculik. Sang anak dikembalikan kepada orang tuanya,” kata dia.

Sumber itu menyebut penculik ini dihukum dan dikirim ke lapas.

2 dari 4 halaman

Salahkan Otoritas

Sementara itu ada juga kasus penculikan anak berusia 10 tahun. Anak laki-laki ini sedang berjalan di sekitar jalan pegunungan di Yangdok. Kemudian, pria berusia 40 tahun menawarinya untuk boncengan ke rumah, kata sumber kedua.

Sang penculik ditangkap setelah anak laki-laki itu melapor kepada polisi setelah melarikan diri dan kembali ke rumah. Penculik ini diketahui kehabisan ide untuk mendapatkan makanan.

“ Orang-orang sangat cemas terhadap apa yang akan terjadi pada masa depan. Mereka menyalahkan otoritas yang tutup mata tentang kesulitan hidup orang-orang. (Otoritas) masih fokus mengontrol semua aspek kehidupan,” kata sumber.

3 dari 4 halaman

Sulit Makan Tiga Kali Sehari

Kondisi di Korea Utara jauh lebih buruk daripada yang diketahui dunia luar. Warga Tiongkok yang punya keluarga di Korea Utara—disebut Hwagyo--menyampaikan betapa mengerikan tinggal di negara tersebut.

“ Seorang teman Hwagyo yang kembali dari Tiongkok beberapa waktu lalu mengaku sulit makan, bahkan untuk tiga kali sehari di Korea Utara,” kata sumber.

Orang itu tidak bisa mempertahankan bisnisnya karena pandemi Covid-19. Sang teman ini hampir tidak bisa bertahan hidup dengan meminjam uang dari kenalannya.

Ada juga yang menjelaskan bahwa harga makanan menjadi sangat mahal di Korea Utara. Orang Hwagyo ini baru saja kembali dari Pyongsong, Pyongan, dan mengaku belum makan nasi putih karena harga pangan di sana telah meroket.

4 dari 4 halaman

Meninggal karena Kelaparan

RFA melaporkan pada bulan Juli bahwa tiga Hwagyo di berbagai bagian Korea Utara mati kelaparan setelah penutupan perbatasan menghancurkan bisnis mereka dan mereka tidak memiliki akses ke makanan.

Berita ini mengejutkan masyarakat karena orang Hwagyo termasuk orang paling mampu karena bisa menjalankan bisnis ekspor-impor. Mereka bisa leluasa bepergian ke Tiongkok.

Situasi kekurangan pangan di Korea Utara mengerikan. Food and Agriculture Organization (FAO) memperkirakan Korea Utara kekurangan 860 ribu ton makanan tahun ini.

U.N Special Rapporteur on North Korean Human Rights, Tomás Ojea Quintana pada bulan Maret menyebut penutupan perbatasan Tiongkok-Korea Utara menyebabkan kasus kematian karena kelaparan. Tak hanya itu, kondisi ini juga membuat anak-anak dan orang tua terpaksa mengemis.

Beri Komentar