Foto: YouTube Pecah Telur
Dream – Seperti jodoh dan kematian, masa depan adalah misteri. Tak ada yang tahu nasib seseorang satu detik, menit, jam, hari, minggu, atau bulan, ke depan.
Bisa jadi seseorang akan bertemu dengan nasib baik. Tapi mungkin juga akan berjumpa dengan takdir yang kurang mujur. Ibarat pepatah, hidup seperti roda berputar, kadang di atas kadang di bawah.
Kisah Suginem ini menjadi contoh nyata roda kehidupan. Dulu dia bekerja sebagai asisten rumah tangga. ART. Namun kini kehidupannya bak diayun ke angkasa. Dia sekarang jadi bos!
Suginem kini menjadi pemilik pabrik Tahu Ngudi Rejeki dengan omzet fantastis. Wanita ini berhasil merintis usaha tahu, makanan berbahan kedelai yang sudah tidak asing lagi untuk lidah orang Indonesia.
Ada satu rahasia yang membuat Suginem bisa membalikkan keadaan, yakni mengemis hanya kepada Allah SWT, bukan manusia apalagi hal lainnya.
“ Ngemisnya ke Allah, enggak minta ke siapa-siapa,” terang Suginem, dikutip dari YouTube Pecah Telur, Rabu 26 April 2023.
Menurut Suginem, seseorang harus punya pondasi dalam kehidupannya. Pondasi akan membuat hidup seseorang menjadi kuat. “ Pondasinya bukan kayu atau bambu. Tapi pondasinya itu satu, hati,” tegas Suginem.
Sebelum menjadi bos, Suginem bekerja sebagai ART. Dia mengerjakan pekerjaan rumah tangga serta membantu usaha tahu sang majikan.
“ Ikut orang itu saya jadi pembantu. Jadi pembantu juragan tahu yang sistemnya membantu rumah tangga dan di pabrik tahunya,” terangnya.
Namun wanita berhijab ini memilih berhenti karena merasa lelah. Hingga setelah sekian tahun, dia merintis usaha sendiri. Pada tahun 2003, Suginem berjualan tahu keliling.
“ Akhirnya saya istirahat, nganggur, lalu saya diajari berjualan tahu. Lalu akhirnya merintis usaha di kampung halaman,” ceritanya.
Berbisnis memang tidak bisa instan, ada proses yang mengiringi. Suginem menjalani usaha itu dengan penuh antusias dan pantang menyerah.
Hingga akhirnya dia mampu membeli sebidang tanah dan membuatnya sebagai pabrik tahu miliknya sendiri di kampung halaman.
“ Mulai tahun 2003 sudah mulai berkembang sampai sekarang,” terangnya.
Dari usahanya, Suginem mampu menyekolahkan anaknya hingga kuliah. Pabriknya juga terus berkembang yang mampu menghabiskan 2,5 ton kedelai per minggu dengan kapasitas produksi sekitar 300 kg bahan baku.
Setiap hari, pabrik tahunya menghasilkan omzet hingga Rp3 juta.
“ Omzet sehari ya bisa Rp3 juta tapi kadang juga Rp2,5 juta. Kalau pas sepi banget ya Rp1 juta ke atas,” ungkapnya.
Sekarang usahanya telah diteruskan sang anak. Suginem tak bisa lagi mengelola lantaran faktor usia. Namun dia masih tetap memberikan semangat juangnya dengan memimpin anak-anaknya terjun ke usaha miliknya tersebut.
“ Sekarang sudah nggak bisa bekerja lagi karena sudah tua. Jadinya ya kerjanya sekarang cuma mendukung anak-anak saya, memimpin anak-anak saya untuk meneruskan usaha ini,” tukasnya.
Sumber: Merdeka.com