Masih Ingat Penjual iPhone Penggetok Pelanggan, Kini Nasibnya

Reporter : Sandy Mahaputra
Selasa, 17 Mei 2016 08:44
Masih Ingat Penjual iPhone Penggetok Pelanggan, Kini Nasibnya
Pemilik dan tokonya sempat jadi sorotan di media sosial. Banyak pembeli sampai menangis sesegukan, diminta membayar biaya tambahan Rp 18 juta.

Dream - Masih ingat kasus Mobile Air, toko Ponsel di Singapura yang menjalankan bisnis kotor untuk mendapatkan keuntungan?

Ya, Jover Chew dan toko Ponselnya di Sim Lim Square, Singapura sempat jadi sorotan, lantaran 'menggetok' pembeli. Bahkan, si pembeli Iphone 6 yang merupakan seorang turis menangis sesegukan. Ia diminta membayar biaya tambahan Rp 18 juta untuk biaya garansi.

Nah, sepertinya toko semacam Mobile Air tidak akan berani bercokol di negara kota tersebut lantaran adanya rencana pembentukan badan baru bernama Spring Singapore.

Badan baru di bawah Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura ini memiliki wewenang yang lebih luas dan tajam dalam memberangus bisnis yang berbuat curang.

Dengan kekuatan yang diperoleh dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Spring Singapore berhak melakukan penyidikan dan pengerahan kekuatan untuk menindak pebisnis bandel.

Istimewanya, Spring Singapore bisa menggerebek, menggeledah, dan melakukan penangkapan tanpa perlu disertai surat perintah dalam menjalankan tugasnya.

Sebelumnya Pemerintah Singapura hanya mengandalkan Consumers Association of Singapore (Case) atau Singapore Tourism Board (STB) untuk memberi peringatan kepada pebisnis yang menerapkan praktik curang.

Namun kedua lembaga tersebut tidak mempunyai 'taring' karena hanya bertindak sebagai badan yang menerima laporan dari konsumen yang dirugikan. Keduanya hanya bisa memberikan bantuan mediasi kepada pebisnis yang diduga berbuat curang.

Selain itu, kedua lembaga tersebut juga hanya bisa memberi himbauan kepada pebisnis nakal untuk menandatangani perjanjian tidak akan mengulangi perbuatan mereka lagi.

Jika pebisnis nakal menolak, kedua lembaga itu dapat menerbitkan keputusan berupa perintah pengadilan untuk melarang toko yang membandel melanjutkan aktivitas jual-beli.

Sayangnya, meski ada surat perintah pengadilan tersebut, pebisnis yang nakal dengan liciknya akan menutup tokonya dan membuka satu dengan nama baru untuk menghindari denda.

" Karena itulah kedua lembaga itu menghadapi tantangan dalam mengumpulkan bukti untuk dijadikan sebagai pegangan dalam menjerat pebisnis nakal," kata seorang juru bicara MTI.

Case mengatakan 'sangat mendukung' langkah MTI untuk meninjau UU Perlindungan Konsumen.

" Tangan kami terbelenggu dua tahun lalu, ketika kami tidak mampu mengambil tindakan lebih lanjut terhadap pebisnis nakal di Sim Lim Square, yang terlibat dalam praktek-praktek curang terhadap konsumen," kata Lim Biow Chuan, Presiden Case.

Sementara itu, Kwek Theng Swee, wakil ketua Dewan Manajemen Sim Lim Square, mengatakan, sangat membutuhkan hukum semacam ini untuk menciptakan lingkungan bisnis yang sangat adil bagi wisatawan asing maupun pembeli lokal.

MTI akan mengadakan konsultasi publik untuk mengumpulkan tanggapan tentang perubahan UU Perlindungan Konsumen yang diusulkan mulai hari ini hingga tanggal 15 Juni mendatang.

(Sumber: AsiaOne)

1 dari 3 halaman

Akhir dari Aksi `Getok` Pedagang Nakal iPhone 6

Akhir dari Aksi `Getok` Pedagang Nakal iPhone 6 © Dream

Dream - Banyak yang merasa akrab dengan Jover Chew dan toko ponselnya di Sim Lim Square, Singapura beberapa pekan ini.

Dia dan tokonya, Mobile Air, terus menjadi sorotan menyusul laporan tentang pengalaman buruk turis asing saat belanja di tokonya menjadi headline di media-media utama.

Tapi ketika Jover tidak menunjukkan penyesalan dalam beberapa wawancara, termasuk dengan The New Paper, dan Mobile Air terus beroperasi seperti biasanya, netizen langsung marah dengan cara mereka sendiri.

Mereka menyebarkan berbagai informasi tentang Jover, termasuk toko yang ia miliki, bisnis apa saja yang dijalani, alamat rumah, nomor telepon, serta foto-fotonya yang tanpa busana.

Istri Jover juga tidak luput diserang melalui forum online serta media sosial seperti Facebook dan Twitter. Selain Mobile Air, Jover juga memiliki jaringan toko J2 Mobile yang dikelola atas nama istrinya.

Dan aksi para netizens itu nampaknya berhasil menekan Jover. Saat The New Paper mengunjungi Sim Li Square pada Minggu, 9 November kemarin, Mobile Air ternyata tutup. Jover juga tidak menjawab panggilan telepon yang dibuat oleh wartawan koran tersebut.

Sebelumnya, Mobile Air terus buka meski sudah dimasukkan dalam daftar hitam oleh Consumers Association of Singapore atau YLKI-nya Singapura.

Menurut pengacara Steven Lam di Singapura, model bisnis seperti yang dilakukan Jover sering menimbulkan masalah. Karena salah satunya dikelola oleh istri atau anak.

" Itulah fungsinya perlindungan konsumen yang tertera di Consumer Protection (Fair Trading) Act (CPFTA)."

" Anda bisa menuntut bisnis yang merugikan. Tapi banyak dari mereka tutup dan kemudian berkibar lagi. Mereka bisa membuka toko baru di bawah kendali orang lain yang berisi direktur-direktur bayangan."

Dia menyarankan badan penegak hukum memberi hukuman yang lebih menggigit kepada toko yang membandel.

Namun Lam juga memperingatkan netizens agar berhati-hati dengan bullying. " Meskipun efektif, jangan lupa ada undang-undang Anti-Pelecehan. Mereka harus sedikit berhati-hati saat mengeluarkan pernyataan."

Nah, buat turis yang suka belanja di Singapura, berikut ini beberapa toko ponsel dan elektronik di Sim Lim Square yang masuk daftar hitam:

- Mobile Air jumlah komplain 25
- Gadget Terminal jumlah komplain 13
- Mobile22 jumlah komplain 10
- Mobile Apps jumlah komplain 9
- Mackin jumlah komplain 7
- Mobile Planet jumlah komplain 7
- One Mobile jumlah komplain 4
- Megacentrix Technologies jumlah komplain 4
- SLR Pro jumlah komplain 4
- Cyber Maestro jumlah komplain 3

(Ism, Sumber: Asia One)

2 dari 3 halaman

Digetok Warung Makan, Sepiring Nasi Ayam Sayur Rp200 Ribu

Digetok Warung Makan, Sepiring Nasi Ayam Sayur Rp200 Ribu © Dream

Dream - Seorang wanita terkejut digetok S$ 20 (setara Rp 190 ribu) ketika membeli sepiring nasi dengan ayam goreng dan sayuran di food court Marina Bay Sands (MBS).

Menurut wanita bernama Lu, harga itu sangat tidak wajar karena isinya cuma nasi, dua potong ayam goreng dan sayuran. Lagi pula, dia membelinya di food court, bukan di restorannya.

Insiden terjadi pada 5 Maret lalu ketika Lu mengajak jalan-jalan keluarga dan pembantunya ke pertunjukkan sinar laser di MBS.

" Pada Sabtu kemarin, saya membawa keluarga dan pembantu bersama-sama ke MBS untuk mengunjungi pertunjukkan sinar laser dan kami pergi ke food court untuk makan," ujar dia. 

" Pembantu saya pergi mencari tempat makan dan dia memilih warung ini 'The Malay Cuisine'. Dia memesan sepiring nasi dengan sepotong ayam dan sayuran. Tapi harganya $$ 20!!"

Namun Lu merasa harga tersebut sangat konyol. Ketika bertanya pada pelayan warung itu untuk memastikan apakah mereka sudah menghitung dengan benar, Lu mendapat jawaban bahwa harga satu potong ayam potong adalah S$ 7 (Rp 66 ribu).

" Tapi dia memberi pembantu saya dua setengah potong ayam goreng. Jadi, karena itulah harganya bisa menjadi S$ 20 untuk sepiring nasi dengan ayam dan sayuran."

Meskipun begitu, Lu tetap saja merasa kecewa dengan harga yang kelewat mahal dan pelayanan yang tidak menyenangkan.

" Pertama, pembantu saya tidak meminta dua potong ayam. Kedua, harga-harga tidak dicantumkan dengan jelas pada menu. Harga tetap saja sangat konyol meskipun kami berada di MBS, yang harganya pasti lebih mahal daripada di food court normal."

Lu menambahkan bahwa dia merasa 'kecewa' dengan kejadian itu.

(Ism, Sumber: singaporeseen)

3 dari 3 halaman

'Digetok' Penjual, Warga Patungan Belikan iPhone 6 buat Korban

'Digetok' Penjual, Warga Patungan Belikan iPhone 6 buat Korban © Dream

Dream - Video soal turis Vietnam Pham Van Thoai yang kena 'getok' saat beli iPhone di toko handphone di Sim Lim Square, Singapura menjadi perbincangan hangat di dunia maya.

Video itu rupanya menggerakkan hati seorang warga Singapura Gabriel Kang untuk menggalang dana demi meringankan beban Pham.

Dari hasil penggalangan dana yang dilakukan di situs Indiego, Kang berhasil mengumpulkan US$ 14.000 (Rp 170 juta) hingga Kamis pagi ini.

Dengan uang tersebut, Kang akan membeli sebuah iPhone 6 dan beberapa makanan ringan lokal untuk dikirim ke Pham sebagai itikad baik warga Singapura. Saat ini Pham sudah meninggalkan Singapura.

Dalam situs Indiego, Kang menulis " Kami bukan negara pencuri dan penipu." Dia juga mengatakan bahwa Pham tidak mendapat perlakukan yang adil dari sistem di Singapura."

" Kita memang tidak bisa merubah kejadian yang memilukan dan memalukan itu. Tapi kita akan berusaha membuatnya menjadi lebih baik. Mari kita beri dia sebuah iPhone 6!"

Seperti diketahui, Pham dijebak oleh toko handphone Mobile Air di Sim Lim Square saat membeli iPhone 6 pada 3 November lalu untuk hadiah ulang tahun pacarnya.

Menurut laporan Lianhe Zaobao, Pham hanyalah seorang pekerja pabrik dengan penghasilan US$ 200 (Rp 2,4 juta) per bulan. Dia menabung selama berbulan-bulan untuk membeli iPhone 6 sebagai hadiah ulang tahun untuk pacarnya.

Harian berbahasa China itu melaporkan bahwa Pham telah membelinya US$ 950 (Rp 11,5 juta), tapi ditipu dengan kewajiban membeli paket garansi yang dibanderol US$ 1.500 (Rp 18 juta).

Pham tidak diizinkan untuk meninggalkan toko bersama iPhone yang telah dibelinya kecuali dia membayar biaya tambahan tersebut.

Setelah memohon agar uangnya dikembalikan saja, Pham hanya berhasil mendapatkan pengembalian sebagian sebesar US$ 400 (Rp 4,8 juta). Itu pun setelah pacarnya menelepon polisi dan Consumers Association of Singapore (Case) untuk minta bantuan.

Akhir-akhir ini banyak yang mengeluhkan praktik bisnis yang tidak bermoral di beberapa toko di Sim Lim Square.

(Sumber: Asiaone)

Beri Komentar