Negara Arab Berhemat, Bisnis Utang Syariah Tersendat

Reporter : Syahid Latif
Senin, 18 Januari 2016 14:04
Negara Arab Berhemat, Bisnis Utang Syariah Tersendat
Banyak yang menduga tahun 2016 beberapa negeri bakal menerbitkan sukuk karena kebutuhan modal.

Dream - Lembaga pemeringkat Standard & Poor memperkirakan bisnis surat utang syariah (Sukuk) bakal menghadapi tekanan selama 2016. Hal ini dipicu harga minyak global yang lemah dan menurunnya anggaran belanja pemerintah di wilayah Teluk dan Malaysia.

Tahun ini diperkirakan hanya akan akan penerbitan sukuk dengan total mencapai US$ 50-55 miliar. Jumlah ini turun dibandingkan tahun 2015 yang mencapai US$ 63,5 miliar dan US$ 116,4 miliar pada tahun 2014.

Koreksi pasar sukuk dimulai pada tahun lalu ketika Bank Negara Malaysia (BNM), emiten terbesar sukuk di dunia, berhenti menerbitkan sukuk. Namun, terlepas dari efek BNM, penerbitan sukuk turun sekitar 5 persen pada tahun 2015.

Faktor-faktor lainnya yang menjadi pendorong utama menurunnya penerbitan sukuk tahun ini di antaranya perkembangan kebijakan moneter di Amerika Serikat dan Eropa, penurunan harga minyak dunia dan kemungkinan pencabutan sanksi Iran oleh Barat. Selain dua faktor pertama yang cenderung menguras likuiditas pasar global dan lokal, konsolidasi fiskal dan pemotongan anggaran belanja negara-negara di wilayah Teluk juga berperan menurunkan permintaan dana sukuk.

" Kami berpikir bahwa jika harga minyak tetap lemah, beberapa pemerintah dari negara-negara pengekspor minyak di Teluk dan Malaysia mungkin tidak memiliki pilihan lain selain untuk mengurangi pengeluaran investasi, sehingga kebutuhan pembiayaan infrastruktur dan penerbitan sukuk menjadi lebih rendah," kata Mohammad Damak, Global Head of Islamic Finance Standard & Poor mengutip laman Gulfnews, Senin, 18 Januari 2016.

Penurunan harga minyak juga mengurangi deposito dan likuiditas di bank (termasuk bank syariah). Pemerintah dan entitas terkait adalah salah satu deposan terbesar di beberapa pasar inti keuangan syariah, dengan pangsa 15 hingga 40 persen.

" Kami berharap bahwa likuiditas rendah akan menyebabkan investor menjadi lebih berhati-hati tentang risiko dan lebih selektif, yang akan mendongkrak harga," kata Damak.

Kenaikan tarif suku bunga oleh The Fed juga akan membawa penurunan likuiditas global yang akan mengurangi selera investor global untuk sukuk.

" Beberapa pelaku pasar percaya bahwa prospek ekonomi dunia yang lemah karena harga minyak yang lebih rendah dapat meningkatkan penerbitan sukuk karena pemerintah berusaha untuk membiayai kebutuhan dana mereka. Namun, kami berpikir penerbitan obligasi konvensional menjadi yang pertama untuk mendapatkan keuntungan dari tren seperti itu," kata Damac.

Pada 2015, penerbitan obligasi konvensional di wilayah Teluk naik sekitar 140 persen dibandingkan sukuk yang mengalami penurunan 22,4.

Namun, di tengah masalah ini, salah satu pendorong positif adalah pelonggaran kuantitatif Bank Sentral Eropa (QE) yang mungkin mendorong beberapa investor Eropa untuk mengambil aset berimbal hasil lebih tinggi tetapi berisiko seperti sukuk.

 

Beri Komentar