Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Pemerintah sedang menggodok skema program bantuan untuk keluarga miskin yang memiliki anak didik kesulitan mengikuti program pembelajaran jarak jauh (PJJ). Salah satu yang dipertimbangkan adalah pemberian ponsel atu pulsa.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pembahasan sedang dilakukan bersama dengan kementerian terkait untuk menemukan skema bantuan yang tepat.
" Ini jadi tantangan baru yang harus kita pecahkan," kata Sru Mulyani dari keterangan pers virtual di Jakarta, Selasa, 11 Agustus 2020.
Menurut Sri Mulyani, pemerintah menyadari pandemik Covid-19 telah menjadi tantangan untuk penyelenggara sektor pendidikan di Indonesia.
Untuk menyusun program yang tepat sasaran, pemerintah perlu mengetahui lokasi anak didik yang tak bisa mengikuti proses belajar jarak jauh. Informasi soal tidak adanya akses digital juga menjadi perhatian pemerintah.
Lebih jauh pemerintah harus mengetahui dengan jelas alasan keluarga tersebut tak bisa mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan PJJ. " Tidak punya HP atau gak bisa bayar pulsa," kata Sri Mulyani.
Kendala yang sama pernah disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Menteri yang karib disama Mas Menteri ini mengakui banyak kendala penerapan PJJ yang dijalankan selama Pandemi Covid-19.
Selain dari sisi peserta didik, Nadiem mengungkapkan, pemberlakuan PJJ juga menemui tantangan dari tenaga didik yang kesulitan mengelola PJJ. Para guru juga terbebani dengan kewajiban harus melakukan penuntasan kurikulum pelajaran.
" Terlebih waktu sulit bagi guru-guru memenuhi beban jam belajar," ujar Nadiem.
Nadiem mengatakan, selain para tenaga pendidik kritikan terhadap PJJ juga datang dari para orang tua murid yang merasa kesulitan dalam mengikuti metode belajar daring. Karena kesibukan kerja maupun kesulitan beradaptasi saat mendampingi anaknya belajar dari rumah.
Selain itu, lanjut ia, ada juga orang tua yang kesulitan memotivasi anak-anaknya untuk belajar, ditambah lagi kesulitan dalam hal memahami materi pelajaran atau kurikulum yang terlihat lebih rumit. Belum lagi meningkatnya stres dan jenuh akibat isolasi yang berkelanjutan serta berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi pada anak.
(Sah, Sumber: Liputan6.com)
Advertisement
Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

VinFast Beri Apreasiasi 7 Figur Inspiratif Indonesia, Ada Anya Geraldine hingga Giorgio Antonio

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari