Jatuh Bangun Pendiri Sambal Bu Rudy Surabaya, Cuma Lulus Kelas 3 SD dan Pernah Bangkrut Jualan Sepatu

Reporter : Alfi Salima Puteri
Jumat, 11 Februari 2022 15:12
Jatuh Bangun Pendiri Sambal Bu Rudy Surabaya, Cuma Lulus Kelas 3 SD dan Pernah Bangkrut Jualan Sepatu
"Saya lari ke Surabaya dengan menenteng tas, ada bajunya saya tutupi koran," kata Lanny.

Dream - Nama Lanny Siswadi mungkin asing di telinga Anda. Namun, saat nama Sambal Bu Rudy disebut, banyak di antara kita, terutama pecinta kuliner pedas, pasti tahu. Lanny merupakan pendiri sambal legendaris asal Surabaya itu.

Lahir di Madiun, 10 Oktober 1953. Lanny punya perjalanan panjang sebelum jadi pengusaha sambal yang sangat populer itu. Sebelum di Surabaya dan memulai berbagai bisnisnya, ia tinggal di Kota Brem tersebut.

Banyak orang mengira kelincahan Lanny sebagai pebisnis wanita merupakan hasil penerapan ilmu yang didapat dari bangku kuliah. Namun ternyata tidak. Jangankan kuliah, Lanny ternyata tidak menamatkan sekolah dasar.

1 dari 6 halaman

Itulah yang terungkap dalam podcast di kanal YouTube Wakil Walikota Surabaya, Armuji. Dalam podcast itu, Armuji mengira Lanny lulusan SMA. Armuji pun merasa kaget dengan pengakuan itu.

" Aduh SD kelas telu (tiga) Pak," kata Lanny.

Lanny mengaku kehidupannya sangat sulit saat meletus peristiwa G30 S pada tahun 1965. Kala itu kondisi di Madiun tidak kondusif, sehingga sangat sulit untuk mencari nafkah, bahkan hanya untuk makan sekalipun.

" Akhirnya saya lari ke Surabaya, dengan menenteng tas, ada bajunya saya tutupi koran. Terus ikut orang di Kapasan," kenang Lanny.

2 dari 6 halaman

Saat awal di Surabaya, Lanny kerja serabutan. Karena hanya lulus kelas tiga SD, pekerjaan apapun dilakukan demi mendapatkan uang.

Dia baru memulai bisnis pada 1983 dengan membuka toko sepatu di Pasar Turi. Namun tujuh tahun kemudian bisnisnya musnah jadi abu setelah Pasar Turi terbakar.

Bangkrut pada usaha pertama, Lanny kemudian memutuskan membuka usaha kuliner dengan menggunakan pikap.

3 dari 6 halaman

Lanny menjual sambal karena sang suami suka memancing. Dia berinisiatif membuat sambal bawang untuk menemani ikan hasil pancingan sang suami, sebagai lauk keluarga.

Beberapa teman yang mencicipi sambalnya merasa ketagihan. Jadilah teman-teman Lanny menyarankannya untuk menjual sambal.

Meski sempat ragu, Lanny akhirnya menjual sambal tersebut dengan dukungan kerabat dekat dan keluarganya.

Sambal-sambal itu semula dijual kepada orang-orang terdekat. Nama Sambal Bu Rudy diambil dari nama sang suami, yakni Rudy Siswadi.

Tidak mudah, Lanny semula mengaku kesulitan. Sebab, sambal yang buatannya tidak bisa bertahan lama.

" Saya kan ndak ngerti tentang keawetan sambal ini berapa bulan Pak dan diulek. Pertama satu kilo, dua kilo, lama-lama jadi akeh (banyak)," kata dia.

" Cuma dalam berapa tahun tetep saya ndak bisa proses, kadang-kadang rusak sambelnya. Karena saya bukan orang pintar, yo wes tak jual (ya sudah saya jual) apa adanya," ungkapnya.

4 dari 6 halaman

Seiring berjalannya waktu, anak-anak Lanny yang sudah tumbuh besar ikut membantu usaha sang ibu. Mereka membantu proses produksi dan pengemasan sambal yang tidak menggunakan pengawet buatan itu.

" Berhubung anak-anak sudah gede, sudah ngerti, zaman sekarang to Pak, ya anak-anak yang nekuni. Sekarang lumayan bisa awet telung wulan (tiga bulan)," jelas dia.

Lanny juga sempat menjual sambalnya secara keliling menggunakan mobil pikap Carry. Dia ingin sambalnya dikenal orang. Akhirnya, sambal lezat itu terkenal berkat informasi dari mulut ke mulut.

5 dari 6 halaman

Lalu ia pun mengumpulkan modal dan memutuskan untuk menyewa tempat di Jalan Dharmahusada Surabaya sebagai depot sambal.

Semakin lama, sambal buatanya memiliki banyak peminat. Lanny kemudian membuka rumah makan sekaligus. Tempat tersebut yang hingga kini menjadi pusat Sambal Bu Rudy di Surabaya.

Sampai saat ini Sambal Bu Rudy menjadi salah satu ikon oleh-oleh khas Surabaya. Siapapun yang datang ke Surabaya rasanya tak lengkap jika tak membeli Sambal Bu Rudy sebagai buah tangan.

6 dari 6 halaman

Beri Komentar