Karim Jual Baju Anak Dan Istri Setelah Tak Punya Penghasilan Akibat Restoran Tutup Karena Pandemi. (Foto: MStar)
Dream - Karena tekanan hidup, pria Malaysia ini harus menjual barang-barang pribadinya untuk bertahan akibat dampak pandemi Covid-19.
Pria yang hanya ingin dikenal sebagai Karim ini benar-benar putus asa. Dia memutuskan untuk menjual pakaian yang masih baik, termasuk milik anak-anaknya.
" Bisnis kami mati, di satu sisi kami sangat butuh uang untuk persiapan kelahiran anak kedua. Mohon bantuan semuanya postingan kami di-retweet," tulis pria 29 tahun di akun Twitternya.
Dalam postingannya itu, Karim menjual kemeja pria ukuran S dan M, baju wanita ukuran S, serta pakaian bayi perempuan usia 6-12 bulan.
Karim kemudian menceritakan kisahnya saat masih punya penghasilan sebagai pengusaha restoran di sekitar tempat tinggalnya.
Katanya, dia mulai membuka warung makan tujuh tahun lalu sebelum berkembang menjadi restoran tiga tahun kemudian.
Namun restorannya terpaksa ditutup menyusul pemberlakuan pembatasan sosial yang disebut Perintah Kawalan Gerakan (PKP) di Malaysia tahun lalu.
" Usaha restoran terdampak, tidak ada perputaran modal dan tidak ada uang untuk membayar sewa. Saya dan istri kemudian menumpang jualan minuman es campur dan lai chi kang di sebuah restoran.
" Tapi sejak PKP 2.0 awal tahun ini, dan terbaru PKP 3.0, bisnis tersebut belum menguntungkan. Kami memutuskan untuk berhenti ... Saya pernah punya cuma beberapa ringgit di tangan," katanya.
Namun, Karim mengaku putus asa mencari uang selama PKP 3.0 karena istrinya yang berusia 29 tahun sedang mengandung anak keduanya dengan usia kehamilan enam bulan.
Awalnya Karim ingin menjual sofa dan meja makan di rumahnya. Tapi melihat istrinya yang sedang hamil dan membutuhkan kenyamanan, dia tak sampai hati menjualnya.
" Jadi saya memutuskan untuk menjual pakaian bekas anak-anak kami... pakaian saya, istri dan anak perempuan saya yang berusia satu tahun enam bulan," ujar pria asal Johor ini.
Menurut Karim, awalnya dia terpaksa memasang harga yang sedikit tinggi saat memasang iklan di media sosial karena begitu putus asa mencari penghasilan.
Pada hari pertama, dia memasang harga setinggi 40 ringgit (Rp138 ribu) dan serendah 15 ringgit (Rp52 ribu). Dia tahu pakaian itu bekas dan bukan sengaja memasang harga semahal itu.
" Tapi saya putus asa karena kami tidak punya banyak pakaian untuk dijual. Alhamdulillah di hari pertama terjual sekitar 10 helai," ujarnya yang kemudian menurunkan harga pakaian bekas yang dijual hingga 20 ringgit (Rp69 ribu) sehelai mulai hari kedua.
Namun Karim tidak menyangka postingan di akun Twitternya akan viral sehingga banyak orang yang menawarkan bantuan kepadanya.
" Saya berterima kasih, tapi maaf saya harus menolak. Saya tidak mau bantuan uang. Karena sebelumnya saya sering dicaci dan dihina atas apa yang saya lakukan.
" Sebagai kepala keluarga, saya ingin membuktikan bahwa saya dapat mencari uang sendiri, termasuk menjual pakaian anak-anak kami," katanya.
Karim mengaku tidak pernah putus asa mencari rezeki untuk menghidupi istri dan anak-anaknya, termasuk bayi yang akan dilahirkan.
" Dulu saya sangat stres sehingga saya ingin menelepon hotline untuk mengungkapkan perasaan saya, tetapi sekarang saya sedikit bersemangat ketika orang membeli pakaian bekas kami.
" Saya berencana menjadi reseller yang menjual produk makanan secara online dari rumah, saya berharap ada pihak yang bersedia memberikan kesempatan dan bantuan untuk kita berbisnis," pungkasnya.
Sumber: mStar