Riset: Pencari Kerja Ingin Diperlakukan Seperti Konsumen

Reporter : Muhammad Ilman Nafi'an
Kamis, 28 Februari 2019 07:43
Riset: Pencari Kerja Ingin Diperlakukan Seperti Konsumen
Pencari kerja ingin tahu sejauh mana proses seleksi yang diikuti.

Dream – Perusahaan penyedia layanan lowongan pekerjaan, Kalibrr, melakukan riset terhadap pencari kerja di Indonesia. Dalam riset tersebut, Kalibrr menemukan fakta bahwa pencari kerja Indonesia saat ini ingin diperlakukan sama seperti konsumen.

“ Realita 2019, kandidat (pencari kerja) Indonesia Ingin diperlakukan seperti konsumen,” kata Marketing Consultant and Head of Data Kalibrr, Andrew Nugraha Patty, di Jakarta, Rabu 27 Februari 2019.

Andrew mengatakan, faktor yang mendorong ingin diperlakukan sebagai konsumen adalah keingintahuan tentang proses seleksi yang diikuti. “ Refleksi customer kan kita (serba) ingin tahu,” kata dia.

Selain proses, Andrew berkata pencari kerja juga ingin mengetahui durasi pengumuman rekrutmen. “ Hal itu membuat pergeseran realita karena ingin mengetahui sebagai customer status saya seperti apa sih,” kata dia.

Yang dicari oleh pencari kerja ketika ada lowongan, lanjut Andrew, adalah deskripsi dan kriteria perusahaan. Kemudian, dokumen administrasi yang diperlukan untuk melamar.

Dia mengatakan pencari kerja juga akan mencari lokasi kerja, jenjang karir, kesempatan untuk belajar dan berkembang, serta gaji dan tunjangan yang akan diterima.

1 dari 1 halaman

Para Pencari Kerja Tertekan

Dream – Bisa dibilang, mencari kerja adalah hal yang bisa membuat seseorang tertekan. Sejumlah kekhawatiran tentu terlintas dalam pikiran seseorang saat mengajukan lamaran kerja. 

Dikutip dari CheatSheet, Rabu, 30 Mei 2017, perusahaan pembuat software pencari kerja, Jibe, merilis hasil temuan yang menyatakan 78 persen pencari kerja sangat tertekan saat mencari kerja. Sementara 60 persen responden menyebut mencari kerja itu sangat menyakitkan.

Banyak responden yang mengatakan sangat terganggu ketika mengisi aplikasi lamaran pekerjaan. Kekhawatiran terhadap apa yang dicari perusahaan justru menambah beban stres mereka.

Sebenarnya, para pencari kerja tidak khawatir terhadap detil-detil yang kecil, seperti salah mengeja nama orang, tidak mengirimkan surat terima kasih setelah wawancara, atau membuat resume yang susah dibaca. Ini dengan maksud membuat pewawancara terkesan.

Perusahaan pada dasarnya tidak mempedulikan beberapa hal dari pencari kerja. Yang pertama adalah indeks prestasi kumulatif (IPK). Anda bekerja keras untuk mencetak Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4,00.

Hm, di dunia kerja, IPK yang tinggi ini sebenarnya tidak terlalu diperhatikan oleh perusahaan. Sebuah situs karier untuk mahasiswa dan lulusan baru, WayUp, menyebut kurang dari 10 persen lowongan kerja mencantumkan IPK sebagai syarat.

Kedua, tempat kuliah. Di dunia karier, perusahaan tidak begitu mempedulikan tempat kuliah kandidat. Berdasarkan survei Gallup terhadap para pemimpin bisnis pada 2014, 9 persen pemimpin bisnis mengatakan lulusan sarjana penting ketika menjaring karyawan baru.

Mayoritas dari mereka tidak mempermasalahkan tempat kandidat mengenyam pendidikan tinggi. Justru, yang paling penting adalah apa yang dipelajari oleh kandidat daripada tempat mereka belajar.

Ketiga, resume yang panjangnya lebih dari 1 halaman. Tak jarang, para pencari kerja membuat curriculum vitae lebih dari 1 halaman.

Mereka menceritakan perjalanan kariernya selama beberapa tahun terakhir, tapi terlalu banyak membicarakan hal-hal yang tidak perlu. Kabar buruk, perusahaan sebenarnya tidak mempedulikan panjang pendeknya resume yang dibuat.

Alangkah lebih jika membuat resume sebanyak 1 halaman, tapi isinya fokus menceritakan karier Anda.

Beri Komentar