Dream – 32 Tahun lamanya, warga Sidrap, Sulawesi Selatan, harus menunggu antrean demi menunaikan ibadah Haji. Di daerah lain Indonesia, rata-rata belasan tahun mengantre. Kuota haji dari Indonesia memang yang tertinggi di dunia. 168.800 kursi. Tapi itu belum cukup. Buktinya, antrean mengular bertahun-tahun. Maka itu, banyak warga Indonesia yang berangkat haji dari luar negeri.
`Kemudahan-kemudahan` berhaji dari negara lain salah satunya dialami Edwin Widodo. Pria yang sedang menempuh studi doktoral di University of Melbourne memiliki kisah unik ketika berhasil menjalankan ibadah haji dari Negeri Kanguru. Edwin memilih berangkat haji dari Australia karena dianggap lebih mudah dibandingkan dari Indonesia.
" Cukup banyak warga Indonesia yang bermukim di Melbourne yang berangkat di tahun 2013, ada sekitar 40 orang dari komunitas Muslim Indonesia di Melbourne yang berangkat bersama saya," kata Edwin dikutip Dream dari ABC Internasional, dua tahun silam.
Menurut Edwin, proses haji melalui Australia terbilang mudah. Syarat yang cukup berat hanya berkutat pada persoalan masa tinggal di Negeri Kanguru tersebut. Australia mensyaratkan kepada warga non-Australia minimal dua tahun tinggal.
" Proses pendaftaran haji dan berangkat ke Tanah Suci dilakukan pada tahun yang sama. Saya mendaftar di bulan Maret 2013, melunasi biaya haji di bulan Juli, menyerahkan seluruh dokumen untuk keperluan visa haji pada pertengahan bulan Agustus 2013 dan kemudian berangkat ke tanah suci pada akhir September 2013," ujar dia menambahkan.
Dengan jumlah jemaah yang lebih sedikit, kata Edwin, memudahkan untuk mengikuti aturan muthawif atau pemimpin rombongan jamaah haji. Adapun beberapa muthawif menguasai bahasa Indonesia.
" Untuk makanan sangat memudahkan kami karena makanannya merupakan makanan internasional yang sesuai dengan selera lidah orang Indonesia, misalkan menu ayam goreng, nasi kebuli dengan lauk daging, ataupun makanan a la buffet," ucap dia.
***
Pengalaman berhaji dari negeri rantau dialami juga oleh Rokhmah N. Suryaningsih. Pada 1994, Rokhmah yang sedang belajar di Amerika Serikat diajak seorang kawan untuk berangkat beribadah haji melalui travel Negeri Paman Sam.
Berbekal uang tabungan beasiswa, dia berangkat haji. Dia mengajak dua kawannya yang tinggal di Florida dan New York agar mahram keberangkatan haji dapat terpenuhi.
“ Seru dan tegang juga untuk persiapannya, karena berita yang kudengar begitu mendadak. Bukan karena biaya yang menjadi masalah, tapi urusan administrasinya, karena Pemerintah Saudi sangat teliti dalam memeriksa dokument dan surat-suratnya,” tulis Rokhmah di kolom Kompasiana.
Setelah mempersiapkan dokumen dan berkas lainnya dia menunggu keluarnya visa haji. Yang mengejutkan, tak perlu waktu berbulan-bulan, dia bercerita visa haji keluar dalam kurun waktu kurang lebih satu hingga dua minggu usai pemberkasan.
Bagi dia, kesempatan haji itu luar biasa. Sebab, di tengah usianya yang masih muda kesempatan haji sudah dapat diajalankan.
“ Sungguh suatu keberkahan luar biasa yang aku peroleh, karena di usiaku yang masih muda, sudah diberi kesempatan untuk menunaikan rukun Islam ke-5,” papar dia.
***
Salah satu kisah perjalanan haji dari negeri orang dialami Eko Kusumawijaya. Pria yang awalnya terdaftar sebagai jemaah haji di Lampung pada 2008 itu harus merelakan kesempatan berhaji yang telah diimpikan karena tugas pekerjaan di Thailand.
Tetapi, tugas kerja di Thailand tak menghilangkan kesempatan berhaji. Justru di sanalah, kesempatan berhaji dapat dia tunaikan.
Eko bercerita kepada Dream melalui surat elektronik mengenai keberangkatan haji melalui Negeri Gajah Putih yang terbilang lebih mudah ketimbang Indonesia.
Kemudahan itu karena Eko memiliki visa kerja dan surat izin kerja di Thailand. Sehingga, dia berhak untuk berangkat haji dari Thailand. Bahkan untuk mendapatkan visa haji dari Kedutaan Besar Arab Saudi di Thailand, dia mendapat bantuan dari Agen travel haji di Bangkok dan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
“ Setelah saya mendaftar di Bangkok, dan membayar biayanya, perusahaan memindahkan saya kembali ke Lampung bulan Oktober 2008. Jadi saya terpaksa berangkat dari Lampung ke Bangkok saat berhaji,” tulis Eko kepada Dream, Rabu, 31 Agustus 2016.
Tetapi, perjalanan haji ke Tanah Suci melalui Bangkok tidaklah semudah yang dikira. Sebab, 2008 lalu, Bangkok sedang mengalami demo besar-besaran akibat krisis politik.
Akibatnya, Bandara Suvarnabumi, Bangkok ditutup pendemo. Dia pun harus melalui rute Lampung-Kuala Lumpur, Malaysia-Krabi, Thailand.
“ Lalu melanjutkan jalan darat dari Krabi ke Bangkok. Karena bandara di Bangkok masih ditutup, kami berangkat ke Jeddah melaui Phuket,” papar dia.
Saat keberangkatan, dia bertemu dengan 11 orang WNI lain yang bernasib sama. Meski begitu, kesulitan utama dalam perjalanan haji dari Thailand itu, kata dia, adalah permasalahan komunikasi. Pembimbing haji yang disediakan biro perjalanan haji di Bangkok tadi menggunakan bahasa Inggris.
“ Hanya saja ketika khutbah di Arafah, disampaikan dalam bahasa Thailand, jadi saya tak mengerti yang disampaikan,” kata Eko yang kemudian menuliskan kisah berhajinya ke dalam novel Haji Ngeteng.
***
Meski begitu, kemudahan akses berhaji dari negara lain tak selamanya dapat dirasakan masyarakat Indonesia. Kendala perizinan kerap menjadi soal. Itulah terjadi pada sebanyak 177 WNI yang hendak berangkat haji tertangkap di Filipina karena menggunakan paspor setempat.
Mereka tak sabar menunggu puluhan tahun demi kesempatan beribadah haji. Gairah untuk berhaji itu digambarkan Eko dalam novelnya dengan kalimat sederhana, “ Bila Tuhan telah mengundang maka tak kan ada yang bisa menghalangi.”
Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka laa syarika laka. (Ya Allah, aku datang karena panggilanMu. Tiada sekutu bagiMu. Segala nikmat dan puji adalah milikMu dan kekuasaanMu. Tiada sekutu bagiMu.) (ism)
Advertisement
Detail Spesifikasi iPhone 17 Air, Seri Paling Tipis yang Pernah Ada
4 Komunitas Seru di Bogor, Capoera hingga Anak Jalanan Berprestasi
Resmi Meluncur, Tengok Spesifikasi dan Daftar Harga iPhone 17
Keren! Geng Pandawara Punya Perahu Ratusan Juta Pengangkut Sampah
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation