Dream – Ketegangan meruap dari ruang seluas dua kali lapangan basket itu. Semua diam, benar-benar senyap. Seluruh mata menyorot panggung mini berkarpet hitam. Tajam, nyaris tanpa kejap.
Di depan pentas, berderet 58 wanita berhijab. Mereka pasangan ibu dan anak. Beberapa duduk, sebagian berdiri. Bibir terkunci rapat, tak terdengar sekecap pun kata. Semua mematung. Remang lampu menambah kelu suasana.
Tibalah saat itu. Ketika seorang perempuan cantik naik ke atas pentas. Dialah Product Manager Mustika Ratu, Retno Pertiwi. Pemegang nama pemenang kompetisi ‘Umroh Bareng Ibu’.
Semua berdebar. Terutama para dara peserta kompetisi itu, tentu juga para ibu mereka yang turut mendampingi. Pengumuman itu memang bukan akhir segalanya. Tapi menjadi pembuka untuk mewujudkan mimpi mereka.
Hanya ada sepasang putri dan bunda yang berhak melenggang ke panggung, memenangkan hadiah umroh ke Tanah Suci. Dan dari atas pentas itu, nama juara disebut. “ Pemenangnya nomor sebelas.”
Pecahlah keheningan ruang eksklusif Lounge XXI Plaza Senayan, itu. Semua peserta yang semula diam langsung sibuk. Tanpa aba-aba, serentak menundukkan kepala. Memelototi bundaran kecil dari kertas yang tersemat di hijab. Memastikan angka yang disebut adalah miliknya.
Tapi, tak ada nomor dobel. Angka itu hanya dimiliki satu peserta. Dan dialah Yuliana Sari. Sadar menyandang nomor itu, terperanjatlah dia. Belum reda rasa terkejut, tangan sudah memeluk sang bunda yang berdiri di samping. Tangis bahagia pun pecah. Ibu dan anak itu langsung sujud syukur.
Di tengah ucapan selamat dari kontestan lain, Yuliana naik ke panggung bersama sang bunda. Letusan confetti mengiringi langkah sang juara. Mereka diberi kesempatan memberikan sambutan.
“ Bismillahirrohmanirrohim,” kata Tjasminah, ibunda Yuli, membuka sambutan. Suaranya berat. Tergetar. Kata-katanya tercekat di kerongkongan. Dia masih dirubung haru.
Tapi tak lama, dia segera mampu menguasai diri. Meski dengan terbata, untaian kalimat-kalimat itu segera dia lanjutkan. “ Dengan izin Allah, hamba dari Palu jalan sampai bisa duduk di gedung ini.”
“ Bisa memakan hidangan di sini, bisa bekumpul dengan ibu-ibu dengan anak-anak semua. Alhamdulillah, Allah mendengarkan doa saya, tiap hari berdoa. Alhamdulillah,” tambah dia.
Dia memang sudah lama ingin ke Tanah Suci. Saban hari dia terus melambungkan doa agar angan-angan itu terwujud. Dan melalui kompetisi Dream yang diikuti sang putri inilah mimpi itu jadi nyata.
“ Ini seperti mimpi buat saya, sudah lama saya ingin berangkat ke Tanah Suci. Selama saya hidup berdoa, ingin sekali,” tutur Tjasminah, sambil mengusap bulir-bulir air mata yang terus bergulir di pipi.
Yuliana adalah satu dari 800 peserta ajang ‘Umroh Bareng Ibu’. Mahasiswi Strata 2 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini harus berjuang, mengeluarkan kemampuan terbaik, untuk melalui setiap tahap kompetisi untuk menang.
Tidak hanya soal penampilan, para peserta dituntut dapat menulis artikel menarik dan membuat video inspiratif. Semua peserta punya kualitas. Tapi ajang ini hanya mencari satu yang terbaik di antara yang terbaik.
Dan dewan juri menetapkan dara yang karib disapa Yuli ini sebagai pemenang. Dia dinilai sebagai sosok inspiratif bagi Muslimah lainnya. “ Saya tidak menyangka bakal memenangkan ajang ini,” tutur Yuli.
***
Blasteran Sunda-Betawi ini merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara. Meski lahir di Jawa Barat, Yuli jarang menginjakkan kaki Bumi Priangan itu. Maklum, 23 tahun silam, orangtua gadis kelahiran 8 Juli 1990 ini ikut transmigrasi ke Palu.
Di tanah seberang itulah dia banyak menghabiskan hidup sebelum mendapat beasiswa kuliah di Bandung. Dia baru hijrah ke Kota Kembang pada 2013.
Dia meraih beasiswa melanjutkan kuliah di program Pascasarjana Pendidikan IPA. Semua itu dia lakukan demi menggapai cita-cita, menjadi dosen. “ Saya ambil beasiswa untuk jadi dosen, April 2017 saya tesis,” ucap Yuli.
Dia bukan berasal dari keluarga berada. Sang ayahnya, Abdul Hakim, berganti-ganti profesi. Dia sempat jadi pelaut. Pernah pula buka usaha knalpot. Tapi semua usaha tidak berkembang, dia banting setir jadi penjahit. Pekerjaan terakhir itulah yang menghidupi keluarga ini.
Seperti Hakim, Tjasminah juga berganti-ganti pekerjaan. Pernah jadi tukang cuci baju. Tetapi itu tidak lama, hingga akhirnya jualan makanan.
“ Mama jual dagangan mulai dari keliling kompleks, sewa kantin di sekolah SMK, hingga menyewa sepetak kantin di kampus saya sendiri, Universitas Tadulako Palu,” ucap Yuli.
Yuli merasakan betul betapa berat perjuangan orangtuanya. Sejak kecil, dia kerap membantu sang ibu berjualan. Setiap kali pergi sekolah, Yuli selalu membawa sebagian dagangan. Dia menjual gorengan, nasi kuning, dan es mambo, kepada teman-temannya di sekolah.
“ Jika saya datang ke sekolah setengah tujuh pagi, maka jam tujuh pagi sebelum bel berbunyi, gorengam tersebut sudah habis semua,” kenang Yuli.
Uang hasil jualan tak pernah dia pakai. Yuli mendapat hak dari orangtuanya untuk memiliki uang tersebut, namun harus ditabung. Jika sewaktu-waktu butuh untuk bayar iuran sekolah atau membeli alat tulis, uang itu baru dibetot dari tabungan.
“ Saya juga menggunakan hasil tabungan tersebut buat kursus bahasa Inggris saat duduk di bangku SMP, dan ilmunya sampai sekarang yang saya gunakan untuk S2,” ujar dia.
Yuli tidak pernah mengingkari apa yang dia raih saat ini adalah berkat perjuangan dan didikan orangtua. Dia sadar betul, gorengan buatan Tjasminah lah yang mengantarkannya meraih pencapaian yang begitu tinggi saat ini.
“ Perjuangan dan pengorbanan Mama tak akan pernah saya lupakan sebagai seorang anak yang tak berdaya tanpanya,” tutur Yuli.
***
Menempuh pendidikan di Bandung memberikan pengalaman dan tantangan baru bagi Yuli. Dan Desember tahun lalu, dia mendapat informasi ajang ‘Umroh Bareng Ibu’.
Yuli pun mendaftar secara online di website Dream. Hanya satu dalam benaknya saat mendaftar. Ingin membahagiakan sang bunda dengan mengajaknya ke Tanah Suci.
Tantangan demi tantangan yang disyaratkan ajang tersebut dilalui Yuli. Dia membuat testimoni apik soal ibu. Saat itu, dia terkendala. Posisi Tjasminah di Palu. Tak mungkin dia membuat video testimoni bareng sang bunda.
Beruntung panitia memperkenankan semua peserta mengganti peran ibu dengan orang lain. Hasilnya, Yuli mampu menyuguhkan video menawan. Karya itu sesuai dengan kriteria penyelenggara.
Dipanggillah Yuli ke Jakarta. Dari 800 peserta, hanya 30 yang berhak melaju ke babak berikutnya. Tentu bersama sang bunda. Tapi ini bukan perkara mudah. Yuli terhambat dana untuk mendatangkan sang bunda.
Sudah begitu, banyaknya pesanan jahitan membuat Hakim dan Tjasminah hampir mustahil terbang ke Ibukota. “ Pastiin dulu kalau menang, mama baru ke Jakarta. Masak mama aku ngomong kaya gitu, kan enggak bisa,” tutur Yuli.
Dia tak menyerah. Sang mama terus diyakinkan. Dan usaha itu membuahkan hasil. Bahkan tak hanya ibu, sang ayah pun turut ke Jakarta. “ Saya langsung memesan tiket Palu-Jakarta untuk Mama dan Bapak saya.”
“ Biaya tiket pesawat termurah di tanggal itu sekitar Rp1,4 juta untuk dua orang, plus memberi uang saku mereka Rp500 ribu,” tambah dia.
Dan pada Sabtu, 21 Januari lalu, perjuangan Yuli berbuah hasil. Dia terpilih sebagai jawara dan berhak berangkat umroh ke Tanah Suci bersama sang bunda. Keinginannya membahagiakan mama terwujud. Mimpi sang bunda ke Tanah Suci pun jadi nyata.
“ Selama saya hidup terus berdoa. Ingin sekali ke Tanah Suci,” tutur Tjasminah di atas panggung mungil itu.
Ada banyak cara mewujudkan mimpi. Ada seribu satu jalan menuju Tanah Suci. Dan salah satuya dilalui oleh Yuli dan Tjasminah. (eko)
Laporan: Nur Ulfa
Advertisement
4 Komunitas Seru di Bogor, Capoera hingga Anak Jalanan Berprestasi
Resmi Meluncur, Tengok Spesifikasi dan Daftar Harga iPhone 17
Keren! Geng Pandawara Punya Perahu Ratusan Juta Pengangkut Sampah
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation
Video Sri Mulyani Menangis di Pundak Suami Saat Pegawai Kemenkeu Nyanyikan `Bahasa Kalbu`
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
4 Komunitas Seru di Bogor, Capoera hingga Anak Jalanan Berprestasi
Kembali ke Akar: Festival yang Ajak Publik Belajar Jaga, Serap, dan Tumbuh
Resmi Meluncur, Tengok Spesifikasi dan Daftar Harga iPhone 17