Hazleen yang Perkasa! Bisa Bikin Komunitas Trekking Perempuan di Titik Terendah dalam Hidup

Reporter : Okti Nur Alifia
Jumat, 19 September 2025 12:07
Hazleen yang Perkasa! Bisa Bikin Komunitas Trekking Perempuan di Titik Terendah dalam Hidup
Dia adalah Hazleen Ahmad, perempuan asal Singapura yang mendaki ke Gunung Kinabalu untuk menggantikan temannya pada 2013. Namun pengalaman itu mengubah jalan hidupnya.

DREAM.CO.ID - Ini kisah seorang perempuan yang tidak sengaja mendaki ke Gunung Kinabalu dan berujung membentuk komunitas trekking perempuan, Amazing Trekkers Club.

Dia adalah Hazleen Ahmad, perempuan asal Singapura yang mendaki ke Gunung Kinabalu untuk menggantikan temannya pada 2013. Namun pengalaman itu mengubah jalan hidupnya.

Semuanya bermula dari masalah kesehatan pada 2011. Saat memulihkan diri dari operasi kaki, Hazleen mengalami peritonsillar abscess, yaitu kondisi ketika nanah menumpuk di tenggorokan dan membentuk abses jika tidak segera ditangani. Setelah insiden mengerikan itu, Hazleen sadar ia perlu mulai berolahraga dengan benar.

“ Aku waktu itu sekitar umur 40, mungkin sedang mengalami perimenopause dan punya ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang belum terdiagnosis,” katanya. “ Aku sering marah, tidak bahagia dengan diriku sendiri. Saat itulah aku mulai berlari,” lanjutnya.

Hazleen akhirnya mengikuti 10 kali half-marathon. Ketika temannya mengajaknya hiking, ia langsung menyambut kesempatan itu. Walau hanya berlatih dua minggu dan tak terbiasa dengan ketinggian.

 

1 dari 4 halaman

Amazing Trekkers Club

Komunitas Trekking Perempuan

Euforia yang ia rasakan saat mendaki Gunung Kinabalu seperti obat untuk segalanya. Tapi bukan hanya aktivitasnya, melainkan juga kebersamaannya. 

“ Hiking menyelamatkan hidupku,” kata perempuan berusia 53 tahun ini, dikutip dari CNA, Kamis, 18 September 2025.

“ Sekali aku mulai mendaki, aku tak bisa berhenti. Tapi ini bukan soal mendaki sendirian, kamu harus melakukannya bersama tim, bersama perempuan yang saling mendukung,” lanjutnya.

Hazleen kemudian mendirikan Amazing Trekkers Club (ATC) pada 2015. ATC menyediakan pendakian di Singapura maupun luar negeri.

ATC lahir dari keinginan membangun komunitas pemberdayaan bagi perempuan, tempat mereka bisa menantang diri secara fisik dan mental melalui hiking dan petualangan.

“ Salah satu anggota kami bilang dia datang karena petualangannya, tapi bertahan karena persaudaraannya,” tambah Hazleen.

“ Perempuan-perempuan ini terus mendaki bersama, berlatih bersama. Mereka membentuk suku, dan ini melampaui aktivitas mendaki,” katanya.

2 dari 4 halaman

Program Hiking

Biaya hiking lokal sekitar S$150, sementara perjalanan ke Gunung Kilimanjaro atau Everest Base Camp bisa mencapai S$4.500. Harga sudah termasuk perlengkapan, pelatihan, dan akomodasi, tapi belum termasuk tiket pesawat.

Setiap perjalanan juga disertai aktivitas relaksasi pasca hiking, seperti safari, spa, atau tur budaya. Komunitas ini juga selalu bekerja sama dengan lembaga non profit lokal di tempat yang mereka kunjungi.

Di Singapura, selain Reservoir MacRitchie dan Bukit Timah Nature Reserve, para perempuan ini juga telah menjelajahi Pulau Coney, Rail Corridor, Pulau Ubin, dan bahkan berjalan dari satu stasiun MRT ke stasiun lain sepanjang jalur penuh. Satu-satunya waktu mereka berhenti trekking adalah saat pandemi. 

3 dari 4 halaman

Pendakian 250 Gunung di 30 Negara

Komunitas Trekking Perempuan

Hingga berjalan 10 tahun, Hazleen mengatakan komunitas ini telah diisi oleh 3.500 perempuan dan remaja yang mendaki lebih dari 250 gunung di lebih dari 30 negara. 

Hazleen sendiri telah mendaki 87 gunung termasuk Kilimanjaro di Afrika, Rainbow Mountain di Peru, Everest Base Camp, Mont Blanc (di musim salju, yang katanya paling berat), Gunung Kinabalu di Malaysia, Gran Paradiso di Italia, dan Ben Nevis di Skotlandia.

Meski ditujukan untuk perempuan, ATC juga mengadakan perjalanan untuk remaja dan keluarga. Terkadang, para suami pun ikut berlatih dan mengikuti acara sosial.

Hal yang paling berkesan baginya adalah percakapan yang terjadi di gunung. Bisa soal masalah pendakian, seperti cara mengatasi detak jantung yang terlalu cepat atau sepatu yang tak pas, soal menopause, kesehatan mental, bahkan duka.

“ Gunung memberi kenyamanan, semacam retret dari ketegangan, tempat kamu bisa benar-benar jadi diri sendiri,” kata Hazleen.

“ Aku pernah lihat orang tiba-tiba menangis. Aku sedang ngobrol lalu sadar… temanku duduk sambil terisak. Karena banyak hal keluar saat kita bicara,” ungkapnya.

4 dari 4 halaman

Komunitas Trekking Perempuan

Kecintaan Hazleen pada hiking menular pada kedua putrinya, yang kini berusia 17 dan 15 tahun. Mereka sudah mendaki beberapa gunung bersama Hazleen. Pada 2018, putrinya yang sulung, waktu itu berusia 10 tahun, menjadi orang Singapura termuda yang mendaki dua puncak di Kilimanjaro. 

“ Pendakian mengajarkan tentang ketekunan, tekad, dan daya tahan, serta memberinya rasa kebersamaan,” katanya.

“ Setiap kali menghadapi tantangan, dia berkata pada dirinya, ‘Kalau aku bisa mendaki gunung, aku juga bisa melewati ini’,” lanjutnya. 

Putrinya yang lebih muda pun sudah mendaftar untuk mendaki Kilimanjaro bersama sekolahnya. Hazleen juga memiliki seorang putra berusia 27 tahun.

Kini Hazleen sedang mempersiapkan peluncuran ATC Marketplace, platform yang menyatukan komunitas perempuan secara global, baik online maupun offline. Ia juga akan meluncurkan platform pemimpin perempuan bernama Wolf-Women Pack.

Bagi Hazleen, ATC bukan hanya bisnis, tapi juga obat dan penawar baginya.

“ Pola ritmis jalur hiking membantu mengatur otak ADHD-ku,” ujarnya. “ Apa yang bermula sebagai terapi pribadi kini tumbuh menjadi komunitas perempuan tangguh yang saling mendukung melewati berbagai fase kehidupan.”

Tak ada “ bersembunyi dari diri sendiri” di gunung, kata Hazleen. Tantangan fisik dari trekking yang berpadu dengan kejernihan pikiran saat berada di alam menciptakan lingkungan sempurna bagi pertumbuhan pribadi dan penyembuhan.

“ Komunitas yang kami bangun paham bahwa perjalanan setiap perempuan itu unik, namun kita semua berbagi satu hal: mencari kekuatan lewat petualangan,” kata Hazleen.

“ Gunung tidak peduli dengan diagnosismu, yang ia tanyakan hanya apakah kamu siap melangkah lagi, dan menyadari sejauh apa kamu telah berjalan.”

Beri Komentar