TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker

Reporter : Okti Nur Alifia
Selasa, 9 September 2025 10:08
TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker
TemanZayd diambil nama seorang anak Zayd Abdurrahman Al-Farooq, yang dianugerahi sakit kanker mata retinoblastoma sejak umur 3 bulan dan kini sudah tutup usia.

DREAM.CO.ID - Berawal dari sebuah perjuangan menemani sang anak yang seorang cancer warrior, Ashma Mardhiyatu Musyaffa dan suaminya, Robby Rachmandias, membentuk TemanZayd untuk meneruskan estafet kebaikan. Komunitas ini dibentuk khususnya untuk membantu anak-anak pejuang kanker.

TemanZayd diambil dari nama Zayd Abdurrahman Al-Farooq, anak pertama pasangan suami istri ini. Sang putra dianugerahi sakit kanker mata retinoblastoma sejak umur 3 bulan dan kini sudah tutup usia.

" Luar biasa memang cara Allah, feel-nya seperti Zayd-nya diambil sama Allah buat dipelihara sama Allah langsung tanpa perantara kita sebagai orangtua. Terus Allah kirimkan anak-anak lain untuk kita bersamai perjuangannya, jadi semangatnya TemanZayd seperti itu," cerita Ashma saat berbincang dengan jurnalis Dream.

TemanZayd berdiri sejak tahun 2021, tanpa kesengajaan. Ashma dan suami diketahui aktif sebagai relawan sosial kemanusiaan serta memiliki sederet pengalaman.

Meskipun anak pertamanya sakit, mereka tetap aktif menyuarakan perihal kemanusiaan. Seperti membagikan perjuangan masyarakat Palestina di media sosial, hingga menimbulkan simpati dari teman-temannya yang ingin berdonasi melalui mereka berdua.

Ashma tetap menerima donasi itu dan menyalurkannya melalui lembaga NGO seperti Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) dan Adara Relief International. Namun saat menulis nama donatur di kwitansi, dia kebingungan karena bantuan tersebut diberikan bukan atas nama pribadi.

Hingga seketika saat melihat sang anak dalam gendongannya, terbentuklah nama TemanZayd.

" Yang kepikiran apa, pas kita gendong anak kita, yang matanya udah nggak ada satu, TemanZayd aja lah. Jadilah sampai hari ini," ungkap perempuan asal Depok ini.

TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker

1 dari 4 halaman

Campaign Bantuan

TemanZayd tercipta dari panggilan hati pasangan yang menikah tahun 2019 itu. TemanZayd berjalan saat anak sulungnya masih hadir di bBmi ini hingga sekarang membersamai lebih dari 5.000 orang yang sudah menerima manfaatnya.

Saat Zayd masih hidup, mereka tetap konsisten menyalurkan berbagai donasi yang masuk. Ashma mengatakan, branding sebagai relawan sudah cukup melekat kepadanya dan suami. Inilah yang membuat orang-orang di sekitarnya mau menitipan donasi tanpa diminta serta memberikan kepercayaan penuh kepada mereka.

" Kita hanya melakukan aktivitas untuk diri kita aja itu kayak ada yang hilang, akhirnya di tengah-tengah ke-hectic-an kita bolak-balik rumah sakit, dalam sepekan bisa 3-4 bolak balik ke RSCM. Dan akhirnya terbentuk nama TemanZayd," ungkap Ashma.

TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker

Dari situlah mereka berjalan dan serius membangun TemanZayd, membuat campaign untuk bantuan yang dibutuhkan. Kebaikan dari para donatur pun mengalir dari cara yang tidak disangka.

Bagi Ashma ketika uang di rekening donasi masih banyak, dia merasa was-was dan harus segera menghabiskannya untuk disalurkan kebaikannya. Dirinya baru merasa lega ketika uang donasi itu habis tersalurkan. Namun ketika mengucap " alhamdulilah habis" , akan ada lagi kiriman uang lebih besar yang membuatnya sangat bersyukur dan mengucap lagi " alhamdulilah" .

Perempuan yang juga memiliki pengalaman sebagai event organizer ini tidak pandang bulu membuat campaign bantuan. Namun setelah Zayd wafat, dia dan suami juga mengkhususkan membantu anak-anak pejuang kanker. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pengalamannya membersamai perjuangan sang anak melawan kanker.

Melalui TemanZayd, Ashma menyalurkan donasi " Kaleng Susu Kebaikan" ke berbagai rumah singgah pasien di sekitar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), tempat Zayd dulu berobat. Selain itu jika ada kebutuhan khusus yang dibutuhkan anak di sana, dia akan membuat campaign bantuan baru di media sosial.

" Sekarang sudah dibersamai sama TemanZayd empat tahun, kita support dengan program TemanZayd ada kaleng susu kebaikan, karena dulu kita ngerasain walaupun dari orang yang punya penghasilan tetap. Tapi beli susu anak untuk anak-anak yang punya kondisi khusus dengan status harus bernutrisi tinggi itu mahal banget ya, kaya harganya start dari Rp200ribu - Rp450 ribu satu kaleng," ungkap Ashma.

TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker

Selain itu, TemanZayd juga memiliki beberapa anak asuh berkebutuhan spesial. Adapula " Bulir Beras Kebaikan" dengan membagikan paket sembako, kemudian donasi untuk pesantren, hingga bantuan bencana alam seperti di Cianjur, Riau hingga Lampung.

Berbagai program bantuan yang disalurkan komunitas ini mencakup berbagai kebutuhan yang saat itu diperlukan, tidak terbatas. Dalam perjalanannya TemanZayd juga ditemani para relawan yang menawarkan diri untuk berpartisipasi.

" Ada yang sifatnya bantuan yang tentatif atau sesuai dengan demand misal dari rumah singgah, hubungin kita kalau ada kebutuhan untuk mengcover biaya pengobatan yang tidak dibiayai BPJS. Saya buatin campaign di sosial media, nanti orang-orang donasi," ungkap Ashma.

Salah satu hal yang menyedihkan dari pengalamannya, cerita Ashma, TemanZayd pernah memberikan bantuan donasi berupa biaya pengiriman jenazah dari Jakarta ke Batam. Yang artinya mereka pulang membawa kabar duka.

" Ada juga yang menyedihkan ya, kita open donasi bukan untuk diberikan tapi untuk ngirim jenazah, karena jauh lokasi tinggalnya di Batam," ungkapnya.

2 dari 4 halaman

TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker

Hingga kini anggota dari TemanZayd berjumlah 20 orang yang berada di Jabodetabek, Riau, dan Lampung. Komunitas ini sudah bekerja sama dengan sekitar 25 lembaga atau organisasi, seperti Adara Relief International, Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP), RSCM Jakarta, Masyarakat Relawan Indonesia (MRI), Rumah Singgah Bunda Peduli, dan lainnya.

Ashma berharap meskipun komunitas ini berangkat dari keluarga kecil dirinya, harapannya bisa meluas kebermanfaataannya. Salah satu impian besarnya adalah memiliki rumah singgah pasien sendiri.

Satu narasi yang selalu ibu dua anak ini gaungkan adalah yang beruntung adalah orang yang bisa melakukan kebaikan, bukan penerima manfaat. Ada ladang kebaikan yang bisa dilakukan karena kehadiran mereka.

" Kebanyang kalau ladang kebaikannya nggak ada, targetnya nggak ada, terus hal baik apa yang mau kita lakuin, itu yang sering aku coba narasikan di luar. Kita tuh beruntung banget loh, bukan mereka yang menerima bantuan, tapi karena kita bisa melakukan hal baik karena kehadiran mereka," ungkap Ashma.

Nama TemanZayd yang juga mengambil kata 'teman', bagi Ashma bermakna setara. Relawan, orang yang memberi donasi, dan penerima manfaatnya, semuanya setara. Semua adalah TemanZayd.

3 dari 4 halaman

Peran Seorang Ibu

Selain memfokuskan untuk anak-anak pejuang kanker, Ashma juga menyoroti peran seorang ibu yang mendampingi mereka. Menurutnya, sisi psikologis seorang ibu juga perlu disambut dan dirangkul. Ketika perasaan seorang ibu divalidasi, maka akan timbul energi positif dan energi itu akan menyalur ke sang anak.

" Aku pengin itu terhighlight, peran ibu kan sering banget nggak terlihat ya, kaya oh ya bapaknya berjuang dengan mencari nafkah, tapi tidak ada yang bahas ibunya yang mendampingi dengan keringat darah dan air mata," ungkapnya.

Ashma dan para relawan TemanZayd pun tergerak untuk menyalurkan bantuan di rumah sakit bukan hanya sekadar seremonial. Mereka juga membuatkan acara untuk para anak dan sang ibu. Seperti sharing session, painting, dongeng, dan aktivitas bermain lainnya.

TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker

TemanZayd sejenak memisahkan sang ibu dengan anaknya agar bisa meluapkan perasaannya. Sementara para anak dijaga oleh relawan.

" Mereka bisa ngelepasin sesuatu yang mereka tahan selama bertahun-tahun, berarti kan perlu keberanian yang besar ya buat untuk ngeluarin itu dan atas izin Allah, bisa keluar di acara yang aku capek banget pikirannya, itu worth it banget," kata Ashma saat menceritakan pengalamannya membuat acara di RSCM.

4 dari 4 halaman

Ashma melanjutkan, peran ibu sangatlah besar dalam pengobatan. Anak-anak itu tidak bisa sampai menjalani perawatan jikalau sang ibu tidak ngotot mencari tahu, belajar hal baru, hingga akhirnya dokter mendiagnosa penyakit sang anak. Dia mencatat, 90 persen pendamping di RSCM adalah para ibu.

" Itu bukti bahwa anak kita yang akhirnya sekarang bisa dihadapkan dengan dalam kondisi dan tindakan medis seperti itu, nggak terlambat karena ibunya ngotot banget belajar banyak hal supaya anaknya bisa dapat penanganan yang sesuai dan itu tuh keren banget," cerita Ashma.

TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker

Pengalaman Ashma yang dahulu mendampingi Zayd, menurutnya tidak mudah. Namun seorang ibu tentunya tidak akan menyerah, akan selalu terus berjuang maksimal dan tidak menyesal dikemudian hari.

Saat melihat seorang anak disuntik, bagi Ashma yang sakit bukan hanya tubuh seorang anak namun juga orangtuanya. Apalagi untuk anak kecil yang tidak cukup hanya satu suntikan untuk bisa diambil sempel darah, butuh puluhan suntikan baru. Seperti yang dialami Zayd dahulu.

" Berlelah-lelah mendampingi anak kita untuk jadi sehat, itu masih jauh lebih bisa dihadapi daripada berlelah-lelah menghadapi penyesalan di kemudian hari ketika anaknya tidak kita dampingi dengan maksimal dan akhirnya kita kehilangan dia. Walaupun nggak mudah, pasti Allah kasih toolsnya buat ngelewatin itu semua. Semoga ibu-ibu di luar sana, seberat apapun beban yang mereka pegang ya saat ini, itu nggak membuat mereka kehilangan diri mereka sendiri," pesan Ashma.

Untuk diketahui, donasi komunitas TemanZayd bisa disalurkan melalui Bank Mandiri 900-00-1897-4437 / BSI 7298-4285-76 atas nama Ashma Mardhiyatu Musyaffa dan wajib melakukan konfirmasi donasi melalui instagram @temanzayd.

Beri Komentar