Riset: Remaja Pengguna Ganja Lebih Berisiko Bunuh Diri

Reporter : Eko Huda S
Kamis, 11 September 2014 09:00
Riset: Remaja Pengguna Ganja Lebih Berisiko Bunuh Diri
Analisis data yang luas juga mengindikasikan bahwa para remaja yang mengkonsumsi ganja setiap hari 7 kali berisiko melakukan percobaan bunuh diri setelah mereka berusia dewasa.

Dream - Riset nasional yang dilakukan Pusat Riset Narkoba dan Alkohol Nasional (NDARC) di Universitas New South Wales, Australia, berhasil mengungkap bukti-bukti dampak buruk penggunaan ganja atau mariyuana pada masa remaja. Salah satu hasil riset menyebutkan remaja pengonsumsi ganja atau mariyuana lebih berisiko melakukan percobaan bunuh diri.

" Hasil riset ini waktunya sangat tepat, lantaran beberapa negara bagian di AS dan sejumlah negara Amerika Latin telah memutuskan untuk melegalkan ganja. Padahal, kebijakan itu akan memudahkan akses orang muda terhadap ganja," kata penulis studi ini, Profesor Richard Mattick, dikutip Dream dari laman ABC Internasional, Kamis 11 September 2014.

Dalam studi ini, peneliti dari Australia dan Selandia Baru menggabungkan data dari 3.765 partisipan, dari 3 riset yang berlangsung lama, untuk melihat keterkaitan antara frekuensi penggunaan ganja sebelum usia pengguna mencapai 17 tahun.

Peneliti menyelidiki 7 hasil perkembangan mental yang terjadi pada pengguna hingga mereka berusia 30 tahun. Di antaranya apakah para remaja pengguna bisa menyelesaikan sekolahnya, bisa meraih gelar sarjana, apakah mereka menjadi kecanduan ganja. Selain itu, apakah mereka juga menggunakan narkoba jenis lainnya, pernah berusaha melakukan bunuh diri, menderita depresi, dan apakah kehidupan mereka sejahtera.

Riset ini mendapati remaja yang rutin mengonsumsi ganja sebelum berusia 17 tahun, ternyata 60 persen lebih kecil peluangnya untuk dapat menyelesaikan sekolah menengah atau mendapatkan gelar sarjana.

Analisis data yang luas juga mengindikasikan bahwa para remaja yang mengkonsumsi ganja setiap hari 7 kali berisiko melakukan percobaan bunuh diri setelah mereka berusia dewasa.

Riset ini juga mendapati para remaja yang mengkonsumsi ganja berpeluang 18 kali lebih tinggi mengalami ketergantungan pada ganja dibandingkan yang lain, dan 8 kali lebih tinggi mengalami ketergantungan pada narkoba jenis lainnya dalam kehidupannnya.

Profesor Simon Denny dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Auckland mengatakan, riset ini menunjukan semakin sering seseorang mengoonsumsi ganja, maka akan semakin tinggi juga risikonya untuk memiliki masa depan yang buruk.

" Hasil riset ini menyediakan bukti-bukti terbaik terbaru mengenai dampak buruk penggunaan ganja pada masa remaja. Apalagi studi ini menggbungkan data riset lama yang berhasil melacak dan memantau kualitas hidup remaja pengguna ganja hingga mereka dewasa," kata Denny.

Di Australia, ganja atau cannabis merupakan salah satu obat-obatan terlarang yang digunakan secara luas. Diperkirakan sekitar 1 persen remaja berusia 14 hinga 19 tahun di Australia mengonsumsi ganja setiap harinya, sementara 4 persen rutin mengonsumsi ganja setiap minggu.

Peneliti utama dalam riset ini, Dr Edmund Silins, mengatakan temuan ini waktunya sangat tepat. " Hasil riset yang kami lakukan berhasil menyediakan bukti kuat mengenai pentingnya upaya mencegah atau menunda penggunaan ganja yang tampaknya dapat memberikan dampak positif yang luas untuk kesehatan dan sosial," ujar dia.

" Upaya untuk mereformasi legislasi ganja juga harus ditinjau secara hati-hati untuk memastikan aturan itu dapat mengurangi jumlah remaja yang mengkonsumsi ganja," kata Silins. Riset ini akan dipublikasikan dalam Jurnal The Lancet Psychiatry.

Beri Komentar