Ini Dua Pendobrak Mode Iran

Reporter : Editor Dream.co.id
Selasa, 25 Maret 2014 11:25
Ini Dua Pendobrak Mode Iran
Sejak 1979, Polisi Moralitas' di Iran kerap turun ke jalan untuk melakukan sidak bagi busana muslim, terutama perempuan.

Ketika Presiden Iran Hassan Rouhani mengambil sumpah jabatan pada 4 Agustus 2013 lalu, ia seperti mengirim pesan khusus untuk sebuah negara berkembang: moderat. Selama era pendahulu Rouhani, Mahmoud Ahmadinejad, milisi Basij turun ke jalan. Sejak 1979, mereka kerap menjadi 'Polisi Moralitas' untuk melakukan inspeksi bagi busana muslim di tempat umum, terutama bagi perempuan.

Seperti dilansir CNN (24/3/2014), saat itu wanita yang tidak memakai cadar atau mengenakan kain berwarna gelap pada jilbabnya akan ditegur. Bahkan tak sedikit dari mereka yang ditangkap.

Di sisi lain, perancang Naghmeh Kiumarsi dan Farnaz Abdoli selalu punya pandangan optimis bagi negeri kelahiran mereka. Keduanya yakin, kawasan ini akan merasakan masa depan yang lebih cerah. Baru-baru ini, kedua perancang busana itu menarik perhatian internasional dengan koleksi yang mengguncang budaya dan menunjukkan sisi lain perempuan Iran.

Abdoli, yang dibesarkan di Shiraz, kota di sebelah barat daya Iran, memiliki darah fashion dari ibunya. Abdoli merancang pakaian untuk dirinya, sang adik dan ibunya.

" Saya selalu berpikir bahwa saya harus memakai sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang penuh warna," kata dia. Akhirnya, dia menyadari wanita lain di luar sana mungkin ingin memanfaatkan potensi Iran untuk merancang pakaian.

Kiumarsi pun mengalami pencerahan serupa. Dia dibesarkan dari lingkungan seorang penjahit pakaian rok dalam wanita. Neneknya menjahit, Kiumarsi membuat sketsa, menggambar dan merancang. " Saya memiliki reputasi membuat pakaian yang berbeda dan saya mendapatkan banyak pujian untuk itu," kata Kiumarsi.

Koleksi dua desainer itu didominasi dengan rancangan yang penuh warna, siluet, dan bahan kain yang ringan. Mereka sadar dan memiliki pikiran yang maju tentang estetika yang sesuai dengan kondisi Iran.

Kiumarsi akui, ketika mulai merancang sembilan tahun lalu ide-idenya tidak selalu diterima dengan baik. " Sebagai seorang desainer saya berani dan saya mendorong perempuan lain untuk juga membuat karya-karya yang inovatif, terutama dalam cara mereka berpakaian," ungkap Kiumarsi.

Abdoli juga memiliki reaksi lain terkait kondisi fashion di Negeri para Mullah itu. Abdoli akui, di Iran lebih banyak hal yang positif dibanding yang negatif.

" Saya tidak akan bekerja di Iran jika saya menghadapi banyak masalah," harap Abdoli. " Kami memiliki banyak orang berbakat di Iran dan masyarakat membutuhkan kita. Tidak hanya perempuan tetapi laki-laki."

Sejak tahun 2013, Abdoli telah menerima banyak pesan dari orang-orang di Eropa, Amerika, Kanada dan negara lain. Pesan yang didapat bahwa kala mereka berhubungan dengan wanita Iran, mereka telah menjalin hubungan dengan perempuan usang dan ketinggalan zaman.

" Tetapi akhirnya mereka mengatakan kepada saya, pola pikir mereka telah berubah setelah melihat foto-foto dan karya saya," ungkap Abdoli senang.

Lalu, apa yang berikutnya untuk mereka? Desain yang lebih dan khalayak yang lebih luas. Abdoli dan Kiumarsi berharap ada kesempatan ajang pameran bagi mereka untuk membuatnya lebih bergairah dan memamerkan karya-karya asli Iran. (ism)

Beri Komentar