Ilustrasi
Dream – Penderita strok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Strok dianggap sebagai penyebab utama kematian di mana sepertiga pasien strok meninggal dunia dan sepertiga lainnya mengalami cacat permanen.
Menurut dr. Adin Nulkhasanah selaku Ketua Indonesian Stroke Society (ISS), strok adalah gambaran klinis akibat terganggunya peredaran darah ke otak yang biasanya disebabkan oleh penyumbatan.
“ Jenis penyakit ini disebabkan oleh gaya hidup yang buruk dan harus segera ditangani secara tepat guna mengurangi risiko yang tidak diinginkan. Namun, pengetahuan masyarakat Indonesia tentang pentingnya mendapatkan perawatan dan pengobatan stroke yang tepat masih sangat rendah,” kata dr. Adin dalam peluncuran aplikasi Fast Rescue pada Jumat, 27 Agustus 2021.
Untuk memberikan edukasi tentang pencegahan dan penanganan stroke, ISS dan Angels Initiative meluncurkan aplikasi Fast Rescue. Merupakan inovasi baru di bidang medis yang tidak hanya membantu pasien strok tetapi juga anggota keluarga yang merawatnya.
Aplikasi ini memiliki beberapa fitur unggulan seperti Tombol Panik yang dikembangkan bersama Kementerian Kesehatan. Jika menekan tombol ini, pengguna akan terhubung dengan petugas operator yang tersedia 24 jam.
Petugas operator akan menyelaraskan lokasi pengguna dengan ambulans terdekat sehingga dapat segera menjemput pasien dan membawa pasien ke rumah sakit stroke-ready terdekat. Tombol Panik memastikan pasien strok diberikan pertolongan secepat mungkin di rumah sakit yang tepat.
“ Perawatan harus dilakukan dengan cepat karena periode Golden Hour merupakan rentang waktu yang krusial dan jika pasien mendapatkan perawatan yang tepat selama waktu tersebut, risiko cacat permanen dan kematian dapat dikurangi,” kata dr. Siti Khalimah, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan RI dalam kesempatan yang sama.
Pasien strok, menurut dr. Temmy Winata, Head of Medical Angels Initiative di Indonesia, harus segera mendapat penanganan di rumah sakit stroke-ready. Rumah sakit tersebut, pasalnya dilengkapi dengan fasilitas yang penting seperti CT Scan dan obat-obatan, serta Acute Stroke Team (ACT) yang terlatih untuk memberikan perawatan.
“ Ketika dirawat di pusat pelayanan stroke yang mengikuti standar perawatan terbaik, pasien memiliki peluang lebih baik untuk bertahan hidup dan menjalani kehidupan yang bebas disabilitas,” ujar dr. Temmy.
Aplikasi Fast Rescue sudah melakukan uji coba di lima kota besar di Indonesia seperti Yogyakarta, Palembang, Jakarta, Medan, dan Bandung. Untuk wilayah lain akan terus dikembangkan secara bertahap.
Versi beta aplikasi ini sudah diluncurkan pada Februari 2021 dan fitur-fitur yang baru akan dijadwalkan tersedia pada awal September 2021. Sementara ini Fast Rescue hanya tersedia di Android dan bisa diunduh di Google Play Store. Untuk pengguna IOS harap bersabar, karena pihak pengembang masih dalam tahap mengurus perizinan.
Laporan: Elyzabeth Yulivia
Dream - Batuk, pilek, demam dan sakit kepala yang dulu merupakan keluhan ringan, umum yang kini seperti tampak seperti 'gejala' mematikan. Tidak lain tidak bukan karena pandemi Covid-19.
Kepanikan pasti akan bertambah, jika kondisi tersebut disertai nyeri dada. Pada banyak kasus, mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung akan lebih berisiko mengalami pemburukan jika tertular Covid-19.
Lalu bagaimana membedakan antara nyeri dada karena Covid-19 dan karena masalah jantung?
" Pertama, jangan mengabaikan nyeri dada apapun penyebabnya. Nyeri dada akibat serangan jantung biasanya terasa seperti tekanan atau sensasi diremas, tetapi dapat bervariasi dari orang ke orang. Tantangannya adalah bahwa nyeri dada karena kecemasan dan bahkan COVID-19 dapat terasa mirip dengan nyeri jantung - tetapi memiliki perbedaan penting," kata Michael Smith, seorang dokter spesialis penyakit dalam, dikutip dari WebMD.
Nyeri dada terkait kecemasan biasanya muncul tiba-tiba, dan terasa sulit bernapas. Sifat tiba-tiba dari jenis nyeri ini menunjukkan kecemasan. Namun, seperti yang disebutkan sebelumnya, gejala yang sama dapat terjadi pada sakit jantung.
" Nyeri dada mendadak seperti tertimpa benda berat yang berlangsung lebih dari satu menit harus segera lapor ke dokter. Biarkan dokter mencari tahu apakah itu kecemasan atau terkait jantung," kta Smith.
Nyeri dada akibat COVID-19 tidak akan datang tiba-tiba. Gejala COVID-19 biasanya berkembang selama beberapa hari, mirip dengan infeksi virus lainnya. Jadi jika merasa baik-baik saja, itu bukan virus corona.
" Tetapi jika sakit selama beberapa hari dan memburuk, sakit dada bisa jadi salah satu gejala COVID-19. Bila napas menjadi pendek, segera hubungi dokter," pesan Smith.
Kapan pun saat mengalami nyeri dada yang terus menerus, segera konsultasi dengan dokter. Jangan tunda untuk mencari tahu apa penyebabnya lewat internet.
" Terakhir, jangan lupa bernapas. Ada banyak alasan untuk cemas saat ini, tetapi ada banyak hal yang bisa dikendalikan. Jika merasa tertekan, luangkan beberapa menit setiap hari (beberapa kali sehari) untuk melakukan latihan pernapasan," kata Smith.
Berikut latihan pernapasan yang sangat dianjurkan Smith, ambil napas dalam-dalam yang lambat. Isi paru-paru dengan udara penuh, tahan selama beberapa detik, lalu lepaskan. Tarik napas selama 4 detik, tahan selama 2 detik, lalu buang napas selama 4 detik. Ulangi hingg 8 hitungan.
Laporan Raissa Anjanique
Advertisement
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya