ASI Ternyata Punya Zat Penetralisir Virus SARS-CoV-2

Reporter : Mutia Nugraheni
Selasa, 6 Juli 2021 11:12
ASI Ternyata Punya Zat Penetralisir Virus SARS-CoV-2
Ibu menyusui yang positif Covid-19 justru dianjurkan untuk tetap memberikan ASI pada bayinya.

Dream - Para ibu yang positif Covid-19 hingga saat ini dianjurkan untuk terus memberikan air susu ibu (ASI) pada bayinya. Risiko penularan memang sangat tinggi, tapi ada banyak pencegahan yang bisa dilakukan.

Seperti memerah ASI dan memberikan lewat botol dan dilakukan oleh orang lain. Bisa juga mengenakan masker double saat menyusui dan selalu cuci tangan atau pakai hand sanitizer sebelum menyusui.

Sebuah kabar baik bagi ibu menyusui yang positif Covid-19. Tim peneliti di University of Rochester Medical Center (URMC) — bekerja sama dengan beberapa universitas lain, baru mempublikasi penelitian mereka awal Juni 2021 lalu soal SARS-CoV-2 dan ASI.

Penelitian menunjukkan bahwa ibu menyusui yang positif Covid-19 tidak menularkan virus SARS-CoV-2 melalui ASI mereka. Justru memberikan ASI akan memberikan antibodi bawaan yang mampu menetralisir virus.

 

1 dari 6 halaman

Dalam studi berjudul " Characterization of SARS-CoV-2 RNA, antibodies, and neutralizing capacity in milk produced by women with COVID-19"  itu dianalisis 37 sampel ASI yang dikirimkan oleh 18 ibu yang positif Covid-19. Dari analisis dketahui tidak ada sampel susu yang ditemukan mengandung virus, sementara hampir dua pertiga sampel mengandung dua antibodi khusus untuk virus.

Cara Merawat Puting Agar Tidak Sakit Saat Menyusui

Penelitian ini memberikan bukti bahwa ibu yang positif Covid-19 sangat direkomendasikan untuk tetap memberikan ASI. Justru dengan memberi ASI, bayi bisa mendapat antibodi.

" Hasil awal ini menunjukkan bahwa ASI dari ibu yang pernah terinfeksi Covid-19 mengandung antibodi spesifik dan aktif terhadap virus, dan tidak menularkan virus melalui ASI. Ini berita bagus!," ujar Bridget Young, Ph.D., asisten profesor di Departemen Pediatri di URMC, dikutip dari Scitechdaily.

 

2 dari 6 halaman

Hasil dari studi yang lebih besar akan segera keluar hasilnya dan Young berharap akan memperkuat temuan awal. Mark Sangster, PhD, dan David Topham, PhD, keduanya profesor riset di Departemen Mikrobiologi dan Imunologi, UMRC berkolaborasi mengukur tingkat uji antibodi di laboratorium mereka.

Covid-19 Varian Delta Sangat Berbahaya Bagi Ibu Hamil dan Menyusui

“ Kami menemukan kadar IgA yang tinggi – antibodi umum dalam darah dan cairan tubuh lainnya – dalam ASI mereka. iGA bermigrasi dalam transfer mukosa, sehingga hal ini mendorong informasi bahwa ibu mentransfer antibodi ini,” kata Sangster.

Studi ini dimulai untuk mengatasi kurangnya penelitian yang ada tentang Covid-19 dalam ASI. Langkah selanjutnya adalah melihat apakah hasil awal direplikasi dalam sampel yang lebih besar.

“ Pekerjaan ini perlu direplikasi dalam kelompok yang lebih besar. Selain itu, kita sekarang perlu memahami apakah vaksin Covid-19 berdampak pada ASI dengan cara yang sama,” kata Young.

3 dari 6 halaman

Vaksin AstraZeneca Diklaim Beri Kekebalan Setahun, Antibodi 6X Lebih Kuat

Dream - Vaksin AstraZeneca diklaim sangat efektif memberikan kekebalan terhadap Covid-19 setidaknya satu tahun usai dosis pertama. Sementara setelah suntikan dosis kedua, vaksin ini dapat memberikan respon imun yang kuat.

" Hal ini merupakan berita baik bagi negara-negara dengan persediaan vaksin yang terbatas, yang mungkin khawatir terhadap keterlambatan pemberian dosis kedua vaksin di negara mereka," ujar Chief Investigator & Director Oxford Vaccine Group di Universitas Oxford, Sir Andrew J Pollard.

Sub analisis percobaan COV001 dan COV002 yang dipimpin Oxford menunjukkan vaksin AstraZeneca memberikan respons imun kuat setelah interval dosis kedua diperpanjang 45 pekan. Ataupun setelah pemberian dosis ketiga.

Analisis tersebut melibatkan sukarelawan usia 18-59 tahun yang sudah terdaftar. Mereka telah menerima satu dosis maupun dua dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca.

" Terdapat respons yang sangat baik untuk dosis kedua, bahkan setelah penundaan 10 bulan dari dosis pertama," kata Pollard.

Dalam artikel yang diterbitkan di server pre-print The Lancet, antibodi usai dosis pertama tetap di level tinggi selama satu tahun. Kemudian, meski interval dosis kedua diperpanjang selama 45 pekan, respons antibodi meningkat 18 kali lipat dalam waktu 28 hari setelah penyuntikan.

4 dari 6 halaman

Bisa Netralkan Varian Alpha, Beta, dan Delta

Sedangkan dalam jeda 45 pekan tersebut, didapat temuan titer antibodi empat kali lebih tinggi dibandingkan jeda 12 hari dari dosis pertama ke dosis kedua. Ini menunjukkan interval pemberian dosis yang lebih lama tidak mengurangi efektivitas vaksin, namun justru dapat memberikan kekebalan yang lebih kuat.

Selain itu, dosis ketiga yang diberikan setidaknya 6 bulan setelah dosis kedua dapat meningkatkan antibodi enam kali lipat mempertahankan respons sel T. Dosis ketiga juga menghasilkan aktivitas penetralan yang lebih tinggi terhadap varian Alpha (B1117, 'Kent'), Beta (B1351, 'Afrika Selatan') dan Delta (B16172, 'India').

Baik dosis kedua yang diperpanjang intervalnya dan dosis ketiga Vaksin Covid-19 AstraZeneca kurang reaktogenik dibandingkan dengan dosis pertama.

" Penting bagi kami untuk menunjukkan bahwa vaksin kami menghasilkan respons kekebalan yang kuat dan tahan lama, untuk meningkatkan keyakinan mengenai perlindungan jangka panjang," kata Executive Vice President BioPharmaceuticals R&D, Sir Mene Pangalos.

5 dari 6 halaman

Vaksinnya Diklaim Sebabkan Pengumpalan Darah, Ini Pembelaan AstraZeneca

Dream - Sejumlah negara di Eropa memutuskan untuk menghentikan penggunaan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca. Pemicunya, vaksin ini diklaim bisa menyebabkan penggumpalan darah.

Pihak AstraZeneca segera bergerak melakukan peninjauan pada produknya. Hasilnya, mereka mengklaim orang menjalani vaksinasi dengan produk AstraZeneca tidak ada yang menunjukkan risiko penggumpalan darah.

Peninjauan dilakukan AstraZeneca kepada lebih dari 17 juta orang tervaksinasi di Inggris dan Uni Eropa. Seluruhnya tidak menunjukkan indikasi yang disangkakan otoritas kesehatan sejumlah negara.

" Peninjauan yang cermat terhadap semua data keamanan yang tersedia lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Uni Eropa dan Inggris dengan Vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam atau trombositopenia, dalam kelompok usia yang ditentukan, jenis kelamin, kelompok atau di negara tertentu," demikian pernyataan AstraZeneca, dikutip dari Channel News Asia.

6 dari 6 halaman

Badan Obat Eropa (EMA) menyatakan tidak ada indikasi yang mengarah pada kejadian penggumpalan darah akibat vaksinasi. Pandangan ini sebelumnya juga disampaikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Otoritas pembuatan obat di Eropa itu menyatakan sejauh ini ada 15 kejadian trombosis vena dalam dan 22 kejadian emboli paru yang telah dilaporkan. Kejadian ini serupa dengan vaksin Covid-19 berlisensi lain.

" Perusahaan telah dan sedang menjalankan pengujian tambahan bekerja sama dengan otoritas kesehatan Eropa dan tidak ada satupun hasil uji ulang menunjukan hasil mengkhawatirkan. Laporan keamanan bulanan akan disampaikan ke publik lewat laman EMA pada pekan berikutnya," demikian ungkap AstraZeneca.

Vaksin AstraZeneca dikembangkan melalui kerja sama dengan Universitas Oxford. Vaksin ini sudah mendapatkan izin penggunaan darurat di Uni Eropa dan banyak negara lain namun belum dari regulator Amerika Serikat.

AstraZeneca kini tengah mempersiapkan dokumen untuk izin penggunaan darurat (EUA) di AS. Mereka berharap data uji klinis tahap III akan tersedia dalam beberapa pekan ke depan.

 

Beri Komentar