Sesal Ibu Beri Remaja Ponsel, Perilaku Mendadak Berubah Jadi Bayi

Reporter : Sugiono
Jumat, 5 Juli 2019 12:36
Sesal Ibu Beri Remaja Ponsel, Perilaku Mendadak Berubah Jadi Bayi
Remaja yang kecanduan smartphone bisa menyebabkan masalah kesehatan, mulai dari mata hingga kerusakan otak.

Dream - Kecanduan smartphone di kalangan remaja sudah menjadi masalah yang sangat umum. Namun kini perhatian orang tua sepertinya harus semakin ditingkatkan. Akibat dari candu Ponsel bisa berdampak serius.

Masalah kecanduan Ponsel pada remaja biasa terjadi karena mereka tidak dipantau ketika diberi akses penuh terhadap smartphone tersebut.

Remaja yang kecanduan smartphone bisa menyebabkan masalah kesehatan, mulai dari mata hingga kerusakan otak.

Terbaru, seorang remaja berusia 13 tahun divonis menderita gangguan kognitif karena kecanduan smartphone.

1 dari 5 halaman

Dapat Hadiah Smartphone dari Ibu

Remaja dari Provinsi Zhejiang, China itu mendapat hadiah ulang tahun berupa smartphone dari ibunya awal tahun ini.

Ibunya berharap smartphone itu bisa menjadi alat komunikasi karena dia dan suaminya sibuk bekerja.

Namun, apa yang diharapkan oleh ibu dari remaja tersebut tidak sesuai dengan kenyataan.

Laman Oriental Daily melaporkan anak itu justru lebih sering bermain game setiap hari hingga larut malam.

Karena menggunakan smartphone setiap hari hingga tengah malam, anak itu mulai mendapat masalah kesehatan.

2 dari 5 halaman

Tiba-Tiba Menggila di Sekolahan

Sekitar sebulan yang lalu, remaja itu tiba-tiba menggila di sekolah. Dia terus membenturkan kepalanya di dinding.

Karena membahayakan keselamatannya, gurunya langsung menghubungi orang tua remaja itu.

Tak lama kemudian, ibu remaja itu datang ke sekolah dan menemukan situasi yang menyedihkan tentang putranya.

Tubuh bocah lemas, sementara wajahnya mengejang dan tidak responsif terhadap panggilan ibunya.

3 dari 5 halaman

Kondisi Semakin Mengkhawatirkan

Tanpa menunda lagi, keluarganya membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Bukannya membaik, kondisinya memburuk hingga remaja itu terlihat seperti anak yang cacat mental.

Meski berusia 13 tahun, dia berperilaku seperti bayi yang tidak bisa berjalan atau berbicara.

Bahkan setelah dibawa ke Departemen Neurologi dan Departemen Rheumatologi, kondisinya masih belum membaik.

4 dari 5 halaman

Divonis Menderita Gangguan Kognitif

Dokter kemudian melakukan pemeriksaan yang terperinci terhadap remaja tersebut. Setelah memeriksa laporan sebelumnya, dokter mendiagnosis dia dengan Autoimmune Encephalitis.

Autoimmune Encephalitis adalah kategori baru dari penyakit yang dimediasi oleh sistem kekebalan tubuh yang melibatkan sistem saraf pusat yang mengarah pada gangguan kognitif, menurut American Journal of Neuroradiology.

Intinya, gangguan autoimun menyerang otak hingga mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan kognitif.

Namun, setelah diberi obat dan perawatan, kondisi remaja itu akhirnya mulai membaik.

5 dari 5 halaman

Sistem Kekebalan Tubuhnya Melemah

Wajah remaja itu tidak mengejang dan dia bisa bicara lagi. Pada hari keempat, dia mulai mengenali orang tuanya.

Pada hari ke-12, kesehatan remaja itu telah meningkat secara dramatis dan diperbolehkan keluar dari rumah sakit.

Dokter menjelaskan, karena bermain smartphone terus-menerus hingga tengah malam dan tidak mendapatkan istirahat yang baik, sistem kekebalan tubuh remaja itu melemah. Inilah yang mengakibatkan dia menderita Autoimmune Encephalitis.

(Sah, Sumber: World of Buzz)

Beri Komentar