Berburu Citra dari Expo Muslim

Reporter : Ahmad Baiquni
Rabu, 25 November 2015 21:45
Berburu Citra dari Expo Muslim
Uang bukan satu-satunya tujuan

Dream - Siang itu terasa terik. Udara panas berhembus menyapu kulit meninggalkan kegerahan. Namun Plaza Tenggara Stadion Gelora Bung Karno tetap ramai. Mereka bertahan di tengah cuaca panas itu.

Beruntung masih ada tenda-tenda megah berukuran besar terpasang di sana. Semuanya tertata rapi, terbagi menjadi beberapa lapak. Sekat kayu setinggi 2,1 meter memisahkan lapak tersebut.

Di lapak inilah berjejer para pedagang yang akan bertahan sampai akhir pekan ini. Mereka akan menjadi denyut Senayan yang mengisi stand yang mengikuti semarak gelaran Jakarta Islamic Fair (JIF).

Banyak produk yang terpajang di sana. Dari buku, Alquran, hingga busana muslim berjejer berdampingan. Disusun menarik agar menjadi pemikat pengunjung.

Gelaran ini merupakan satu dari deretan gelaran bernapas Islami. Beberapa tahun belakangan, sejumlah expo Islami marak digelar di ibukota. Sejumlah daerah juga tak mau kalah.

Tak heran, expo-expo ini dipadati banyak pengunjung. Selain sarana belanja, expo Islami jadi alternatif menyegarkan diri. Berhemat tanpa perlu jauh-jauh berwisata.

Dengan berlabel syar’i, konsumen muslim memang terjamin saat mengunjungi pameran Islami ini. Tak dipungkiri, fakta ini juga yang menjadi dasar event organizer berani menyelenggarakan pameran dan peragaan busana sekelas Jakarta Fashion Week untuk menggandeng sejumlah tenant fesyen Islami.

Perputaran rupiah menjadi bonus bagi penyelenggara sekaligus pengisi tenant. Arus perpindahan barang dari produsen atau pedagang ke konsumen yang cepat membuat rupiah mengalir deras.

Tapi bukan cuma alasan uang yang kerap membawa peserta melibatkan diri dalam expo.

***

Citra ternyata kata kunci bagi sebagian besar pelaku industri Islami. Ini sekaligus pembeda produk umum dengan segmen yang menyasar komunitas muslim. Pandangan ini berlaku di beberapa industri, khususnya industri travel dan fesyen.

Prana Tanjudin, direktur Biro Perjalanan Tazkia Travel mengamini. Sudah puluhan pameran diikurinya sejak 2013. Paket andalannya adalah umroh dan haji.

Kepada Dream, Prana berterus terang jika expo tidak bukan ajangnya mencari untung. Lebih dari itu, Tazkia ingin membangun citra sebuah produk yang langsung menancap di kepala pengunjung.

“ Kami ingin membangun branding (citra) di mana kita bisa bertemu langsung dengan masyarakat. Kedua, kami ingin memperkenalkan brand kami,” kata Prana.

Tanpa uang, Prana sudah cukup puas dengan citra yang diperolehnya. Terbukti, jumlah konsumennya yang menggunakan jasa perusahaannya meningkat drastis. Pernah satu masa, Tazkia bahkan sempat menerima tawaran 70 persen lebih besar jika dibandingkan lewat strategi pemasaran di luar expo.

“ Hampir 70 persen yang datang ke expo ikut, pada saat itu juga. Setelah mereka berkeliling terus balik lagi, kemudian baru mereka mendaftar juga ke kami. Rata-rata setiap tahunnya kita mendapatkan 170-an jamaah dari sekali event expo itu,” ungkap dia.

Layaknya bisnis, tak selamanya Prana beruntung. Ada kalanya dia harus gigit jari karena target tak tercapai. Namun dia bisa menjamin pameran yang bersifat homogen, seperti expo biro wisata haji dan umrah serta wisata syariah, bisa mendongkrak bisnisnya.

“ Event expo yang besar, karena di situ orang bisa melihat dan kompetitor yang ada. Ketika mereka memilih kami berarti mereka mempunyai tujuan yang jelas, bisa menjadi alasan yang kuat,” terang dia.

Dengan expo produk seragam, kata Prana, juga menjadikan ajang persaingan bisnis yang adil dan terbuka. Ini lantaran pengunjung dapat langsung membandingkan penawaran antara satu biro perjalanan dengan yang lainnya.

“ Jadi bisa melihat market juga maunya arahnya ke mana. Dapat juga menjadikan sebagai pembanding. Jadi kita bisa melihat sejauh mana branding yang ada,” terang dia.

****

Fitri Aulia, Hijaber pemilik merek fesyen hijab Kivitz bersuara sama. Sudah sejak lama dia memiliki ketertarikan pada expo berbalut peragaan busana.
Pameran bersifat homogen telah membantunya mengangkat citra bisnisnya. Unsur kebaruan sebuah produk menjadi syarat utama.

Menurut Fitri, peragaan busana mampu menarik minat para konsumen untuk menetapkan pilihan pada merek tertentu. Hal itu tentu berpengaruh pada kuatnya merek di mata konsumen.

Tak heran jika Fitri tipe pengisi stand yang pemilih. Tidak semua jenis expo diikutinya. Baginya harus ada perbedaan konsep yang ditawarkan dalam gelaran sebuah expo.

“ Kita harus melihat exponya terlebih dahulu, pasarnya, dan tujuan expo itu kita mencari apa. Mau branding saja atau mau mencari uang,” ucap Fitri.

(Laporan: Amrikh Palupi)

Beri Komentar