Foto: Shania Suha Marwan
Dream - Salah satu dampak buruk perkembangan media sosial adalah tumbuhnya flex culture atau budaya pamer. Semakin maraknya flex culture memberi pengaruh buruk terhadap mental dan rasa percaya diri orang lain.
“ Kita juga melihat masih terus menghadapi masalah dengan adanya sosial media ini, termasuk yang akhir-akhir muncul fenomena flex culture,” ungkap Director & Chief Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Muhammad Buldansyah, di Jakarta, Senin 5 September 2022.
Kemudahan teknologi, termasuk media sosial, memang membuat banyak orang lebih aktif membuat konten di media sosial. Tapi sayang, tak sedikit orang yang membuat dan membagikan konten-konten negatif, salah satunya flex culture.
Meningkatnya flex culture ditandai semakin maraknya orang-orang yang lebih mementingkan diri sendiri dengan pamer melalui media sosial. Yang lebih memprihatinkan, banyak anak-anak muda yang terjebak pada flex culture.
“ Dimana banyak anak-anak Gen-Z makin kerap memamerkan dan menyombongkan diri baik untuk kekayaan, yang memberi dampak negatif,” tambah Muhammad Buldansyah.
Padahal, tambah dia, flex culture sangat berbahaya, terutama kepada Gen-Z. Flex culture membuat orang lain merasa kurang dan menyebabkan perasaan Fear of Missing Out (FOMO) memengaruhi rasa percaya diri dan pada akhirnya memengaruhi produktivitas dan kesehatan mental.

“ Flexing ini menyebabkan rasa FOMO, ini menyebabkan rasa percaya diri semakin berkurang untuk sebagian banyak anak-anak Gen-Z dan merusak mental pribadi, sehingga memengaruhi produktifitas dan kehidupan sosialnya sehari-hari,” ungkap Muhammad Buldansyah.
Karena itulah Indosat Ooredo Hutchison (IOH) kembali mengadakan, Save Our Socmed (S.O.S) vertical short movie competition. Kompetisi video pendek ini ingin meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih bijak dalam membuat konten.
Tahun lalu, kompetisi ini mengusung tema What If It Was You (WIIWY). Namun kali ini tema utamanya adalah “ Waspada Flex Culture, Stay Humble!”. Tema ini memang menjadi kampanye untuk menjelaskan bahaya pamer di media sosial.
Kompetisi ini diluncurkan pada tanggal 5 September 2022, kamu bisa mendaftarkan karyamu sampai tanggal 5 Oktober nanti. Dengan persyaratan video dengan resolusi 16:9, durasinya 5-10 menit.
Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis, Kebudayaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Fadjar Hutomo, menyambut positif kompetisi ini, “ Kami berharap lewat pelatihan dan kompetisi film pendek S.O.S ini bisa menjadi media pembelajaran bagi anak muda Indonesia untuk memamerkan kreativitas. Sehingga, media sosial bisa menjadi wadah untuk membuat konten positif.”
Advertisement
Upgrade Gaya Hidup Digitalmu dengan eSIM XL PRIORITAS, Pilihan Premium Masa Kini

Ibadah Lancar, Komunikasi Aman: Tips Itinerary Umroh & Internet Hemat


Bencana di Sumatera Sebabkan Krisis Air Bersih bagi Warga Terdampak

Dompet Dhuafa Kirim 60 Ton Bantuan Kemanusiaan untuk Penyintas Bencana di Sumatera
